Sukses

Kadis SDA DKI Sebut Atasi Banjir di Cekungan Harus Pakai Pompa Air

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) mengaku pihaknya membutuhkan waktu cukup lama untuk mengatasi banjir di wilayah cekungan.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) mengaku pihaknya membutuhkan waktu cukup lama untuk mengatasi banjir di wilayah cekungan. Sebab, harus memompa air banjir tersebut.

Juaini menyebut salah satu wilayah cekungan yakni Semanan, Jakarta Pusat.

"Di situ daerahnya cekungan, itu kan beberapa kali genangan. Kalau di jalan kan memang air langsung masuk ke saluran, kalau di Semanan itu kan daerahnya itu kayak mangkuk," kata Juaini saat dihubungi, Kamis (9/1/2020).

Dia menjelaskan, kalau berdasarkan gravitasi, air akan mengikuti kemiringan dan mengalir. Menurut Juaini, untuk memompa air di wilayah cekungan juga harus menunggu rebut air kali terdekat sudah mulai surut. Sebab, bila tidak menunggu surat air akan kembali meluap ke permukiman warga.

"Karena airnya penuh. Kalinya sudah surut, kemarin kami paksakan sedot, kirim pompa sebanyak-banyaknya ke situ supaya cepat (surut)," kata dia.

Sebelumnya, akibat hujan deras sejak 31 Desember 2019 malam hingga 1 Januari 2020 pagi, banjir terjadi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Ribuan orang harus mengungsi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Antisipasi Cuaca Ekstrem

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyiagakan sejumlah pompa mobile guna antisipasi cuaca ekstrem yang diprediksi terjadi pekan ini. Lokasi yang menjadi fokus Pemprov DKI adalah wilayah Jakarta Utara.

Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI, Dudi Gardesi mengatakan, kesiagaan pompa dilakukan di Jakarta Utara mengingat wilayah itu berbatasan langsung dengan laut. Saat cuaca ekstrem melanda, air laut hampir dipastikan akan pasang dan limpas ke daratan Jakarta Utara.

"Kalau untuk pasang laut tertinggi, iya. Dan biasanya memang ada limpasan di daerah-daerah tertentu. Terus itu kita stand by-kan lah, misal ada limpasan, itu lokasinya ada di mana, kalau memang tidak ada sistem itu, kita coba pasang pompa mobile," ujar Dudi, Rabu (8/1/2020).

Nantinya, kata Dudi, air laut yang merembes ke daratan akan dialirkan ke waduk-waduk. Itu pun tidak otomatis langsung dialirkan, tapi harus terlebih dahulu menunggu air di waduk sedikit surut.

Hal ini dikarenakan upaya mengalirkan air laut ke waduk menggunakan pompa dianggap kurang efektif jika dilakukan saat waduk penuh, hujan terus mengguyur, dan ada kiriman banjir dari hulu.

"Misalnya kondisi kalinya, airnya pasang, kalinya penuh, hujan lokal, ya kita pasti akan menunggu dulu itu selesai baru kita kerjakan," tuturnya.

Pemprov DKI diketahui memiliki pompa air sebanyak 487 unit. Saat banjir 1 Januari 2020, pompa yang dikerahkan sekitar 100 lebih, namun kemudian rusak sekitar 40 unit.