Sukses

Senangnya Warga Datangi CFD Tanpa PKL

Mila Ningsih, ibu dua anak asal Jakarta Utara itu mengaku nyaman beraktifitas tanpa adanya PKL. Terlebih, ia memiliki bayi berusia 4 bulan.

Liputan6.com, Jakarta Bebas beraktivitas tanpa berbagi jalan dengan pedagang kaki lima (PKL) di hari bebas kendaraan bermotor atau car free day (CFD) sangat dinikmati warga. Semenjak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menertibkan PKL, warga menilai fungsi CFD telah kembali.

Mila Ningsih, ibu dua anak asal Jakarta Utara itu mengaku nyaman beraktifitas tanpa adanya PKL. Terlebih, ia memiliki bayi berusia 4 bulan.

Ia bercerita, saat PKL belum ditertibkan ia dan keluarga enggan berlama-lama di CFD karena jalan penuh sesak.

"Enggak hanya PKL sebenarnya, kadang ada atraksi-atraksi atau kegiatan donasi yang bikin enggak nyaman. Jadi kayak di pasar," kata Ningsih saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (1/12/2019).

Ningsih juga mengaku kualitas menikmati udara Jakarta pagi hari sembari olahraga bersama keluarga lebih baik ketimbang sebelumnya.

Ningsih yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga itu juga mengaku penertiban PKL saat CFD menghemat kantongnya. Bukan tanpa alasan, menurutnya saat PKL berjejer ataupun pedagang jajanan berkeliaran sepanjang Sudirman-Thamrin anak pertama Ningsih berusia 7 tahun kerap meminta jajan.

Itu baru sekadar jajanan ringan, Ningsih bercerita pernah menghabiskan Rp 50 ribu hanya untuk membeli air mineral, camilan, dan aksesoris untuk sang anak pertama.

"Belum nanti kalau selesai jalan kita makan berat," kata dia.

Sekarang, kata Ningsih, ia telah mempersiapkan kebutuhan selama beraktifitas di CFDseperti menyiapkan camilan dan air dari rumah.

"Memang terasa banget bedanya. Lebih tertib aja enggak semrawut," ujarnya.

Meski begitu, Ningsih menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan keran air minum di beberapa titik dengan jarak tak cukup jauh. Sebab, membawa satu botol untuk bertiga diakuinya tidak cukup.

"Masa kalau mau beli minum harus jauh dulu cari tukang jual minum. Ya maunya begitu (tersedia air minum)," tandasnya.

 

2 dari 2 halaman

Bebas Naik Sepeda

Sama halnya dengan Ningsih, Yoga, (23 tahun) merasa CFD tanpa PKL sangat nyaman. Meski tidak seutuhnya para pedagang tersebut tidak berjualan. Sebab, Pemprov sejatinya membagi zona bagi PKL.

"Bagus sih, jadi kita free buat sepedaan apalagi sekarang juga ada lajur khususnya," kata Yoga.

Berangkat dari rumah di Jakarta Selatan bersama tiga temannya sejak pukul 6 pagi, Yoga telah menyiapkan segala keperluan, seperti camilan dan air. Beraktifitas menggunakan sepeda rutin dilakukan Yoga setiap minggunya.

Pekerja swasta itu sedikit berkelakar, sebelum adanya penataan PKL ia dan kawan kawan mudah merasa capek karena kondisi jalan Sudirman-Thamrin yang semrawut.

"Sekarang mau bolak-balik Sudirman-Thamrin berapa kali juga oke," kata dia.

Diketahui Pemprov DKI melakukan penertiban dan penataan bagi PKL saat HBKB berlangsung. Pemprov kemudian membagi lokasi HBKB ke dalam tiga zona.

Pertama, zona merah yakni kawasan dilarang berjualan bagi PKL. Kawasan Sudirman-Thamrin hingga Sarinah menjadi zona merah.

Kedua, zona hijau, kawasan PKL diperbolehkan berjualan. Zona ini meliputi Jalan Maret Ps Baru Timur III, Jalan Galunggung, Jalan Teluk Betung, Jalan Blora, Jalan Sumenep, Jalan Kebon Kacang dan Jalan Sunda.

Terakhir, zona kuning, yaitu zona PKL diperbolehkan berjualan hanya di trotoar. Kawasan ini meliputi Wisma BNI hingga Patung Pemuda.

Sementara itu CFD berdurasi sejak pukul 06.00 hingga 11.00 WIB.