Sukses

JPO Tanpa Atap, Koalisi Pejalan Kaki Minta Pemprov DKI Beri Alternatif Kala Hujan

Konsep JPO terbuka tersebut untuk memberikan kesan baru kepada orang yang menyeberang. Sebab, pemandangan Jakarta dengan gedung tinggi dan trotoar lebar cukup menarik.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus meminta pihak Pemprov DKI Jakarta dapat menjelaskan akses mana saja yang dapat dilalui pejalan kaki seiring dicopot nya atap jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat.

Dia menyebut saat ini musim hujan sudah mulai tiba. Sehingga JPO tanpa atap pasti dipertanyakan oleh sejumlah pihak.

"Pihak Pemprov DKI bisa jelaskan akses-akses mana yang bisa dijadikan penyeberangan di daerah situ ataukah nanti lewat terowongan," kata Alfred saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (6/11/2019).

Dia mencotohkan seperti halnya masyarakat dapat melewati Stasiun MRT bawah tanah terdekat saat musim penghujan. Alfred menilai sebenarnya JPO bukanlah infrastruktur yang layak untuk pejalan kaki.

Sebab kata dia, lokasi yang ramah yakni perlintasan sebidang zebra cross atau pelican crossing. Namun pihaknya menyadari hal itu sulit untuk direalisasikan di Jalan Sudirman-Thamrin.

"JPO itu sangat tidak layak, lebih bagus itu dirobohkan sebenernya," ucapnya.

Terbukanya atap JPO tersebut menurut Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho sudah hampir satu pekan ini.

Hari Nugroho mengatakan, konsep JPO yakni untuk menyeberang orang dari trotoar satu ke trotoar lainnya. Mengingat, kondisi trotoar di Jakarta juga terbuka.

"Kalau hujan otomatis kalau ruang terbuka pasti enggak mungkin nyeberang gitu," ucap dia, Rabu (6/11/2019).

Dia mengatakan, konsep JPO terbuka tersebut untuk memberikan kesan baru kepada orang yang menyeberang. Sebab, pemandangan Jakarta dengan gedung tinggi dan trotoar lebar cukup menarik.

"Jadi orang menyeberang itu bisa punya pengalaman baru lagi pas menyeberang. Enggak hanya nyeberang tapi sambil melihat kiri kanan keindahan Jakarta," kata Hari.

 

Saksikan Video Terkait di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Standar JPO

Sementara itu, pengamat tata kota, Nirwono Joga mengatakan, sebagaimana fungsinya, JPO sedianya harus memiliki standar yang baik misalnya, konstruksi yang kokoh, ramah bagi lansia, ibu hamil, dan disabilitas, serta terkoneksi dengan trotoar.

"Terbuka atau tertutup atap JPO untuk Jakarta yang panas dan tropis tentu dibutuhkan atap sebagai peneduh JPO, tidak bisa terbuka semua," ujar Nirwono kepada merdeka.com, Jakarta, Rabu (6/11).

Ia menghargai jika tujuan Pemprov mencopot atap JPO Sudirman sebagai bentuk memperindah bangunan itu sendiri, akan tetapi ada upaya lain yang patut dikerjakan ketimbang mencopot atap. Upaya yang dimaksud Nirwono adalah mempublikasikan jumlah serta kondisi JPO.

Ia menyebut ada tiga tingkatan kategori kondisi JPO. Pertama, hijau untuk kondisi JPO yang aman dan layak, kedua, kuning kondisi JPO yang memggambarkan masih cukup baik namun harus segera diperbaiki. Terakhir merah, JPO yang hampir roboh dan mendesak untuk diperbaiki.

Jika klasifikasi itu dilakukan, menurut Nirwono akan berdampak pada penggunaan anggaran secara tepat.

"Dengan keterbatasan anggaran, daripada merevitalisasi JPO yang msh baik atau aman atau layak pakai (beautifikasi/pencitraan), lebih baik diutamakan dana anggaran yang terbatas digunakan untuk memperbaiki JPO yang masuk kategori merah dulu, demi keselamatan pejalan kaki," tamdasnya.

Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta berencana merevitalisasi 15 jembatan penyeberangan orang (JPO) di sejumlah wilayah Ibu Kota pada 2020. Hari menyebut, JPO yang direvitalisasi tersebut memiliki konsep modern dan menarik. Bahkan rencananya dilengkapi dengan lampu warna-warni.

"JPO yang kita bangun enggak kalah menarik dengan JPO yang ada. Kita bangun seperti di GBK, Bundaran Senayan maupun Polda," katanya di Taman Sepeda Melawai, Jakarta Selatan, Selasa (27/8).

15 jembatan yang akan direvitalisasi tersebut adalah JPO Sugiyono (Masjid Al Abidin), JPO Warung Jati Barat (Pejaten Village), JPO Kyai Caringin (RS Tarakan), JPO Fatmawati (RS Fatmawati), dan JPO Raya Pasar Minggu (FO Tanjung Barat).

Kemudian yakni JPO Lenteng Agung (FO Lenteng Agung-IISIP), JPO Suryopranoto (Petojo Busway), JPO Pos (Pasar Baru), JPO Tubagus Angke (RPTRA Kalijodo), JPO Bintaro Permai (FO Bintaro Permai), JPO KH Mas Mansyur (Muhammadiyah), dan JPO Tubagus Angke (Perdana Kusuma).

Lalu ada JPO Saharjo (Menteng Pulo), JPO Jembatan Dua Raya (Arwana IV) dan Skywalk Halte Velbak–Stasiun Kebayoran Lama. Selanjutanya kata dia, saat ini pihaknya tengah melakukan revitalisasi di JPO Daan Mogot, Jakarta Barat dan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

 

Reporter: Yunita Amalia/Merdeka.com