Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 300 pengikut kelompok Pondok Nabi yang menunggu kiamat di sebuah gudang di Jalan Siliwangi, Bale Endah, Bandung, Jawa Barat, 14 November 2003 silam.
Ternyata mereka berasal dari berbagai daerah di Tanah Air. Mereka meninggalkan daerah asal, sekitar satu hingga dua tahun sebelumnya untuk tinggal di Bandung.
Catatan Sejarah Hari Ini Liputan6.com dari berbagai sumber, mereka yakin kiamat akan berawal di Bale Endah, Kabupaten Bandung mulai 10 November 2003 hingga 11 Mei 2007.
Advertisement
Sebagian pengikut kelompok ini berasal dari daerah Timur Indonesia, seperti Ambon, Kupang, dan Papua. Sedangkan sisanya berasal dari Sumatera Utara dan warga Bandung.
Mereka mengaku, bergabung Pondok Nabi setelah mendengar suara gaib yang dianggap berasal dari surga. Suara itu berpesan bahwa kiamat akan tiba di Bale Endah pada 10 November 2003. Saat itu, para pengikut Pondok Nabi akan terangkat ke surga.
Untuk bergabung, para pengikut mesti pergi menuju tempat inti kelompok berada. Dalam hal ini, Pondok Nabi di Bandung. Mereka menyerahkan harta miliknya yang besarnya mencapai puluhan juta rupiah kepada kelompok ini sebagai sumbangan. Kebanyakan tidak menyisakan sedikit pun untuk mereka sendiri. Soalnya, mereka yakin tak lagi membutuhkan uang karena kiamat akan datang.
Baca Juga
Ina, seorang anggota jemaat Pondok Nabi mengaku tetap yakin dengan ajaran Pendeta Mangapin Sibue, si pemimpin sekte tersebut.
"Meski kiamat tak terjadi, saya tetap yakin dengan ajaran Pendeta Mangapin Sibuea," kata Ina.
Ia tak peduli dengan banyaknya tanggapan sinis dan nyinyir terhadap kelompoknya. Begitu yakinnya dengan kepercayaan itu, mahasiswi Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen, Kupang, ini rela meninggalkan bangku kuliah dan pergi ke Bandung, sejak Maret 2003.
Ia mengaku, mendengar suara Tuhan pertama kali saat kuliah 2001. Suara-suara itu antara lain meminta dia untuk pergi ke Baleendah.Ina adalah satu dari sekitar 300 pengikut sekte Sibuea.
Mereka akhirnya dievakuasi polisi dari 'Pondok nabi' markas mereka di Jalan Siliwangi, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ke Gereja Bethel Tabernakel.
Selain Ina yang sudah berada di asrama 'Pondok Nabi,' ada juga Raymond asal Ambon, dan Hermina Nainggolan asal Medan. Bersama sekitar 300 orang jemaat yang lain, mereka berkumpul dan melakukan ritual, seperti menyanyi, menari, dan berpuasa, ada yang 3 hari 3 malam tak makan, ada juga yang 7 hari 7 malam tak makan.
Semua itu dilakukan untuk bersiap-siap menjemput Kiamat, 10 November 2003. Sebelum polisi mengevakuasi paksa, Raymond mengaku sempat mulai diangkat ke langit. Tapi, semuanya gagal karena ada gangguan dari pihak luar.
"Saat itu, mulai terasa ada yang masuk ke tubuh saya. Ada perasaan seakan-akan saya mulai diangkat," kata Raymond, yang bergabung sejak Juli 2003 itu.
Bagi ketiga jemaat, Mangapin Sibuea adalah sosok panutan yang menyebar ajaran kebenaran. Tak hanya oleh mereka, tapi juga oleh anggota jemaat yang lain. Tak tanggung-tanggung, menurut Raymond, jemaatnya terdiri dari banyak kalangan. Selain wiraswasta, ada mahasiswa, sarjana, bahkan sarjana strata dua.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pengakuan Pemimpin Sekte
Pemimpin sekte kiamat Pondok Nabi Mangapin Sibuea berkeras bahwa dia mendapat suara Allah yang menyuruhnya untuk mengabarkan tentang datangnya hari kiamat. Namun Mangapin membantah kalau dirinya mengatakan 10 November 2003 adalah hari akhir zaman. Ia hanya mengakui bahwa 10 November 2003 adalah awal atau hari pertama Nabi Musa dan Elia bertugas hingga 11 Mei 2007.
"Jadi pada 11 Mei 2007 adalah peristiwa di mana manusia sudah tidak ada lagi," kata Mangapin Sibuea di Rumah Tahanan Kejaksaan Negeri Bandung, Jawa Barat.
Keyakinan Mangapin itu berdasarkan sebuah buku yang berjudul "Kiamat Dunia Segera Akan Terjadi". Dalam buku tersebut dikatakan bahwa Nabi Musa dan Elia akan melaksanakan tugasnya pada 10 November 2003, sampai dengan 11 Mei 2007. Dalam masa tiga tahun ini untuk menguatkan anak-anak Tuhan yang tertinggal supaya tidak menghujat Yesus.
Mengutip sebuah surat Alkitab, pendeta yang pernah menulis buku berjudul "Suara Allah di Akhir Zaman" ini mengatakan bahwa akan ada pemberitahuan tanggal, bulan, dan tahun sebelum dunia kiamat. Tetapi, menurut Mangapin, hanya kepada mereka-lah [jemaat Pondok Nabi], Ia [Tuhan] memberitahukan rahasia janji.
"Yang memberitahu kalau Tuhan Yesus mau datang, bukan anak, tapi Roh Kudus," ujar dia.
Mangapin yang mengaku dirinya Rasul Paulus II ini mengaku, pada 28 Februari 1999 mendengar suara murni. Suara serupa pun didengar para pengikutnya, sehingga mereka memutuskan untuk berkumpul di Bandung.
Tak hanya itu, dalam mata terbuka, dirinya juga sudah melihat wujud Roh Kudus, pribadi Allah sebanyak tiga orang. "Saya lihat oknum Allah datang di depan saya," tegas Mangapin. Penampakan tersebut diakui telah menjelma sejak 1980.
Advertisement
Reaksi PGI
Aliran Pondok Nabi saat itu menjadi perhatian dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI). Sekretaris PGI, Pendeta R.H.L. Tobing menyatakan ajaran tersebut menentang dan merendahkan institusi gerejawi.
Menurut Tobing, ajaran Mangapin dapat berdampak meresahkan publik, terutama bagi kalangan umat Kristen. Karean itu, pihaknya sepakat menentang ajaran Mangapin dan mendukung tindakan hukum kepolisian terhadap tersangka.
Pernyataan bahwa ajaran Mangapin sesat juga didukung Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Departemen Agama. Bahkan, Ditjen Binmas Kristen telah melarang sekte tersebut sejak 2000 karena dinilai menyimpang dari ajaran Alkitab. Beberapa penyimpangan sekte itu yakni menentukan hari kiamat, jemaatnya diperintahkan menjual harta benda, dan meninggalkan pekerjaan.
"Kami meminta para pengikut sekte kembali ke jalan yang benar," ujar Direktur Jenderal Binmas Kristen P Siahaan di Jakarta.
Menurut Siahaan, pihaknya telah melaporkan pimpinan sekte, Pendeta Mangapin Sibuea ke kepolisian dan kejaksaan tiga tahun silam. Kasus ini kembali terungkap ketika sekte itu berkegiatan di Bandung untuk menyambut hari kiamat yang diyakini jatuh pada 10 November lalu.
Siahaan mensinyalir sekte Pondok Nabi hanya di Bandung dan tidak menyebar ke kota-kota lain. Depag telah berkoordinasi dengan lembaga-lembaga gereja untuk mengantisipasi penyebaran ajaran tersebut dan membina para penganutnya.