Sukses

Penyelidikan Kasus Balita Peluk Jenazah Ibu di Makassar Dihentikan

Tim dokter RS Bhayangkara tidak menemukan tanda-tanda penganiayaan di tubuh korban.

Liputan6.com, Jakarta - Polisi menghentikan penyelidikan kasus kematian Marni (39) yang ditemukan tewas di kamar indekos di Makassar, Sulawesi Selatan. Saat ditemukan, seorang balita berinisial EAB tengah memeluk jasad ibunya yang diperkirakan sudah dua hari tewas.

Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Mas Guntur Laupe mengatakan, kematian Marni murni ajal. Hal itu disampaikan Guntur saat menjenguk balita EAB di ruang perawatan VIP Walet 2 lantai IV RS Bhayangkara, Rabu, 30 Oktober 2019.

"Saya pikir itu tidak usah dipermasalahkan. Sudah namanya ajal. Kita tidak usah mengorek seperti apa lagi," ujar Irjen Polisi Mas Guntur Laupe singkat.

Di lokasi yang sama, Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan, Kombes Dicky Sondani menegaskan, kasus tersebut sudah ditutup.

"Autopsi tidak dilakukan karena pihak keluarga menolak. Keluarga sudah mengikhlaskan, menerima semua bahwa ini adalah accident, jadi kasus ini tidak lanjut. Penyelidikan kasusnya dihentikan. Dari kondisi fisik luar juga tidak terlihat tanda-tanda penganiayaan," kata Dicky.

Adapun ditemukan darah di tubuh korban Marni, Kepala RS Bhayangkara, Kombes Farid Amansyah menjelaskan, setiap proses pembusukan pada mayat pasti akan mengeluarkan darah atau cairan lainnya melalui semua lubang yang ada di tubuh tanpa harus luka.

"Ketika terjadi proses pembengkakan, pembusukan, kapiler-kapiler, pembuluh darah kecil akan pecah dan itu akan keluarkan cairan. Juga cairan dari sel, isi lambung akan keluar dari mulut dan kesannya akan seperti darah kalau sudah berwarna cokelat," jelas dokter Farid.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Pulihkan Trauma Anak

Soal kunjungan ke RS Bhayangkara menjenguk balita EAB, Kapolda Sulsel mengatakan hal itu bertujuan untuk memberi motivasi keluarga terutama anak yang tengah menjalani penyembuhan dari trauma atau trauma healing. Saat ini, balita EAB didampingi ayahnya Koptu Kris Batti dan dua orang kakak laki-lakinya.

"Perkembangan kondisi balita itu hingga sore ini cukup baik. Meski selama di RS Bhayangkara ditemani bapak dan kakak-kakaknya, tapi jika kondisinya betul-betul telah membaik, diharapkan dalam waktu dekat bisa kembali ke keluarganya hidup dengan normal," kata Guntur.

Diketahui, Marni ditemukan tewas membusuk di kamar kosnya. Kematian Marni baru diketahui warga setempat setelah tercium aroma tak sedap dari kamarnya.

Setelah dilaporkan warga ke polisi dan pintu kamarnya dibuka paksa, ditemukanlah jasad Marni yang telah bengkak dan membusuk. Mirisnya, di sisi jasad itu, terdapat putri bungsunya, EAB yang diperkirakan hidup bersama jasad ibunya lebih dari dua hari.

Adapun dua anak Marni yang lain, bersama suaminya, Koptu Kris Batti di asrama militer.

 

Reporter: Salviah Ika Padmasari

sumber: Merdeka.com