Liputan6.com, Temanggung Untuk lebih mengenalkan dan menjaga Situs Pemukiman Kuno terbesar saat ini, Masyarakat Desa Purbosarai Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta menyelenggarakan tradisi tahunan di Situs Liangan. Prosesi yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2014 ini ternyata mampu mendongkrak kunjungan wisatawan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga serta mencintai hasil Peradaban nenek moyang kita.
Masyarakat Desa Purbosari telah berkumpul di lapangan desa Minggu 7 Oktober 2019, lengkap beserta Gunungan besar yang akan diarak. Tak lupa tiap - tiap RT juga ikut mengeluarkan gunungan dan tumpeng, serta tampilan seni budaya. Warga masyarakat mengikuti gunungan dari belakang dan diakhir rombongan grup Drumbad dari Sekolah Dasar Setempat.
Advertisement
Arak - arakan itu kemudian berjalan menyusuri jalan desa berbatu terasah, khas desa purbosari yang di buat mirip dengan jalan kuno di situs liangan. Sekitar 800 m berjalan menyusuri desa sampailah pada lokasi di kawasan situs liangan. Untuk saat ini semua semua aktifitas perayaan dan Prosesi Gerebeg Liangan dilakukan di kawasan luas dari situs tersebut. Karena dikhawatirkan dengan membludaknya penonton dan wisatawan yang mencapai ribuan akan merusak kawasan situs cagar budaya yang sangat bersejarah ini.
Rombongan kirab yang telah memasuki kawasan situs langsung menempatkan diri sesuai urutan yang sudah di tentukan kemudian sesepuh desa memimpin doa yang didahului dengan ritual tarian sakral yang dibawakan oleh 4 gadis desa. Tarian ini menggambarkan kehidupan perawan desa yang suci, sesuci warga desa dalam memaknai hidup dan mencintai lingkungan terutama mempertahankan sumber air sebagai sumber kehidupan. Agar sumber air yang berada di kawasan situs liangan dapat terus dijaga dan di lestarikan oleh penduduk desa.
Belum selesai sesepuh memimpin doa Gunungan pun telah diperebutkan warga yang tidak sabar menunggu. Mereka saling dorong dan berebut, ada sejumlah warga yang jatuh, namun tidak ada yang terluka atau cidera. Mereka tetap antusias memperebutkan hasil bumi dari gunungan.
Kemudian mereka akan secara bergantian meminta air suci yang ditarikan sebelumya. Kades Sofiudin Ansori mengatakan grebek dan kirab budaya merupakan simbol rasa syakur warga pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia berupa hasil panen tembakau yang baik.
"Panen raya tembakau, hasilnya baik. Warga menggelar even budaya ini," kata Kades Sofiudin Ansori.
(*)