Liputan6.com, Jakarta - Musik keroncong menjadi ciri khas tersendiri bagi perayaan Natal yang dihelat di Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) atau yang sering disebut Gereja Tugu.
Alfons, salah satu pengurus GPIB mengatakan, alasan musik keroncong dibawakan dalam tiap perayaan hari besar keagamaan dikarenakan latar sejarah historis gereja yang sudah didirikan sejak masa kolonial Belanda di tahun 1747.
"Alunan kroncong itu lebih klasik betul-betul aslinya dibawakan dengan doa itu sejak gereja didirikan," kata Alfons di Gereja Tugu, Semper, Jakarta Utara, Rabu (25/12/2019).
Advertisement
Menurut Alfons, orang Portugis sangat gemar bernyanyi dan berpesta. Karenanya lingkungan Tugu tetap mempertahankan budaya tersebut. Namun sayangnya, alunan musik khas tersebut tidak dibawakan oleh personel yang biasa menyanyikannya.
Dikonfirmasi terpisah, Penatua Ida Darmawan mengatakan, para personel tersebut memiliki jadwal yang bertabrakan sehingga alunan keroncong itu dibawakan personel lainnya.
"Hanya ada pemain organ personel juniornya biasanya lengkap 10-15 personel dengan alatnya masing-masing seperti ukulele ada bas besar, dll," kata Ida.