Liputan6.com, Jakarta - Wacana Pilkada menggunakan sistem asimetris menuai polemik. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyebut bahwa sistem tersebut masih dipelajarinya dengan merujuk para akademisi dan peneliti dari LIPI.
"Yang jelas saya lagi membangun hubungan dengan think thank akademisi, ya kalau asimetris pernah dibuat oleh LIPI tuh saya sudah baca semua bukunya itu ada enam orang pakar itu editornya saya lihat doktor-doktor, bagus-bagus mengenai itu," kata Tito di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Baca Juga
Tito menegaskan, dirinya tidak pernah mengusulkan Pilkada tidak langsung atau menggunakan sistem asimetris. Dia hanya ingin mengevaluasi Pilkada.
Advertisement
"Saya kan tidak pernah menyampaikan kembali ke DPRD gak pernah loh, saya juga gak pernah menyampaikan penunjukkan langsung, yang saya sampaikan evaluasi," kata Tito.
Dirinya tidak masalah jika Pilkada secara langsung seperti sekarang masih cocok dan disepakati publik. Namun, kata dia, ada beberapa dampak negatifnya dan harus dicarikan solusi.
Misalnya, besarnya anggaran pemerintah yang memobilisasi pilkada langsung, potensi konflik dan biaya tinggi yang harus dikeluarkan calon kepala daerah.
Intinya, Tito berniat mengurangi dampak negatif dari Pilkada tidak langsung. Sehingga, ia berharap ada pilkada yang demokratis, berkualitas dan menghasilkan pemimpin bagus.
"Jadi saya tidak sama sekali menyampaikan solusinya a, b, c, enggak, maka saya membangun hubungan dengan teman-teman akademisi dan temen-temen think tank untuk meminta pandangan mereka tentang sistem pemilihan Pilkada yang ada ini," tandasnya.Â
Reporter: M Genantan