Sukses

Respons Tokoh Politik Usai Penusukan Wiranto

Menteri bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto diserang saat berkunjung ke Pandeglang, Banten.

Liputan6.com, Jakarta Menko Polhukam Wiranto menjadi korban penyerangan saat kunjungan kerja ke Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis, 10 Oktober 2019 siang.

Akibat penyerangan tersebut Wiranto mengalami tusukan di bagian perut dan sempat dirawat di RSUD Berkah, Pandeglang. Kini dirinya, berada di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Tidak hanya Wiranto saja yang terkena tusukan, melainkan Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto, ajudan Danrem 064/Maulana Yusuf (MY) Serda Yogi Wahono, dan mantan sekretaris pribadi (Sespri) Wiranto juga menjadi korban.

Kini, pelaku penusukan Menkopolhukam, Wiranto telah dibawa ke Jakarta dan diserahkan Kapolda Banten Irjen Tomsi Tohir ke Densus pada Kamis 10 Oktober 2019.

"Kedua tersangka suami istri telah kita amankan dan kita serahkan ke tim Densus Mabes Polri untuk dilakukan pendalaman dan saat ini sudah di Jakarta," kata Kabid Humas Polda Banten, Kombes Edy Sumardi di Mapolsek Menes, Pandeglang, Banten, Kamis 10 Oktober 2019.

Insiden yang menimpa Wiranto tersebut, membuat sejumlah tokoh politik menyatakan keprihatinannya. Siapa sajakah mereka? Berikut yang dihimpun Liputan6.com :

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 5 halaman

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)

Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengutuk keras peristiwa penusukan Menko Polhukam Wiranto yang terjadi di Pandeglang, Banten, Kamis siang.

Dia meminta aparat kepolisian untuk investigasi mendalam dan memberikan hukuman kepada para pelaku. AHY menyatakan, penyerangan secara fisik terhadap siapapun tidak dibenarkan.

"Apalagi mengancam jiwa dan nyawa seseorang, termasuk kepada para pejabat negara dan seluruh masyarakat Indonesia," ungkap AHY dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 10 Oktober 2019. 

Dengan terjadinya kasus yang menimpa Wiranto, Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat ini, mengajak masyarakat Indonesia untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan di Tanah Air.

Serta turut membantu pemerintah dalam upaya melindungi seluruh rakyat Indonesia dari Aceh hingga Papua.

3 dari 5 halaman

Luhut Binsar Panjaitan

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan terorisme atau radikalisme masih berada di Indonesia.

Hal tersebut dikatakanya usai kasus penusukan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto.

"Radicalism or terorism is still exist in Indonesia. Dan memang kita harus berhati-hati," tuturnya di Kantor Kemaritiman, Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat tahun 1997 itu juga menyampaikan rasa prihatinya kepada Wiranto. Menurutnya, kasus serupa juga kerap kali terjadi di luar negeri.

"Ini bukan kasus di Indonesia saja, banyak negara mengalaminya (soal Wiranto). Yang terjadi kemarin kita merasa pedih. Saya sudah ke Pak Wiranto pagi ini dan dokter bilang harus jaga keamanan, harus berhati-hati," ujarnya.

Pihaknya pun menegaskan, insiden Wiranto tidak akan menganggu proses pelantikan Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang akan digelar pada tanggal 20 Oktober mendatang.

"Tidak akan berdampak pada inagurasi, satu event tidak akan mempengaruhi itu," kata dia.

4 dari 5 halaman

Agum Gumelar

Dewan Pertimbangan Presiden, Agum Gumelar turut prihatin atas insiden yang menimpanya. Menurutnya kejadian menimpa Wiranto sangat di luar dugaan dan merupakan bagian dari teror.

"Ini bagian dari teror, tidak mungkin ini berdiri sendiri. Artinya kita serahkan sekarang kepada polisi untuk bisa mengungkap jaringan mana, motivasinya apa, dan biarkan polisi bekerja," tutur Jenderal Purnawirawan TNI ini.

Agum mengakui teror memang bisa terjadi kapan dan dimana saja, juga dengan cara pun dan tak pandang bulu. Karenanya, kuncinya menghadapi teror seperti dialami Wiranto adalah terletak pada sejauh mana kemampuan intel memantau pergerakan mereka para kelompok teror.

"Jadi intelijen yang kita dapat itu sudah bisa dijadikan dasar untuk mengambil langkah tegas mencegah teror itu terjadi, saya rasa ini peringatan bagi kita semua," jelas Agum.

Meski begitu, Agum menampik bahwa insiden terjadi kepada Wiranto sebagai momen kecolongan. Namun sebaliknya, insiden ini harus dijadikan pelajaran agar bisa bekerja lebih keras lagi.

"Bukan begitu (kecolongan), tapi kita harus bekerja lebih keras, menghadapi ancaman seperti ini kuncinya intelijen, intelijen bisa menjadi dasar bagi kita untuk mencegah teror itu terjadi," Agum menandasi.

5 dari 5 halaman

Lukman Hakim

Menteri Agama,Lukman Hakim menyoroti insiden penyerangan terhadap Wiranto yang diduga dilakukan oleh pelaku teror.

Lukman menyebut, pihaknya terus berupaya menebarkan pemahaman agama yang baik supaya terhindar dari paham ekstrim dan radikal.

"Kami dari kemenag terus berupaya untuk menyosialisasikan, menebarkan perspektif pemahaman moderasi beragama," kata Lukman.

Dia menyebut, tiap agama mengajarkan menghargai martabat kemanusiaan dan inti pokoknya adalah untuk kemanusiaan.

Oleh karena itu, sekeras apapun perbedaan, jangan sampai atas nama agama justru melakukan tindakan-tindakan yang bertolak belakang dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

"Itulah kenapa setiap agama menolak cara-cara kekerasan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang ada. Karena setiap agama pastilah mengajak terwujudnya kedamaian dengan menebarkan kasih sayang," tandasnya.

Sebelumnya, Menko Polhukam Wiranto jadi korban penyerangan saat kunjungan kerja ke Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis, 10 Oktober 2019.

Akibat penyerangan tersebut, Wiranto mengalami luka tusuk. Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan, saat itu Wiranto baru sampai di lokasi untuk menghadiri acara pembekalan mahasiswa ketika seorang pria tak dikenal berusaha menusuknya.

 

 

(Desti Gusrina)