Liputan6.com, Jakarta - Top 3 news hari ini mengungkap kisah seorang nenek yang hidup sebatang kara di Kecamatan Cipocok, Kota Serang Banten.
Dalam usia senjanya, nenek Sapiah hidup di bawah garis kemiskinan dengan tinggal di sebuah kandang ayam yang dia sebut sebagai rumah. Meski itu pun bukan miliknya.
Baca Juga
Tempat tinggal nenek Sapiah yang hanya berukuran 1,5x1,5 meter menempel dengan rumah Rohiyah, tetangganya. Dindingnya dari triplek tipis yang dilapisi spanduk bekas. Sementara, atapnya pun bolong sehingga tak sanggup melindungi tubuh rentanya saat hujan.
Advertisement
Adalah Rohiyah yang selama ini membantunya untuk keperluan makan minum, termasuk membersihkan badan dan buang hajat. Tak punya suami dan anak, saat masih muda, Nenek Sapiah menghidupi dirinya dengan menjadi tukang pijat.
Sementara itu,  PDIP terus melakukan pemetaan politik demi mengusung orang-orang terbaik untuk maju di Pilkada 2020.Â
Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan, khususnya untuk Pilkada Solo, pihak DPP tengan melakukan pemetaan politik dan terus memantau survei.
Salah satunya dengan munculnya nama putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang mencoba untuk turun dalam bursa Pilkada Solo mendatang.Â
Berikut berita terpopuler di kanal News Liputan6.com, sepanjang Jumat, 8 November 2019:
Saksikan video pilihan di bawah ini:
1. Kisah Nenek Sapiah, Hidup Sebatang Kara dalam Kemiskinan di Bekas Kandang Ayam
Berdiri menopang tubuhnya saja sulit dilakukan Sapiah, nenek 90 tahun yang hidup dalam kemiskinan di bekas kandang ayam di Kampung Cidadap Pasir, RT 01 RW 03 Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Cipocok, Kota Serang Banten. Ya, selama bertahun-tahun sudah dia tinggal sendiri di bekas kandang ayam tersebut.
Itupun, bukan miliknya.
'Rumahnya' itu hanya terbuat dari tripleks tipis yang ditutupi spanduk bekas. Tak ada keramik mengkilat sebagai alasnya. Yang ada hanyalah tanah.Â
Sementara, selembar seng melindunginya dari teriknya sinar matahari. Namun, atap ini tak mampu melindunginya dari hujan. Bagaimana tidak? Seng tersebut sudah berlubang.
Â
Advertisement
2. Sekjen: PDIP Petakan Pilkada Solo, Gibran Ubah Konstelasi Politik
Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, partainya terus melakukan pemetaan politik demi mengusung orang-orang terbaik untuk maju di Pilkada 2020, termasuk untuk Solo, Jawa Tengah.
Dia menuturkan, khususnya untuk Pilkada Solo, pihak DPP saat ini melakukan pemetaan politik. Sekaligus melihat dan memantau survei.
Hasto tak menampik, hadirnya putra Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, mengubah konstelasi politik di Solo.
"Dengan munculnya nama Mas Gibran, tentu saja ini mengubah konstelasi politik yang ada di kota Solo. Dan ini bagian dari pemetaan politik PDI Perjuangan," ungkap Hasto.
Â
3. ICW: Dewi Tanjung Coba Hilangkan Substasi Kasus Penyerangan Novel Baswedan
Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Wana Alamsyah menyebut, laporan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan merupakan upaya mendistorsi informasi.
Novel sebelumnya dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh politikus PDIP, Dewi Tanjung atas dugaan merekayasa kasus.
Selain itu, Pengacara OC Kaligis menggugat Jaksa Agung dan Pengadilan Bengkulu karena menghentikan kasus penganiayaan terhadap pelaku sarang burung walet. Dalam hal ini diduga dilakukan Novel Baswedan.
Wana menyebut, laporan yang dibuat Dewi Tanjung justru bakal menjadi bumerang bagi politikus PDIP itu.
Â
Advertisement