Liputan6.com, Jakarta Nursiah (51) duduk bersandar di kursi. Kedua tangannya dilipat di depan dada. Keningnya sedikit berkerut dan mata menatap ke jalanan. Nursiah adalah salah satu korban banjir di Kampung Melayu.Â
Dia memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang. Sesekali mereka itu disapanya. "Dari mana pak," kata Nursiah.
Nursiah dihantui rasa penasaran saat orang tersebut datang membawa banyak bingkisan.Â
Advertisement
"Ambil sembako. Di depan ada orang bagi-bagi ke warga," jawab pria berkumis tipis dengan memakai topi di kepala.
Nursiah langsung mengalihkan pandangan ke dua anaknya, Vidia Oktaviani (18) dan Ferly Apriansyah (10) yang duduk di sebelahnya.Â
Kepada salah satu putrinya, dia meminta dia pergi ke ujung jalan, tempat didirikannya sebuah posko khusus untuk korban banjir.Â
"Coba kamu ke Posko Vid, kali aja ada pembagian pakaian," ucap Nursiah kepada Vidia Oktaviani.
Nursiah sepertinya sangat berharap pada bantuan. Pakaian cokelat dan celana renda-renda yang dikenakan terlihat basah dan banyak noda-noda lumpur. Rupanya baju itu menjadi satu-satunya yang dia miliki.
Rumah Nursiah terletak di RT 12 RW 06, Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Satu dari sekian banyak rumah yang terendam banjir akibat luapan Kali Ciliwung, Rabu, 1 Januari 2020.
Nursiah meninggalkan rumah bersama kedua anaknya mengungsi sementara ke tempat sahabatnya di Rusunawa kawasan Jakarta Barat. Tak ada satu pun barang yang dibawanya. Saat itu yang terpikir hanya menerobos banjir yang ketinggianya sudah seleher.
Kepada Liputan6.com, Nursiah mengaku selama dua hari terus mencari informasi mengenai ketinggian air di Kampung Pulo. Kamis Siang, saat banjir mulai surut, dia mengecek kondisi rumahnya.Â
Tak ada satupun barang-barang yang bisa terpakai. Seisi rumahnya penuh lumpur akibat tergilas banjir.Â
"Hancur semua mas, bisa dilihat ke dalam. Biar percaya kalau saya tidak bohong. Ini saya baru buang-buangin kasur," ucap Nursiah dengan nada serak.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Menanti Uluran Bantuan
Nampak sekali wajah Nursiah yang sangat lelah. Sejak air surut kemarin sore, Nursiah mencicil membereskan puing-puing banjir yang mengotori gubuk kecilnya itu.
"Mulai bersih-bersih saja mas. Kalau tidak bebenah dari sekarang. Nanti kalau lumpurnya kering lebih susah," ucap dia.
Nursiah tak keberatan harus membereskan sendiri. Ia mengaku sudah terbiasa menghadapi pemandangan semacam ini.
Nursiah hanya bingung dengan masa depan ke dua anaknya yang masih mengenyam bangku sekolah. Soalnya, peralatan sekolah lenyap tersapu banjir. Padahal, Senin depan aktivitas belajar-mengajar sudah dimulai.
Anaknya Vidia Oktaviani (18) merupakan pelajar kelas III SMK di YPM. Sedangkan Ferly Apriansyah (10) pelajar kelas III SD kelas di 06 Petang.
"Tadi anak saya bilang, mamah gimana mau ujian, baju, buku pada kerendem," ucap dia.
Dia berharap ada masyarakat yang tergerak hatinya mengulurkan bantuan minimal untuk perlengkapan anaknya.
"Pak Anies, atau siapa pun tolong bantulah anak-anak saya," tutup Nursiah.
Advertisement