Sukses

Cerita Sri Mulyani soal Pegawai Kemenkeu yang Terpapar Paham Radikal

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan pengalamannya soal adanya laporan bahwa di kementeriannya ada radikalisme.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan pengalamannya soal adanya laporan bahwa di kementeriannya ada radikalisme.

Pengalaman ini diceritakan saat memberikan sambutan dalam diskusi yang diadakan oleh Gerakan Suluh Kebangsaan dengan tema: Merawat Semangat Hidup Berbangsa.

Saat diminta kembali dari Amerika Serikat oleh Presiden Jokowi pada 2016 untuk menjabat Menkeu, dirinya menyadari bahwa ada pegawainya yang bergaul secara ekslusif.

"Jadi penampilan dengan identitas, kalau yang beragama Islam kebetulan dalam bentuk jenggot dan celana cingkrang, dan juga beberapa interaksinya begitu eksklusif. Kita merasakan betul, tapi ada ketegangan," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (19/12/2019).

Menurut dia, religiusitas ini bukan menimbulkan ketenangan. Tapi justru ada ketegangan, terlebih saat Pemilu 2019 adanya polarisasi.

Sehingga menurut dia, perlu diajak berbicara satu sama lain. "Pertama kita memulai dengan mengembalikan motivasi sebagai institusi dan anda semua ASN yang berikrar masuk ke institusi ini. Dan kita ini bagian dari Republik Indonesia," jelas Sri Mulyani.

Dia menceritakan, sampai sesudah Pemilu mendapatkan pesan dari berbagai pihak, bahwa ada radikalisme di kantornya.

"Bu di tempat itu ada yang percaya Khilafah, ada yang masuk dari HTI, ada yang dari ini. Banyak sekali mendapatkan masukan. Orang ngomong ngini ada maksudnya. Kalau ini fitnah, kita clear-kan. Kalau ada asap, berarti ada apinya. Ada enggak sih apinya disini? Yuk kita ngobrol, kenapa ada persepsi. Itu juga enggak di Kementerian Keuangan. Sumbernya Kementerian Keuangan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara kita sudah sangat sistematicly," jelas Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, ada pegawainya eselon II asal Bali yang memiliki anak buah yang hampir bebbuat anarki.

"Ada seorang Eselon II dari Bali, kami assign, anak buahnya tidak mau. Karena dia bukan Muslim. Orang Bali itu di kamar kerjanya membawa patung Garuda, biasa saja untuk hiasan. Anak buahnya menganggap tidak boleh. Jadi patung itu hampir dirusak dan dibuang. Saya ngomong ini ada yang real, ada yang growing," jelas Sri Mulyani.

Dia pun mengajak semua Eselon II di Kemenkeu bicara di ruangan yang luas. Bersama Eselon I.

"Sekarang saya mau tanya. Di dalam Kementerian Keuangan ada yang pakai celana cingkrang dan berjenggot, tapi enggak mau salaman dengan saya. Saya tahu ini sensitif, saya tidak dalam rangka mengoffense apa-apa. Di sisi lain, ada yang lain, akhirnya ngobrol. Orang yang pakai celana cingkrang saya datangi. Saya kepengin dengerin anda," kata Sri Mulyani.

Dia pun mulai menyinggung Eselon II yang menggunggah di akun media sosial soal sikap mengenai pandangan soal agama.

"Kalau Anda mulai mengupload barang-barang dan bahkan kalimat-kalimat yang eksklusif, itu Anda memviolate pekerjaan Anda sendiri. Itu satu. Aku nggak ngelarang, tapi Anda nggak fit aja jadinya. Bener nggak saya tanya? Terus saya tanya, apa motivasi Anda membuat ekspresi gambar-gambar seperti itu, apakah Anda merasa lebih relijius, atau Anda merasa seperti apa. Saya hanya ingin tahu saja. Jadi Bapak Ibu sekalian, behave a very sensitive delicate conversation," kata Sri Mulyani.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Mengajak Bicara

Awalnya, menurut dia, tak maubicara. Akhirnya Sri Mulyani mendatangi dan memberikan microfon untuk bicara.

"Yang tadi appearence pakai celana cingkrang. Coba kamu bicara. Amazingly ceritanya macam-macam. Ada yang penuh wisdom ada yang penuh dengan wisdom family. Ada yang, ibu mungkin tidak tahu kalau keluarga saya non islam. Loh kalau kamu datang dari keluarga yang non islam, lalu kamu appear sebagai islam yang eksklusif maksud kamu apa? Jadi that kind of conversation muncul karena kamu berpenampilan seperti itu," ungkap Sri Mulyani.

"Sekarang saya pergi ke yang non islam. Saya pergi ke yang kristen dan yang hindu. Coba kalian sekarang ngomong terus terang persepsi kalian terhadap teman kalian yang bersikap seperti itu. Mereka mengatakan belum berani mengatakan. Itu kemerdekaan tapi kita semua dalam kementerian keuangan kan ada rambu-rambu," lanjut dia.

Menurut dia, semua itu dibicarakan hampir 12 jam lamanya.

"Energi saya sampai habis terkuras. Itu lebih susah dari mengurusi keuangan negara. Betul. Betul. Saya bilang saya capek tapi saya puas dan kita janjian. Oke malam ini kita tidur, saya ingin pertemuan ini satu bulan lagi di mana kita akan bicara lebih dalam lagi," tukasnya.