Sukses

Sederet Cerita dari JPO Sudirman Tanpa Atap

Atap JPO Sudirman dicopot. Begini sederet cerita di balik pembukaan atap JPO tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Polemik Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) tanpa atap di kawasan Sudirman tanpa atap menjadi perhatian masyarakat.

Bagaimana tidak, Pemprov DKI mencopot atap JPO Sudirman dengan alasan agar warga Ibu Kota bisa melihat keindahan Jakarta. 

Pengamat tata kota, Nirwono angkat bicara terkat hal ini. Dia mengatakan fungsi JPO sedianya memiliki standar yang baik, misalnya konstruksi yang kokoh, ramah bagi lansia, ibu hamil, disabilitas, serta terkoneksi dengan trotoar.

"Terbuka atau tertutup atap JPO untuk Jakarta yang panas dan tropis tentu dibutuhkan atap sebagai peneduh JPO, tidak bisa terbuka semua," ujar Nirwono kepada Merdeka, Jakarta, Rabu (6/11/2019). 

Di sisi lain, Nirwono menghargai tujuan pihak Pemprov DKI yang mencopot atap JPO Sudirman sebagai bentuk memperindah bangunan itu sendiri. Namun, menurutnya ada upaya lain yang patut dikerjakan ketimbang mencopot atap, yakni mempublikasikan jumlah serta kondisi JPO.

Berikut ini sederet cerita JPO tanpa atap di kawasan Sudirman yang tengah menyita perhatian warga Jakarta: 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 6 halaman

1. Menikmati Pemandangan Langit Jakarta

Atap JPO di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat dicopot. Lokasi JPO tersebut tepatnya berada di sebelah Indofood Tower atau dekat Stasiun MRT Sudirman. Pencopotan dilakukan hari ini, Rabu (6/11/2019), sekitar pukul 10.45 WIB.

Pantauan di JPO, petugas Suku Dinas Bina Marga DKI tengah melakukan pemugaran dengan mengecat dan merapikan tanaman yang tumbuh di bibir JPO.

Menyeberang di jembatan tanpa atap saat siang hari, suasana terasa panas. Namun, banyak juga warga yang berlalu lalang melintas di jembatan tersebut.

Menurut Kepala Dinas Bina Marga Hari Nugroho, atap JPO dicopot supaya pejalan kaki dapat merasakan sensasi menyeberang seperti di luar negeri.

Dia berharap, para penyeberang jalan dapat menikmati pemandangan langit Jakarta dengan lebih indah dengan latar gedung-gedung bertingkat.

"Artinya JPO tidak hanya selalu untuk menyeberang, tapi menikmati pemandangan," kata Hari.

3 dari 6 halaman

2. Tanpa Atap, Warga Terpapar Terik Matahari

Meski hari ini, cuaca Jakarta tak seterik Selasa kemarin, ketiadaan atap JPO membuat sebagian penyeberang jalan menutup kepalanya dengan tangan. Ada juga yang menghalangi terik matahari ke wajahnya dengan telapak tangan.

Bahkan ada yang menutup kepalanya dengan barang bawaannya.

Beruntung topi yang Liputan6.com kenakan pada saat menjajal jembatan tersebut dapat mengurangi sedikit panas sengatan matahari. Selain itu, angin yang berembus siang ini membawa hawa sejuk.

"Saya menanggapinya sih positif saja. Panas enggak masalah. Cuma masalahnya saat hujan bagaimana?" ujar Richard salah satu pengguna JPO kepada Liputan6.com.

Terlebih, karyawan di perkantoran di Jalan Sudirman itu sering menggunakan JPO tersebut.

Lisye, menuturkan hal senada. Saat menyeberangi jembatan, hawa panas cukup membuatnya tidak nyaman. 

"Panas, tak nyaman aja sih," kata Lisye, salah seorang pegawai di Indofood Tower usai melewati JPO Sudirman, Rabu (6/11/2019).

Menurut dia, alasan estetika kota tidak dapat benarkan seluruhnya. Harusnya kenyamanan dan keselamatan menyeberang harus lebih diutamakan ketimbang hal lainnya.

 

4 dari 6 halaman

3. Tak Bisa Digunakan Kala Musim Hujan

Sementara itu, Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus meminta pihak Pemprov DKI Jakarta dapat menjelaskan akses mana saja yang dapat dilalui pejalan kaki seiring dicopot nya atap jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat.

Dia menyebut saat ini musim hujan sudah mulai tiba. Sehingga JPO tanpa atap pasti dipertanyakan oleh sejumlah pihak.

"Pihak Pemprov DKI bisa jelaskan akses-akses mana yang bisa dijadikan penyeberangan di daerah situ ataukah nanti lewat terowongan," kata Alfred saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (6/11/2019).

Dia mencontohkan seperti halnya masyarakat dapat melewati Stasiun MRT bawah tanah terdekat saat musim penghujan. Alfred menilai sebenarnya JPO bukanlah infrastruktur yang layak untuk pejalan kaki.

Sebab kata dia, lokasi yang ramah yakni perlintasan sebidang zebra cross atau pelican crossing. Namun, pihaknya menyadari hal itu sulit untuk direalisasikan di Jalan Sudirman-Thamrin.

"JPO itu sangat tidak layak, lebih bagus itu dirobohkan sebenarnya," ucap Alfred. 

5 dari 6 halaman

4. Tidak Semua JPO Akan Dibuka Atapnya

Pemprov DKI Jakarta mengatakan bahwa tidak semua atap JPO di kawasan Sudirman akan dicopot. 

Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mencontohkan konsep JPO yang terintegrasi dengan Bus Transjakarta. Seperti JPO Gelora Bung Bung Karno (GBK) yang dilengkapi sejumlah fasilitas menarik.

Konsep JPO terbuka, lanjut Hari akan memberikan pengalaman baru untuk para penyeberang. Sebab mereka dapat melihat pemandangan sisi lain dari Jakarta.

"Kita buka selain konsep nya untuk menyeberang agar punya pengalaman baru jadi lihat view pemandangan Jakarta yang sekarang udah bagus," ungkap Hari. 

6 dari 6 halaman

5. Atas Persetujuan Anies Baswedan

Hari menambahkan, pembukaan atap jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat sudah melalui persetujuan Gubernur Anies Baswedan.

"Sebelumnya sudah mohon arahan gitu Pak Gub setuju ya sudah jadi konsepnya terbuka," kata Hari saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (6/11/2019).

Rencananya tak hanya JPO Jalan Sudirman saja yang akan dibuka atapnya. Kendati begitu, dia masih enggan menyebutkan lokasi detailnya.

Dia mengatakan, ini tidak berlaku bagi JPO yang terintegrasi dengan halte Transjakarta.

JPO yang terintegrasi dengan Transjakarta hanya akan direvitalisasi dengan konsep berbeda. Layaknya, JPO Gelora Bung Bung Karno (GBK) yang dilengkapi sejumlah fasilitas menarik.

"Kalau menuju halte kan mau naik bus itu tidak dibuka kanopi nya karena orang mau naik bus konsepnya beda lagi," ucap Hari.

 

(Reynaldi Hasan)