Liputan6.com, Jakarta Sejumlah demontrasi dengan beragam latar belakang masalah, menggoyang Ibu Kota Jakarta sepanjang 2019. Dari yang berlangsung adem dan bubar dengan tenang hingga yang rusuh dan menimbulkan korban jiwa dan luka.
Demo mulai menggoyang di bulan Mei. Ribuan buruh memerahkan Jakarta, mereka mengajukan sejumlah tuntutan mulai kenaikan gaji dan kesejahteraan lainnya. Demo berlangsung riuh namun berjalan damai dan lancar.
Aksi demo berlanjut di bulan berikutnya. Situasi politik usai pilpres meningkat. Ribuan warga pendukung Prabowo-Sandiaga memprotes hasil pilpres yang diputus KPU. Demo berlangsung hingga malam da berakhir ricuh.
Advertisement
Berikut rentetan demo yang menggoyang Jakarta selama 2019 hasil rangkuman Liputan6.com:
1. Demo Buruh
Sebanyak 500 ribu buruh dari berbagai serikat pekerja akan turun ke jalan memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day 2019 yang jatuh setiap 1 Mei. Mereka akan menyampaikan tuntutan untuk kesejahteraan buruh di seluruh pelosok Tanah Air. Seperti di Bandung, Lampung, Banjarmasin, Semarang, Surabaya, Medan, Batam, Makassar, dan sebagainya.
Massa buruh berkonsentrasi di 2 titik yaitu di Istana Negara dan Senayan.Â
Berbagai serikat buruh yakni KSPSI, KASBI, KSBSI, KPBI dan semua yang tergabung dalam "Gerakan Buruh Bersama Rakyat" (Gebrak) akan menurunkan 20 ribu buruh untuk melakukan aksi. Presiden KASBI sekaligus juru bicara Gebrak, Nining Elitos, mengatakan, 20 ribu buruh itu akan melakukan longmarch dari Bundaran HI ke Istana.
"Untuk di Jakarta kita laksanakan dengan titik kumpul di Bundaran HI jam 09.00 WIB dan dilanjutkan 'longmarch' ke Istana. Dari Gebrak akan menerjunkan 20 ribu buruh untuk aksi di aksi May Day nanti," ujar Nining.
Selain itu, aksi buruh juga akan berlangsung di Lapangan Tenis Indoor Senayan, Jakarta.
"Peringatan May Day KSPI di Jabodetabek tahun ini akan berpusat di Lapangan Tenis Indoor Senayan pukul 10.00 WIB. Pesertanya hampir 50 ribu orang, berasal dari Jabodetabek, sebagian dari Karawang, Purwakarta dan Bandung Raya," tutur Presiden KSPI, Said Iqbal di Jakarta, Senin 29 April 2019.
Said menyampaikan, ribuan buruh akan menyuarakan tema besar seputar kesejahteraan buruh serta demokrasi yang jujur dan damai lantaran perayaan tahun ini bertepatan dengan proses Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg).
Meski turut mengundang Prabowo Subianto dalam peringatan May Day nanti, Said Iqbal menegaskan, aksi yang digelar oleh serikat buruh ini tidak berkaitan dengan politik maupun Pilpres dan Pileg yang baru saja berlangsung.
Sementara itu, Ketua Departemen Komunikasi dan Media KSPI, Kahar Cahyono juga menegaskan, aksi May Day tidak berkaitan dengan Pilpres.
"Ini enggak ada kaitan dengan Pilpres. (Kehadiran Prabowo) Sementara direncanakan di Sport Mall Kelapa Gading," kata Kahar.
Advertisement
2. Demo Hasil Pilpres
Suasana mencekam menyelimuti kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa dinihari (22/5/2019). Suara tembakan gas air mata dan petasan memekakkan telinga di tengah bentrokan antara sekelompok massa dengan aparat kepolisian.
Polri menyebutkan, rusuh dipicu massa yang tak jelas asal-usulnya. Sekitar pukul 23.00 WIB, mereka berulah anarkistis di depan Gedung Bawaslu. Security barrier dirusak, petugas pun diprovokasi.
"Kemudian massa itu didorong ke Jalan Sabang dan Wahid Hasyim. (Mereka) bukan kooperatif, malah menyerang petugas. Tak hanya dengan kata-kata, tapi juga dengan batu, petasan ukuran besar," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal Mabes Polri, Jakarta, Selasa (22/5/2019).
Petugas balik memukul mundur massa hingga kocar kacir. Para demonstran aksi 22 Mei berlarian ke arah Jalan Sabang dan gang-gang kecil di sekitarnya.
Selanjutnya pada pukul 03.00 WIB, muncul massa lain yang berjumlah 200 orang. Mereka yang diduga berasal dari luar Jakarta berkumpul di Jalan KS Tubun, Jakarta Barat. "Diduga ini udah disiapkan dan di-setting," ujar Iqbal.
Petugas kepolisian, yang dibantu tokoh masyarakat dan pemuka FPI, lantas melakukan pendekatan kepada massa itu. Namun seketika massa bergerak ke asrama Brimob di Petamburan.
"Mereka menyerang asrama dengan batu, molotov, petasan, botol-botol. Di asrama itu ada yang piket, dan mereka dihalau dengan gas air mata," ujar Iqbal.
Mendapat serangan gas air mata, massa bukannya mundur tapi malah merangsek masuk ke asrama Brimob. Mereka merusak properti warga dan membakar kendaraan yang terparkir.
"Mobil yang rusak ada 11 unit, dengan kerusakan variasi. Dan mobil terbakar berjumlah 14 unit. Ada truk Dalmas, mobil Dalmas, dan 11 unit mobil umum," jelas Iqbal.
3. Demo Tolak RUU Bermasalah
Yel-yel 'revolusi' dan 'turunkan tirani' menggema tepat di depan Gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019). Ribuan mahasiswa dari berbagai kampus bergerak. Mereka menolak aturan yang dianggap tidak pro-rakyat.Â
Aturan yang digugat adalah RUU Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU KUHP) dan UU KPK. Demonstrasi digelar sehari sebelumnya, namun kemarin adalah puncaknya. Para mahasiswa mengepung gedung parlemen, bahkan membludak hingga ke Tol Dalam Kota yang melintang di depan Gedung DPR RI. Â
Akibatnya, arus kendaraan di jalan tol dalam kota dari arah Pancoran menuju Slipi hanya diberlakukan satu lajur. Macet berat. Polisi mencoba membubarkan aksi dengan menyemprotkan air dari mobil water cannon, juga melontarkan gas air mata.Â
Ratusan orang dilaporkan luka-luka, dari pihak demonstran, aparat, juga wartawan yang sedang melakukan tugas jurnalistik.Â
Tak hanya di ibu kota, aksi mahasiswa juga berlangsung di sejumlah wilayah di Tanah Air sejak Senin 23 September 2019. Termasuk di Bandung, Solo, Yogyakarta, Makassar, Palembang, Malang, Medan, dan lainnya.Â
Mayoritas mengenakan jas almamater, mahasiswa di sejumlah daerah berdemonstrasi di depan gedung dewan. Dengan tuntutan serupa. Beberapa diwarnai rusuh tatkala para pendemo bentrok dengan aparat yang berjaga.Â
Advertisement
4. Demo Pelajar STM
Aksi demo yang ribuan pelajar sekolah teknik menengah (STM) di sekitar Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (25/9/2019) berujung ricuh. Sepeda motor salah seorang wartawan online atau dalam jaringan (daring), Puteranegara Batubara dibakar massa.
Motor Supra X-125 itu awalnya diparkir di dekat Pos Polisi Palmerah yang berada di Jalan Tentara Pelajar, Jakarta Pusat saat ditinggal meliput aksi demo pelajar STM. Dia terpaksa memarkirkan motornya di tepi jalan lantaran gerbang masuk ke kompleks Gedung DPR ditutup.
Motor tersebut terbakar setelah massa mencoba merangsek ke pintu belakang Gedung DPR sekitar pukul 14.25 WIB. Bentrokan antara polisi dan massa tak terhindarkan. Putera bersama jurnalis lainnya mencari perlindungan.
Sementara massa semakin beringas dan melempari polisi dengan batu. Massa juga merusak barang-barang yang ada di depan mereka, termasuk motor Putera.
"Saya mencoba menyelamatkan diri karena panik massa sudah melemparkan batu dan barang lainnya," kata Putera, Jakarta, Rabu.
Di dalam motornya yang terbakar, terdapat beberapa barang penting miliknya. Terdapat tas beriskan ponsel, kartu ATM dan beberapa surat penting lainnya.
Ternyata, bukan hanya motor milik Putera saja yang menjadi korban amuk massa demo. Karena, ada tiga motor lainnya yang ikut dibakar massa saat kerusuhan pecah.
Tujuh Tersangka
Polisi menetapkan tujuh orang sebagai tersangka kasus grup WhatsApp pelajar STM yang diduga terkait mobilisasi massa dalam demo yang berujung ricuh di Gedung DPR MPR.
"Tujuh tersangka, namun di bawah umur, jadi diversi," tutur Asep di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (3/10/2019).
Menurut dia, pihaknya masih memeriksa 14 grup WhatsApp yang diduga mengorganisasi pelajar STM untuk demo di depan Gedung DPR-MPR. Di antaranya adalah STM/K bersatu, STM-SMK Senusantara, SMK STM Sejabodetabek, Jabodetabek Demokrasi, STM Sejabodetabek, dan SMK STM seJabodetabek.
"Ada kreator dan admin. Dari 14 yang dikembangkan, tujuh ditangkap," jelas dia.
Ketujuh orang yang ditetapkan tersangka adalah RO, MPS (17), WR (17), BH (17), MAN (29), KS (16), dan DI (32). Adapun grup WhatsApp yang lain, lanjut Asep, masih dalam pendalaman penyidik soal grup WhatsApp STM.
"WAG yang lain sedang dalam penyelidikan," Asep menandaskan.2 dari 3 halaman Pelaku Tak Ikut DemoKasubdit II Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Kombes Rickynaldo Chairul mengatakn, sebagian pelaku cuma ikut meramaikan lewat di media sosial. Tak seperti pelajar lain yang turun ke jalan sampai demo ke Kompleks DPR/MPR.
Misalnya RO. Dia tak jadi ikut demo lantaran tertahan di Stasiun Depok, kemudian ada juga pelaku lain yang terhadang di Stasiun Bogor hingga terminal bus.
"Akhirnya kembali pulang dan hanya memonitor dari media sosial, WhatsApp grup ataupun instagram, insta story, mereka selalu memonitor dari situ," ujar dia.
Rickynaldo mengatakan, para pelaku heran ternyata WhatsApp Grup berdampak sangat besar dalam pengalangan massa pelajar.
"Mereka tidak mengira kalau dampaknnya pelajar sampai turun sebanyak itu," ujar dia.