Sukses

Kanwil Kemenkumham Jabar: Perubahan Lapas Sukamiskin Tak Bisa Sembarangan

Liberti tak menepis, bahwa memang ada perbedaan antara kamar yang ditempati Setya Novanto, Nazaruddin, dan Djoko Susilo.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Kanwil Kemenkumham Jawa Barat Liberti Sitinjak angkat bicara soal Lapas Sukamiskin yang kembali jadi sorotan. Menurutnya, Lapas Sukamiskin  sekarang ini sedang tahap renovasi usai mendapatkan surat rekomendasi dari cagar budaya. Karena itu, tak sembarangan untuk melakukan perubahan.

"Itu cagar budaya, tidak boleh sembarangan melakukan perubahan," kata Liberti di RSPAD, Jakarta, Kamis (26/12/2019) malam.

Dia tak menepis, bahwa memang ada perbedaan antara kamar yang ditempati Setya Novanto, Nazaruddin, dan Djoko Susilo di Lapas Sukamiskin.

"Baru kita mulai tanggal 10 bulan 10. Mudah-mudahan 31 Desember ini bisa selesai. Dan itu sudah kembali kepada fungsi awal, sudah standar. Menurut kasat mata berbeda dan itu sudah 10 tahun lebih," jelas Liberti.

Meski menyebut 31 Desember akan rampung, dia akan melihat kembali apakah bisa ditempatkan atau tidak. Karena sekarang posisi para napi tinggal di emperan.

"Sekarang napinya tinggal di emperan-emperan. Saya melihat dulu, sudah benar enggak ini bisa ditempati. Bisa saja kita dengan pihak ketiga masih ada harus dibereskan. Belum tentu bisa masuk itu orang. Sekarang semua ruangan itu, kosong. Kosong semua. Tinggal di emperan," ungkap Liberti.

Dia pun menyinggung pihak yang menyebut pihaknya kecolongan dan membiarkan mantan Ketua DPR keluar dari Lapas. Dirinya lantas menunjukan bahwa Setnov tetap berada di Sukamiskin.

"Ini ada foto Setnov kemarin. Siapa yang mengatakan dia tidak di dalam," ketus Liberti.

Dia pun menyindir, pihak yang menuding Setnov tak di Lapas, bicaranya kurang sehat.

"Itu yang saya bilang tadi, yang ngomong mungkin kurang sehat. Ngomong seenaknya. Bukan hotel pasti," kata Liberti sembari memperlihatkan video Setnov.

 

2 dari 2 halaman

Beda Sejak Zaman Belanda

Dia menegaskan, antara sel bawah dan sel atas memang berbeda. Dan itu sudah sejak zaman Belanda.

"Di zaman Belanda itu di lantai 2 memang berbeda. Bahwa besar kamar di lantai 2, dua kali lebih besar dibanding lantai 1. Kalau dulu itu tempat perwira-perwira. Jadi itu yang saya dengar sejarahnya," jelas Liberti.

Menurut dia, memang sekarang itu jauh dari standar ukuran sel. "Karena kurang luas. Prof (Anggota Ombudsman RI Adrianus Eliasta Meliala) sendiri sudah lihat kamar yang di bawah. Itu kalau kasur kita bentangkan itu sudah dia duduk berhadapan dengan tembok. Kalau orang tua ditaruh di situ kakinya sedikit ke senggol aja, jatuh di sana," kata Liberti.

Meski demikian, untuk yang di bawah akan tetap dibiarkan ukurannya sama. "Yang di bawah tetap segitu. Cagar budaya, kita enggak bisa sentuh," kilah Liberti.