Liputan6.com, Jakarta - Partai Nasdem menggelar diskusi publik bertajuk 'Dialog Selasa' dengan tema proyeksi ekonomi 2020 di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Nasdem, Jalan RP. Soeroso, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.Acara ini sendiri digelar dalam rangka Kongres II Partai Nasdem yang dihelat pada 8 hingga 11 November 2019 mendatang.
Turut hadir dalam acara ini Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Nasdem Johnny G Plate dan ekonom senior Aviliani.
Baca Juga
Proyeksi ekonomi Indonesia pada 2020 mendatang menjadi tema dialog kali ini lantaran adanya kekhawatiran tekanan ekonomi global berdampak pada perenomian dalam negeri. Meski demikian, Sekjen Nasdem Johnny G Plate pun mengaku optimis pertumbuhan ekonomi nasional akan tetap tumbuh di kisaran lima persen pada 2020 mendatang.
Advertisement
Pasalnya, faktor konsumsi masyarakat menyumbang sekira lima persen dari pertumbuhan ekonomi nasional. "Kita harus yakin bahwa ekonomi kita punya pondasi yang kuat. Pertumbuhan ekonomi nasional itu pilar utamanya konsumsi," ucapnya, Selasa (22/10/2019).
"Dukungan dari sektor konsumsi itu sekira lima persen dari pertumbuhan kita," tambahnya menjelaskan.
Untuk itu, ia pun meminta magasyarakat tidak perlu khawatir denn adanya isu global, seperti perang dagang antara Amerika Serika dengan Tiongkok akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mendatang.
"Tidak perlu ragu bahwa pertumbuhan ekonomi kita tahun 2020 tetap akan positif dikisaran di atas lima persen," ujarnya.
Guna mewujudukan pertumbuhan ekonomi diatas lima persen pada 2020 mendatang, ia pun mengakui, perlu adanya stabilitas iklim politik di Indonesia.
Hal ini diperlukan agar para investor tertarik menanamkan modal mereka di Indonesia. "Kita membutuhkan juga bahwa ada sinyal ke para pelaku usaha, khususnya para investor bahwa kondisi politik kita dari waktu ke waktu semakin membaik, stabilitas politik dalam negeri kita membaik,"tutur Johnny yang kini menjabat sebagai Menkominfo tersebut.
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Butuh Wajah Lama
Sementara itu, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai keputusan Presiden Joko Widodo mempertahankan menteri-menteri lama dalam Kabinet Kerja jilid II sudah tepat. Perekonomian Indonesia dirasa masih butuh tangan andal dari menteri 'wajah lama'.
"Saya lihat untuk ekonomi masih mempertahankan menteri-menteri yang lama. Saya rasa ini cukup bagus supaya ada kesinambungan," kata Aviliani.
Jokowi mempertahankan sejumlah menteri ekonomi yang dianggap cakap. Beberapa menteri ekonomi 'wajah lama' yang kembali mengisi kabinet anyar Jokowi, di antaranya Sri Mulyani Indrawati, Basuki Hadimuljono, hingga Budi Karya Sumadi.
Menurut Aviliani, jika kursi menteri ekonomi Kabinet Kerja jilid II diisi orang-orang baru, hal itu malah menyulitkan pencapaian visi misi Jokowi. Apalagi kondisi ekonomi global saat ini sedang tidak stabil.
"Kalau semuanya baru, tidak ada kesinambungan. Sehingga susah juga kita melihat dua tahun ke depan yang dalam masa sulit," ungkap dia.
Ia berharap, menteri-menteri lama yang diberikan mandat tersebut dapat bekerja mengimplementasikan kebijkaan-kebijakan yang selama ini sudah dibuat. Hal tersebut lantaran masih banyak kebijakan yang belum terlaksana.
"Itu menjadi kunci penting bagi saya karena implmentasi itu cukup banyak punya problem. Banyak kebijakan yang sudah keluar tapi diimplementasi tidak jalan," ujar dia.
Di sisi lain, Aviliani juga mengungkapkan komposisi menteri pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin yang terdiri dari profesional, partai politik (parpol), dan oposisi juga sudah tepat. "Saya lihat Pak Jokowi di periode kedua ini, ada parpol, dari oposisi juga menjadi pendukung. Berarti lebih banyak diakomodasi," tukas dia.
Advertisement