Liputan6.com, Tangerang - Kawasan Kecamatan Jambe di pelosok Kabupaten Tangerang, Banten terkenal dengan rumah tahanannya (rutan) yang terletak di ujung daerah, dengan dikelilingi pematang sawah serta hutan. Namun, tahukah Anda bila berdekatan dengan rumah tahanan itu ada pesantren yang memfasilitasi sekolah para santrinya secara gratis?
Yayasan Majelis Zikir Pesantren Al-Ikhlas yang letaknya terpencil di Jambe, Kabupaten Tangerang, sudah berdiri sejak 13 November 2013, menampung para santri menuntut ilmu secara gratis. Mulai dari Taman Kanak-kanak (TK), sekolah dasar, dan sekitar 70 santri disekolahkan hingga ada yang sampai kuliah.
Baca Juga
Bukan tanpa alasan, pendiri Pesantren Al-Ikhlas ustaz Endang Haryana Tajuddin Syarif mengatakan, sejarah dia mendirikan sekolahnya karena balas dendam.
Advertisement
"Salah satu alasannya karena saya ingin balas dendam, karena waktu saya menuntut ilmu soal memperdalam agama, kedelapan anak saya itu disekolahkan oleh orang lain," kata Endang saat ditemui di kediamannya belum lama ini.
Makanya, Endang mendirikan pesantren di atas tanah Jambe, Kabupaten Tangerang seluas 3.200 meter persegi yang kini menampung setidaknya 70 santri. Dia juga menaruh kebijakan untuk tidak memungut biaya sama sekali bagi santri yang ingin menimba ilmu di tingkat TPQ dan TK.
"Ke depannya inshaallah kita akan membuka kelas untuk sekolah dasar (SD) dan SMP," sambung Endang.
Mahalnya biaya sekolah di era digitalisasi menjadi alasan berikutnya Endang tidak menaruh biaya sekolah untuk santrinya.
"Sebab untuk mensejahterakan rakyat dan warga sekitar itu harus dibekali dengan ilmu. Mengajarkan orang untuk beribadah itu tidak akan bisa untuk orang yang tidak sekolah dan berpendidikan, maka dari itu pendidikan dasar utama memberi ajaran apa pun ke masyarakat akar pikiran lebih terbuka," papar Endang.
"Visi misi Al-Ikhlas membangun ekonomi masyarakat dengan membangun pendidikan karakte formal mau pun non-formal," sambung dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bantuan dari Warga
Hingga saat ini, pesantren yang dikelilingi hutan dan sawah rimbun tersebut mendapatkan dana bantuan dari warga sekitar dan beberapa kali dari Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Endang menuturkan juga kalau santri yang dia bina kebanyakan berasal dari luar Tangerang.
"Yang deket malah menganggap sebelah mata. Mayotitas itu dari Garut, Tasik, Cirebon, Sukabumi, dan Purwakarta malah. Yang dari Tangerang malah segelintir saja," tandasnya.
Advertisement