Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh meminta semua pihak agar dapat menghilangkan rasa curiga berlebihan. Menurut dia, kecurigaan berlebihan justru dapat merugikan diri sendiri.
"Dengan semua niat baik yang kita miliki, kalau diaplikasikan dalam praktik kehidupan keseharian kita, akan jauh membawa bangsa kita maju," ujar Surya Paloh di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (9/11/2019).
Surya menyebut, membawa bangsa untuk terus maju bukan perkara mudah. Persaingan antara satu bangsa dengan bangsa yang lain sangat ketat sehingga butuh semangat persatuan yang kokoh, bukan malah saling curiga.
Advertisement
"Pikiran-pikiran besar yang harus ditawarkan terus menerus. Bukan pikiran yang introvert, membawa masalah-masalah pada perasaan, sentimental, prasangka macam-macam, tapi mengubah cara pikir kita," katanya menjelaskan.
Dengan begitu, dia melanjutkan, persatuan dapat terjaga dan membawa kemaslahatan bagi banga Indonesia.
"Ini kita sebagai satu bangsa ingin buktikan Indonesia layak jadi bangsa perkasa di bumi ini," ujar Surya Paloh menandaskan.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Cuhat Dicurigai
Ketua Umum Nasdem Surya Paloh mencurahkan isi hatinya diserang karena pelukan dan silahturahmi dengan Presiden PKS Sohibul Iman. Pertemuan tersebut sempat disindir Presiden Joko Widodo yang bilang rangkulan Paloh ke Sohibul terlihat hangat.
Paloh menilai, bentuk kecurigaan itu merupakan diskursus paling picik. Sebab, rangkulan dan silahturahmi dengan kawan sebangsa dimaknai dengan tafsir dan kecurigaan.
"Bangsa ini sudah capek dengan segala intrik yang mengundang sinisme satu sama lain, kecurigaan satu sama lain hingga kita berkujung ke kawan, ini bangsa model apa seperti ini. Tingkat diskursus politik yang paling picik di negeri ini," ujar Paloh saat memberikan pengarahan Kongres II Nasdem di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (8/11/2019).
"Hubungan rangkulan dan tali silahturahmi politik dimaknai dengan berbagai macam tafsir dan kecurigaan," tegasnya.
Menurut Paloh, cara pandang demikian paradoks. Sebab, nilai demokrasi yang berkembang begitu liberal tetapi praktiknya sangat konservatif.
"Kita bilang kita mau maju tapi kita melangkah ke belakang. Mari kita bermusyawarah dan bergotong-royong tapi kita hanya bilang akulah yang lebih penting yang lainnya biar mati semua," kata dia.
Advertisement