Sukses

Mendikbud Pimpin Upacara HUT ke-74 PGRI dan Hari Guru Nasional

Upacara HUT ke-74 PGRI dan Hari Guru Nasional juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mempimpin upacara peringatan HUT ke-74 PGRI dan Hari Guru Nasional 2019. Upacara digelar di halaman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jenderal Sudirman Jakarta Selatan, Senin (25/11/2019).

Upacara ikuti oleh guru, siswa-siswi, mahasiswa, hingga dosen. Mereka berdiri membentuk barisan di bagian belakang menghadap ke arah Nadiem Makarim yang didapuk sebagai pembina upacara.

Upacara dihadiri Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Mendikbud 1993 1998 Wardiman Djoyonegoro, Mendikbud 2004-2009 Bambang Sudibyo, dan Wamendikbud 2011-2014 Musliar Kasim.

Upacara HUT PGRI dan Hari Guru Nasional kali ini mengambil tema Peran Strategis Guru dalam Mewujudkan SDM Indonesia Unggul. Upacara dimulai dengan pengibaran bendera merah putih, selanjutnya pembacaaan naskah Pancasila diikuti peserta upacara.

Ini kali pertama, Nadiem menghadiri upacara HUT PGRI dan Hari Guru Nasional sejak dilantik oleh Joko Widodo pada 23 Oktober 2019 di Istana Presiden, Jakarta Pusat.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Pidato Nadiem

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim membuat pidato untuk memperingati Hari Guru Nasional yang jatuh pada hari ini, Senin, 25 November 2019.

Dalam pidato yang ditulis dalam 2 lembar kertas itu Nadiem meminta maaf lantaran pidatonya sedikit berbeda dengan pidato menteri-menteri sebelumnya.

"Biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik. Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia dari Sabang sampai Merauke," ujar Nadiem Makarim di awal pidato.

Dalam teks pidato dua halaman tersebut, mantan CEO Gojek itu kemudian berbicara tentang tugas mulia menjadi seorang guru meski juga yang tersulit.

"Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan," kata Nadiem menambahkan seperti dalam teks pidato.

Nadiem Makarim juga dalam pidato di Hari Guru Nasional ini menyebut bahwa para guru sangat ingin membantu murid-murid yang mengalami ketertinggalan di kelas. Namun apa daya, waktu sang guru habis terbuang mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas.

"Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan," sambung Nadiem.

Nadiem juga mengetahui betul bahwa guru ingin agar anak didiknya belajar di dunia sekitar, namun kurikulum yang padat menutup pintu peluang.

Nadiem mengetahui bahwa guru ingin berinovasi. Namun, sulit dilakukan oleh para guru.

Untuk itu, Nadiem ingin agar para guru mulai berinovasi tanpa harus menunggu perintah.

Nadiem ingin agar guru mulai mengajak anak didiknya berdiskusi, memiliki proyek bakti sosial, dan membantu murid untuk menemukan bakatnya.

"Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak," tandas Nadiem.