Sukses

Membongkar Seks Bebas Berkedok Ritual Pesugihan di Gunung Kemukus 5 Tahun Lalu

Para wisatawan memiliki tujuan khusus, yaitu untuk melakukan pesugihan di Gunung Kemukus. Namun di balik itu, mereka justru asyik melakukan seks bebas.

Liputan6.com, Jakarta - Kawasan wisata Gunung Kemukus di Sragen, Jawa Tengah, menjadi lokasi yang ramai dikunjungi wisatawan, terlebih pada saat ritual Jumat pon. Diperkirakan ada sekitar 3.000 pengunjung memadati lokasi ini.

Para wisatawan yang datang dari berbagai daerah memiliki tujuan khusus, yaitu untuk melakukan pesugihan di Gunung Kemukus. Namun di balik kunjungannya itu, mereka justru asyik melakukan seks bebas.

Ziarah biasanya dilakukan wisatawan di depan makam Pangeran Samudro. Makam ini dianggap keramat bagi penduduk sekitar. Namun, para pengunjung percaya, bila ingin pesugihannya lancar harus melakukan pesta seks di daerah ini.

Seorang wanita paruh baya mengaku, ritual di lereng Kemukus telah dilakoninya sejak puluhan tahun silam. Maklum, katanya, di situ dia bisa mendapatkan kelancaran rizki dan diberi kemakmuran lainnya.

Banyak ritual dilakukan perempuan berusia 40 tahun ini ketika di makam keramat. Salah satunya mandi kembang di Sendang Ontrowulan, usai berdoa.

Usai mandi kembang ini, biasanya ritual seks bakal dimulai. Dia mengaku, sempat melakukan hal itu sebagai syarat agar doanya diloloskan lewat perantara makhluk gaib di makam Pangeran Samudro.

"Ya sempet begituan. Tapi kan saya pakai jasa (berhubungan badan) orang sana. Katanya enggak boleh pakai jasa dari suami sendiri," ujar wanita yang enggan disebutkan namanya saat berbincang dengan merdeka.com, Senin 24 November 2014 silam.

Menurut dia, ritual nyeleneh itu dilakoninya selama tujuh kali berturut-turut pada Kamis Pahing, Jumat Pon, Jumat Kliwon dan saat Malam 1 Suro tiba. Ritual seks selama tujuh kali harus dilakukan dengan pria yang sama saat pertama kali berhubungan badan dengannya.

Ritual seks bebas di Gunung Kemukus Sragen, Jawa Tengah, sempat menjadi sorotan dunia lantaran dipublikasikan seorang pewarta asal Australia. Hasilnya, memang ditemukan adanya kegiatan prostitusi berkedok mencari sugih.

Dugaan adanya cari untung dalam ritual seks juga diungkapkan lima mahasiswa UGM. Mereka adalah Fitriadi, Melfin Zaenuri, Rangga Kala Mahasiswa, dan Surya Aditya, dan Taufiqurahman.

Dalam penelitiannya, mereka mengungkap fakta di balik mitos ritual seks di Gunung Kemukus. Disebutkan, ritual seks itu sengaja diciptakan oleh oknum tertentu guna mendongkrak bisnis prostitusi.

"Berdasar penelitian kami, mitos ritual seks memang sengaja diciptakan oleh beberapa oknum tertentu atau agen untuk kepentingan ekonomi," ujar Taufiqurahman, salah seorang peneliti.

Terdapat dua versi mitos untuk para peziarah makam Samodro. Pertama, bersumber dari juru kunci makam. Juru kunci biasanya menyatakan bahwa berziarah ke Makam Pangeran Samudro harus berniat lurus dan suci bahkan melarang para peziarah melakukan ritual seks.

Sedangkan versi ke dua bersumber dari orang luar. Dari sini, mereka justru mengharuskan para peziarah lakukan ritual seks. Itu harus dilakukan bila peziarah ingin doanya terkabul.

"Versi ini diwacanakan oleh pemilik warung dan jasa penginapan yang sekaligus menyediakan perempuan pekerja seks untuk kepentingan ekonomi," ujar Taufiqurahman.

Diduga mitos versi kedua untuk menggairahkan bisnis prostitusi di Gunung Kemukus agar terus berjalan. Apalagi selama ini, perputaran rupiah dalam bisnis prostitusi tersebut tergolong besar.

Dari catatannya, objek wisata Makam Pangeran Samodro di Gunung Kemukus tiap tahun menyumbang sekitar Rp 190 juta untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sragen berasal dari retribusi. "Tiap tahun ada sekitar 30.000 orang yang mengunjungi makam tersebut."

Karena besarnya perputaran rupiah itu, membuat wacana ritual seks di Gunung Kemukus akan terus diproduksi. Sehingga, apabila tidak ada wacana tandingan terhadap mitos ritual seks, praktik prostitusi terselubung tersebut akan semakin berkembang.

Perkembangan itu dapat berimplikasi pada sosiologis seperti perdagangan manusia. "Praktik ritual seks akan semakin marak, karenanya pula kebutuhan terhadap PSK akan semakin banyak," terang Taufiqurrahman.

2 dari 3 halaman

Bikin Malu di Mata Dunia Internasional

Ritual nyeleneh di Gunung Kemukus, Sragen, menyedot perhatian Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Menurut dia, wewenang penutupan praktik prostitusi berkedok ritual merupakan kewenangan Bupati.

"Ketika orang menanyakan ke saya memang komparasinya tidak apple to apple. Kalau itu kewenangan provinsi dan dikasih kewenangan seperti Pak Ahok sudah saya beresin dari kemarin. Tapi ini kan seperti Dolly ya, Dolly kan yang nutup bukan gubernur tapi koordinasi," kata Ganjar usai acara pengarahan Presiden Joko Widodo kepada para gubernur di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Senin (24/11/2014).

Ganjar mengatakan, dirinya sudah melakukan koordinasi dengan Bupati Sragen dan menyampaikan pandangannya kepada Bupati Sragen bahwa sebaiknya praktik prostitusi berkedok ritual di Gunung Kemusuk itu segera ditutup.

"Karena itu prostitusi dan cukup berbahaya. Bahaya itu ya kita bicara dari sisi kesehatan, moralitas, macem-macem lah," tutur Ganjar.

Ganjar menegaskan, perlu ada pembalikan ke tujuan awal tempat tersebut sebagai tempat ziarah. "Kalau ziarahnya silakan, menurut saya mesti ada sekarang mengalihkan dalam rel ziarah, bukan dengan ajaran sesat prostitusinya," ucapnya.

Ia pun mengaku malu tempat tersebut menjadi sorotan media-media asing. "Sampai luar negeri tahu, malu lah," tutup Ganjar.

Imbauan Ganjar lansung ditanggapi Pemerintah Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Tempat penginapan dan karaoke di sekitar kawasan ziarah Gunung Kemukus ditertibkan pada akhir November 2014. Sebanyak 69 tempat karaoke dan 158 PSK yang selama ini ada dilarang beroperasi.

Hasil penertiban ini begitu terasa. Suasana yang terlihat ramai pada Jumat Pon, kini mulai mulai berbeda.

"Dulu kalau malam Jumat Pon atau malam Jumat Kliwon biasa mencapai 3 ribu orang. Tapi malam Jumat Pon kemarin hanya 1.099 pengunjung," ungkap Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pariwisata Kecamatan Sumberlawang, Marcello Suparno kepada merdeka.com.

Akibat adanya praktik asusila ini, dilaporkan ada 12 warga sekitar Gunung Kemukus terjangkit virus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Hal ini mengagetkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

"Saya dapat laporan dari Dinas Kesehatan Pemkab Sragen kalau ada 12 orang terkena penyakit AIDS di sana," ungkap Ganjar usai menggelar doa tahlil di depan Makam Pangeran Samudro di Kawasan Gunung Kemukus, Kabupaten Sragen, Jateng, Kamis (8/6/2017).

Dia mengungkapkan, ke-12 orang itu merupakan warga pendatang dan bukan warga asli Gunung Kemukus. Menurut dia, hal ini menunjukkan bahwa pelaku ritual seks menyimpang yang berkedok ziarah di Makam Pangeran Samudro adalah warga luar wilayah Sragen.

"Pendatang. Ada orang dari wilayah Pantura. Yang stay di sini, mohon maaf di antara itu yang 'jualan' (menggelar praktek prostitusi berkedok ziarah) di sini itu pendatang," bebernya.

Ganjar mengaku telah meminta Pemkab Sragen untuk melakukan pendampingan dan mengubah Kawasan Gunung Kemukus menjadi kawasan wisata murni religius.

"Pemerintah Sragen sudah positif membuat langkah awal dan mudah-mudahan pelan-pelan kita akan kerjakan. Kalau perlu dukungan provinsi nanti kita kerjakan. Selain itu juga ini bukan soal kawasan saja tapi juga mental spritual sehingga harapan kita mereka bisa kita (Pemprov Jateng) switch, kita dampingi," terangnya.

Ganjar mengatakan, upaya proses mengubah budaya itu harus dilakukan secara bertahap. Menurut dia, jika masyarakat sekitar sudah menyadari sepenuhnya maka penegakan hukum dan pelarangan prostitusi harus benar-benar ditegakkan oleh pemerintah setempat.

"Mungkin pendekatan itu yang mesti dilakukan. Ya kalau sudah dilakukan bertahap terus-terus kan bagus. Terakhir kalau masyarakat sudah menerima bagus, penegakan hukumnya masyarakat harus mulai kenceng," ujarnya.

Ganjar menambahkan, dirinya optimis karena upaya mengubah budaya dan mengubah kawasan wisata Gunung Kemukus di Kabupaten Sragen tidak seberat menghilangkan praktek prostitusi di tempat lain. Seperti yang dilakukan Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini yang berhasil menutup Kawasan Lokalisasi Dolly di Kota Surabaya, Jatim.

"Artinya ini tidak separah kompleks lokalisasi kan. Kan ini mestinya lebih gampang. Kita bisa lebih belajar dari Surabaya, khususnya di Dolly kan," pungkas Ganjar.

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Video Terkini