Sukses

Nelayan Mengeluh Ongkos ke Natuna Sangat Mahal

Riswanto mengatakan, kendala yang dialami nelayan untuk melaut di Natuna adalah terkait ketersediaan bahan bakar minyak (BBM).

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Tegal Riswanto mengaku ada beberapa faktor menjadi kendala para nelayan apabila berlayar di perairan Natuna. Namun, pihaknya mengaku siap untuk melaut dan menjaga kedaulatan negara di perairan Natuna.

"Intinya kami siap, bahwasanya Natuna adalah bagian dari NKRI dan kami siap mengisi, siap kami berlayar di laut Natuna dengan apa yang nanti akan menjadi aturan, kami siap mengikuti," kata Riswanto usai bertemu Menko Polhukam Mahfud MD di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (6/1/2020).

Riswanto mengatakan, kendala yang dialami nelayan untuk melaut di Natuna adalah terkait ketersediaan bahan bakar minyak (BBM).

"Untuk kapal-kapal di atas 30 gross ton (GT) kita kan memakai BBM industri. Sedangkan biaya yang kita butuhkan untuk melaut ke Natuna itu tidak sedikit. Termasuk paling besar adalah biaya operasional terkait dengan harga BBM itu," katanya.

Dulu, kata Riswanto, saat pemerintah masih mensubsidi BBM, banyak nelayan yang berlayar ke Natuna. Namun, ketika BBM subsidi dibatasi hanya untuk kapal 30 GT ke bawah, maka kapal besar tidak bisa berlayar jauh.

"Untuk 39 GT ke atas kita memakai BBM industri, otomatis itu menambah biaya operasional yang ada. Padahal kita sifatnya adalah mencari ikan yang belum tentu kita dapat hasil ikannya," sambungnya.

Saksikan video di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Ongkos Mahal

Riswanto menjelaskan, untuk ongkos selama dua hingga tiga bulan dibutuhkan sekitar Rp 500 juta.

"Harapannya kalau memang kita mau ke sana, sekedar masukan dan saran ada harga khusus BBM untuk nelayan. Harga BBM subsidi kan 5 ribu sama seperti SPBU, kalau industri kan 8 ribu 9 ribu. 3 ribu selisihnya. Dikali kalau kita dalam satu trip itu 2 hingga 3 bulan bawanya sampai 20 ton udah kelihatan yang pertama," pungkas Riswanto.

Reporter: Ronald

Sumber: Merdeka

Â