Sukses

Rayakan Hari Santri, PBNU Akan Bahas Relasi Islam dan Negara

Dalam rangka merayakan Hari Santri Nasional, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar pidato kebudayaan di Gedung Kesenian Jakarta pada hari ini, Selasa, (22/10/2019).

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka merayakan Hari Santri Nasional, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar pidato kebudayaan di Gedung Kesenian Jakarta, hari ini Selasa, (22/10/2019).

Ketua PBNU Robikin Emhas mengatakan, pidato yang akan disampaikan oleh Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj ini akan membahas 4 peran strategis ormas NU di Indonesia. Salah satunya adalah hubungan Islam dengan negara.

“Dalam hubungan dengan negara, NU memiliki pandangan bahwa pemerintahan harus diselenggarakan untuk kemaslahatan warga negara atau li mashlahat al-'ammah,” tutur Robikin di GKJ, Pasar Baru, Jakarta, Selasa (22/10/2019).

Ketiga bahasan lainnya adalah ulama sebagai pewaris Nabi, pedoman NU dalam hubungannya dengan Allah SWT, serta landasan bangunan dan masyarakat di Indonesia.

Selain itu, Wakil Sekjen Tanfidziyah PBNU Masduki Baidlowi menjelaskan, NU sudah harus mulai berdakwah lewat media sosial jika tak ingin tertinggal perubahan zaman. Sebab, sebanyak 90 persen masyarakat di Indonesia sudah memiliki akses internet dan menggunakan smartphone.

“NU saat ini masih berorientasi dakwah model lama. Oleh karena itu, banyak yang memperkirakan bahwa organisasi seperti NU ini ataupun Muhammadiyah atau yang lain akan mati pada 2030 yang akan datang kalau tidak melakukan perubahan paradigma berdakwah,” ungkap Masduki.

“Dalam konteks inilah maka sekarang NU sedang melakukan gerakan sangat masif untuk gerakan madrasah kader NU. Itu dilaksanakan di berbagai cabang dan wilayah di seluruh Indonesia, salah satu materinya berisi tentang bagaimana mengubah strategi dakwah pola lama,” lanjutnya.

2 dari 2 halaman

Persaudaraan Universal

Masduki menambahkan, NU sendiri menjunjung tinggi persaudaraan kepada seluruh masyarakat Indonesia.

“Nah kalau ada perbedaan-perbedaan maka penyelesaian adalah lewat dialog, bukan dengan perang. Termasuk misalnya perang di media sosial, karena itu bukan bagian dari pandangan kami. Pandangan kami adalah Islam tidak punya musuh, Islam bisa hidup berdampingan dengan kelompok-kelompok lain yang berbeda bahkan dari sisi akidah,” ucap dia.

“Jadi kalau sukunya berbeda, agama berbeda, bahasanya berbeda, rasnya berbeda, tapi warga negara Indonesia saudara. Jadi nggak ada musuh,” imbuhnya.

Beberapa tokoh yang dinyatakan hadir dalam acara pidato kebudayaan ini adalah Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ahmad Basarah, Ahmad Muzani, Zulfikli Hasan, Hidayat Nur Wahid, La Nyalla Mattalitti, dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Selain itu, berbagai tokoh agama juga disebut akan ikut hadir.