Sukses

Siapa Bilang Libur Telah Usai? Ayo Jelajah Jepang di Musim Dingin

Siapa bilang libur telah usai? Nah, bagi anda yang masih punya jatah rehat dari rutinitas sehari-hari, tidak ada salahnya memilih tujuan wisata yang dapat sedikit melemaskan urat tegang karena pekerjaan yang menumpuk dan membosankan.

Liputan6.com, Jakarta Siapa bilang libur telah usai? Nah, bagi anda yang masih punya jatah rehat dari rutinitas sehari-hari, tidak ada salahnya memilih tujuan wisata yang dapat sedikit melemaskan urat tegang karena pekerjaan yang menumpuk dan membosankan. Suasana baru sangat disarankan untuk merelaksasi pikiran agar nanti kembali segar usai berlibur.

Tapi, kemana tujuannya?

Tidak ada salahnya mempertimbangkan Jepang masuk dalam daftar salah satu tujuan berlibur anda. Negeri Matahari Terbit ini tidak pernah kehabisan batas untuk ditelusuri setiap jengkal daerah serta kearifan budaya lokal yang masih melekat di masyarakat sekitar.

Nah, untuk beberapa hari ke depan saya akan ajak anda berkeliling beberapa daerah menarik di Jepang yang dapat membantu anda memutuskan liburan awal tahun 2020 ini. Yuk, ikuti...

Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 874 mendarat dengan baik di Bandara Internasional Jepang Haneda, Tokyo, sekitar pukul 08.55 waktu setempat, setelah enam jam terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, sekitar pukul 23.40 WIB. Roda-roda pesawat berdecit tanda burung besi yang membawa kami terbang mengurangi kecepatan di landasan pacu. Perlu diingat, waktu di Jepang lebih cepat dua jam dari waktu di Indonesia.

Suhu tujuh derajat celcius menyambut saya di Jepang, Jumat 10 Januari 2020. Memang dalam rentang November hingga Februari, Negeri Sakura ini tengah mengalami musim dingin. Paling dingin bisa mencapai nol atau minus derajat celcius. Jadi, jangan sampai anda salah membawa pakaian berlibur, yang jelas jaket atau coat harus masuk daftar bawaan anda paling awal. Jangan sampai gara-gara salah kostum, liburan mendadak berubah jadi derita karena kedinginan. Tidak lupa, siapkan perangkat komunikasi anda tidak sampai putus komunikasi di Jepang. Saya memilih menggunakan perangkat wifi JavaMifi yang disewa di terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.

Di dalam bandara, transportasi umum, atau penginapan bisa saja dingin tidak terasa. Namun saat kita berada di stasiun atau jalanan, dingin menusuk sampai ke ubun-ubun. Jadi, jangan sampai menantang musim dingin Jepang, persiapkan baju hangat dan apparel yang dapat menghangatkan libur.

Dalam perjalanan bersama Vector Indonesia kali ini saya tidak sendiri, ada salah satu pemandu perjalanan, Mr Kitamura, yang menemani. Pria 49 tahun ini asal Kanazawa dan bekerja untuk Meitetsu World Travel, cukup piawai dan ramah menjelaskan mengenai daerah tujuan yang akan saya kunjungi.

 

2 dari 3 halaman

Peta Transportasi

Setelah keluar dari Imigrasi, usahakan mencari informasi tentang daerah yang akan dituju dan yang paling penting adalah peta kereta dan stasiun karena moda transportasi massal ini adalah paling vital di Jepang.

Perjalanan pertama saya adalah Matsumoto, sebuah wilayah yang berjarak sekitar 230-an kilometer dari pusat kota Tokyo. Untuk menuju ke sana, saya akan pergunakan kereta dari Haneda menuju Matsumoto.

Dari Haneda, saya membeli tiket Keikyu seharga 300 yen untuk transit ke Stasiun Shinagawa. Di Jabodetabek kereta listrik ini adalah Commuter Line-nya Jepang. Tiba di Shinagawa, sempatkan membeli makanan di gerai mini market untuk disantap selama perjalanan menuju Matsumoto.

"Kami biasa seperti ini agar dapat mengejar kereta selanjutnya. Di sini semua orang terburu-buru," ucap Kitamura.

Saya memilih sandwich untuk menu makan siang di kereta seharga 100 yen yang terdiri dari dua buah dengan isi daging ayam. Sementara Kitamura memilih sandwich dengan isi ham. Harganya sama, 100 yen atau seharga Rp 13.000.

Dari Shinagawa anda harus awas memperhatikan tanda jalur kereta yang akan ditumpangi. Dari stasiun ini saya transit dan berganti kereta JR tujuan Shinjuku, stasiun tersibuk di Tokyo, dengan menggunakan Yamamote Line. Kereta yang ditumpangi mirip MRT yang ada di Jakarta. Di stasiun ini juga anda sekaligus membeli tiket terusan Shinagawa-Shinjuku-Matsumoto seharga 4.070 yen untuk tiga tiket atau sekitar Rp 529.100 dengan nilai kurs yen 130.

Ada beragam pilihan transportasi selain kereta ekspres untuk menuju ke sini, pesawat terbang, kereta cepat Shinkansen, dan termurah adalah bus tingkat. Tentunya harga yang dipatok beragam, sesuai moda transportasi pilihan.

 

3 dari 3 halaman

Tiket Matsumoto

Jarak Shinagawa-Shinjuku ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan kereta Limited express Azusa menuju Matsumoto dan memakan waktu 2,5 jam. Kereta yang kami tumpangi berangkat pada pukul 11.00 waktu setempat dan tiba tepat pukul 13.25 waktu setempat.

Suasana kereta ekspres tidak terlalu sibuk seperti kereta sebelumnya. Pemandangan kiri kanan jendela kereta cukup memanjakan mata dan memantik untuk mengabadikannya dalam kamera ponsel. Terdapat lima stasiun yang menjadi pemberhentian kereta ekspres ini selain stasiun tujuan Matsumoto.

Suasana menggigil menyambut saya di Matsumoto. Kota ini tidak seramai kota besar seperti Tokyo. Bila ingin menetap di kota ini, jangan khawatir beragam hotel dan penginapan banyak tersedia di dekat stasiun. Cukup jalan kaki dan tidak perlu mencari taksi.

Orang-orangnya sangat tertib. Para penyeberang jalan mengikuti petunjuk lampu merah-hijau kala mereka menyeberang. Meski tidak ada kendaraan yang melintas, mereka tetap memilih lampu hijau yang berarti mempersilakan mereka untuk menyeberang.

Saat ini saya memilih untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalaan wisata Matsumoto. Apa saja wisata yang akan kita jelajahi di Matsumoto, ikuti dalam tulisan berikutnya.

Video Terkini