Liputan6.com, Jakarta - Staf Khusus Milenial Presiden Bidang Disabilitas sekaligus kader Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Angkie Yudistia ikut menghadiri Bimbingan Teknis Kader PKPI dari daerah seluruh Indonesia. Acara Bimbingan Teknis PKPI 2019 di Mercure Hotel, Jakarta Selatan ini juga dihadiri Ketua Umum PKPI Diaz Hendropriyono dan Sekjen PKPI Verry Surya Hendrawan.
Pada kesempatan itu, Angkie yang merupakan penyandang disabilitas tunarungu menceritakan awal mula dirinya dipilih menjadi Staf Khusus Presiden sekaligus Juru Bicara Presiden Bidang Sosial. Ketika itu, dia berkesempatan bertemu dengan Presiden Jokowi.
Baca Juga
"Waktu bertemu dengan Bapak Presiden Jokowi, Pak Presiden cuma mempertanyakan satu hal, 'apa yang kamu lakukan dan apa harapan ke depan?'. Ketika itu pembicaraan berlanjut dan melalui proses-proses yang cukup panjang, saya melakukan assessment sebagai Stafsus Presiden," cerita Angkie di depan peserta Bimtek PKPI 2019, Jumat (13/12/2019).
Advertisement
Dia mengakui, ketika ditunjuk sebagai Stafsus dan merangkap menjadi Jubir Presiden Bidang Sosial, adalah suatu kehormatan. Tak hanya untuk dirinya, melainkan juga untuk PKPI dan masyarakat luas yang tak pernah membayangkan sosok seperti dirinya bisa masuk Istana.
"Dengan adanya posisi Stafsus yang Angkie jabat ini, juga membuka kesempatan yang luas untuk teman-teman PKPI, baik itu di pusat ataupun di daerah untuk bisa terus menjadi teman diskusi, melakukan perubahan-perubahan untuk menjadikan Indonesia yang lebih maju dan dimulai dari daerah-daerah," ungkap Angkie.
Dia pun memastikan bakal mendorong teman-teman disabilitas lainnya untuk bergabung dengan PKPI karena dinilai mampu memberi ruang untuk berbuat banyak bagi kemajuan bangsa.
"Itu pasti. Karena saya sudah menjadi bukti, ya kan? Bukti bahwa dengan adanya PKPI suara saya didengar. Mimpi-mimpi saya itu didengarkan dengan baik oleh Mas Diaz Hendropriyono, dan Mas Diaz membuka kesempatan setinggi-tingginya untuk saya. Saya juga mendorong teman-teman disabilitas, apabila suaranya ingin didengar, pintu kita terbuka di PKPI," tegas Angkie.
Di sisi lain, dia menyadari bahwa saat ini keberadaan kaum disabilitas di dunia politik sangat kurang. Padahal, keberadaan mereka di dunia politik sangat dibutuhkan untuk ikut berpartisipasi agar bisa melakukan perubahan.
"Dengan adanya saya di posisi Stafsus, bisa menjadi momentum untuk kita bersama awareness terhadap disabilitas. Dan itu sudah mulai meningkat. Bahwa tidak ada lagi stigma untuk merasa belas kasihan, tapi ini sudah menjadi human right base. Kendati lingkungan kita belum ramah terhadap penyandang disabilitas," papar Angkie.
Saksika video pilihan di bawah ini:
Masukan dan Inovasi
Ketika ditanyakan tentang program yang dia buat dalam posisi sebagai Stafsus Presiden, khususnya untuk kalangan disabilitas, Angkie mengatakan bahwa Stafsus itu bukan pelaksana program. Tugas Stafsus adalah memberikan masukan dan inovasi yang dieksekusi oleh kementerian-kementerian terkait.
"Kita ini non-struktural yang memberikan inovasi kepada Presiden. Dan kita tidak melakukan eksekusi. Input-input yang kita berikan kepada Presiden ini yang merupakan hasil kolaborasi, diserahkan eksekusinya kepada kementerian-kementerian terkait," ujar Angkie memungkasi.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PKPI Diaz Hendropriyono meyakini Presiden Jokowi melihat sesuatu yang istimewa dalam diri Angkie sehingga menjadikannya sebagai Stafsus.
"Beliau ini tunarungu, tetapi aktif melakukan kegiatan sosial. Dan Angkie ini berusaha untuk mewujudkan sesuatu yang impossible menjadi possible. Dan ketika kita semua bertemu Pak Jokowi, kita diperkenalkan satu per satu, dan Beliau melihat bahwa ada yang spesial di diri Angkie," tegas Diaz.
Â
Advertisement