Sukses

KPK: Staf Khusus Jokowi-Maruf Amin Wajib Lapor LHKPN

KPK menyebut staf khusus Joko Widodo atau Jokowi dan Maruf Amin wajib menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut staf khusus Joko Widodo atau Jokowi dan Maruf Amin wajib menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

"Sepanjang posisi mereka setara eselon I, maka berdasarkan Pasal 2 angka 7 dan Penjelasan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dari KKN, maka mereka termasuk kualifikasi penyelenggara negara, sehingga wajib melaporkan LHKPN ke KPK," ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah, Jakarta, Selasa (3/12/2019).

Tak hanya staf khusus Presidan dan Wakil Presiden yang wajib melaporkan hartanya ke KPK. Menurut Febri, staf ahli di kementerian ataupun instansi negara yang setara dengan eselon satu, maka memiliki kewajiban melaporkan hartanya.

"KPK menunggu pelaporan LHKPN dari para staf khusus, staf ahli baik di lingkungan kepresidenan, Wakil Presiden ataupun kementerian yang jabatannya setara eselon I atau terdapat aturan khusus di kementerian masing-masing tentang wajib lapor LHKPN," kata Febri.

Febri mengatakan, pelaporan LHKPN merupakan bagian dari kerja pencegahan korupsi yang harus dilakukan bersama-sama dan dengan dukungan semua pihak.

"Penyampaian laporan secara benar dan tepat waktu merupakan bentuk komitmen yang bisa ditunjukkan oleh para penyelenggara negara pada publik," kata Jubir KPK.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Penyelenggara Negara yang Wajib Lapor

Febri membeberkan penyelenggara negara yang wajib melaporkan hartanya sesuai dengan Pasal 2 UU 18/1999.

Penyelenggara negara meliputi pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan “pejabat lain yang memiliki fungsi strategis” adalahpejabat yang tugas dan wewenangnya didalam melakukan penyelenggaraan negara rawan terhadap praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang meliputi:

1.Direksi, Komisaris, dan pejabat struktural lainnya pada Badan UsahaMilik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah;

2.Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan PenyehatanPerbankan Nasional;

3.Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;

4.Pejabat Eselon I dan Pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil,militer, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

5.Jaksa;

6.Penyidik;

7.Panitera Pengadilan; dan

8.Pemimpin dan bendaharawan proyek