Sukses

Pemerintah Terus Berupaya Bebaskan 3 WNI Disandera Abu Sayyaf

Menko Polhukam Mahfud Md mengatakan, kondisi ketiga WNI yang disandera Abu Sayyaf masih terus diamati.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah berupaya membebaskan tiga warga negara Indonesia (WNI) yang disandera oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Ketiganya merupakan nelayan Indonesia yang diculik dari Lahad Datu, Sabah sejak September 2019.

Hal ini disampaikan Menko Polhukam Mahfud Md usai memimpin rapat koordinasi membahas penyanderaan WNI oleh Abu Sayyaf dengan Kepala BIN Budi Gunawan, Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono, Kementerian Kelautan dan Perikanan, perwakilan Kementerian Luar Negeri, kemudian TNI, Kepala PPATK, dan lainnya.

"Kita akan melakukan langkah-langkah selanjutnya atau melanjutkan langkah-langkah yang sudah diambil selama ini untuk tetap berusaha membebaskan tersandera tanpa korban jiwa. Dan tanpa menodai kedaulatan negara kita maupun kedaulatan negara-negara yang bersangkutan. Nah hanya itu, kesimpulannya kita akan terus melakukan langkah-langkah," kata Menko Polhukam Mahfud Md di kantornya, Jakarta, Selasa (17/12/2019).

Dia menjelaskan, untuk cara atau langkah yang diambil tidak akan disampaikan ke publik. "Apa langkah itu tentu ini rahasia, karena kalau dibuka namanya itu bukan sebuah tindakan untuk pembebasan," ungkap Mahfud.

Menurut dia, apapun akan diusahakan pemerintah untuk menyelamatkan WNI yang menjadi sandera Abu Sayyaf, sebagai bentuk pertanggungjawaban. "Pokoknya kita akan menyelamatkan karena negara harus bertanggung jawab atas keselamatan warganya," jelas Mahfud.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Pantau Kondisi 3 WNI

Menko Polhukam Mahfud Md mengatakan, kondisi ketiga WNI yang disandera Abu Sayyaf masih terus diamati.

"Mereka tetap dalam penyanderaan dan tetap dalam juga pengintaian intel-intel kita. Pokoknya kita selamatkanlah dulu," kata Mahfud.

Dia menerangkan, segala upaya akan dilakukan pihak Indonesia untuk melakukan penyelamatan. Namun, dia tak mau menggunakan batas waktu untuk melakukan penyelamatan tersebut.

"Nanti lah target itu. Kan sudah bagian dari rahasia kita-kita," ungkap Mahfud.

Menurut dia, sejauh ini, komunikasi secara diplomatis terus dilakukan. Terutama ke Filipina dan lainnya.

"Komunikasi jalan, diplomasi antara Kemenlu dengan Filipina jalan, presiden dengan presiden sudah juga pernah menyinggung itu.Kemudian masalah tata penataan laut ini nelayan-nelayan dan juga sudah dianalisis dan sebagainya," pungkas Mahfud Md.

Tiga WNI menjadi sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf sejak September 2019. Ketiganya merupakan nelayan Indonesia yang diculik dari Lahad Datu, Sabah.

Tiga nelayan diidentifikasi sebagai Maharudin Lunani (48), putranya Muhammad Farhan (27), dan anggota kru Samiun Maneu (27). Mereka diculik oleh orang-orang bersenjata dari kapal pukat nelayan yang terdaftar di Sandakan, perairan Tambisan.

Kelompok Abu Sayyaf meminta 30 juta peso atau sekitar Rp 8 miliar sebagai uang tebusan. Abu Sayyaf merupakan kelompok bersenjata yang kerap menculik nelayan yang menguasai wilayahnya. Kelompok ini berdomisili di Filipina, dengan tiga wilayah kekuasaan di daerah Jolo, Basilan, dan Mindanao. Meski begitu, mereka juga kerap berpindah-pindah.