Sukses

Cerita Pilu Korban Banjir Bekasi

Banjir di awal tahun menerjang membuat rumah Dulia warga Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jati Asih, Bekasi kini porak-poranda.

Liputan6.com, Bekasi - Dampak pascabanjir masih menyisakan pilu di hati Dulia, warga Blok C13 RT 04 RW 08 Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Perempuan paruh baya itu tak henti memandangi kediamannya yang porak-poranda akibat terjangan air bah di awal tahun itu.

Setiap harinya, wanita 46 tahun itu bersama sang suami, Slamet Alamsyah Nasution (62), berjuang membersihkan sisa-sisa lumpur yang masih melekat di bagian-bagian rumah mereka.

"Bersih-bersih rumah dari pas mulai surut. Sekitar tanggal 2 lah mulai surutnya," kata Dulia kepada Liputan6.com, Jumat (10/1/2020).

Cerita Pilu Korban Banjir di Bekasi (Foto: Liputan6/Bam Sinulingga)

Sekeliling rumah Dulia masih dikepung lumpur setinggi mata kaki. Bahkan, ada titik tertentu yang lumpurnya masih sebetis orang dewasa. Relawan dikatakan hanya beberapa kali saja membantu warga membersihkan lumpur.

"Kemarin pernah ada dari para relawan, entah dari mana. Hanya membersihkan lumpurnya saja," ujarnya.

Masih teringat jelas di ingatan Dulia detik-detik saat banjir mulai menerjang rumah yang dihuninya bersama suami dan anak ketiganya. Tidak ada persiapan yang dilakukan karena dirinya tak menyangka banjir bakal terjadi.

Cerita Pilu Korban Banjir di Bekasi (Foto: Liputan6/Bam Sinulingga)

"Saya kejebak di atas. Saya kira waktu banjir itu tidak sampai atas lantai rumah saya. Waktu perahu lewat saja, tidak bisa mengevakuasi. Di sini tingginya lebih dari 5 meter, gapura saja tenggelam di sini," ungkapnya.

Sesaat pandangan ibu empat anak itu kembali sayu. Dia kembali teringat harta bendanya yang dikumpulkan selama bertahun-tahun, lenyap hanya dalam hitungan jam bersama kedahsyatan banjir yang menerjang.

"Rusak semuanya, alat eletronik, rumah juga pada rusak, asbesnya pada lari. Barang eletronik sudah ditaro di lantai dua pun terendam. Cuma baju satu karung (tersisa). Yang lain kerendam semua, termasuk dagangan warung," keluh wanita yang sehari-hari berdagang nasi uduk di depan rumahnya.

Bagi Dulia, ini merupakan banjir pertama sekaligus yang terparah yang dialaminya selama 3 tahun tinggal di permukiman tersebut.

"Belum pernah mengalami banjir, jadi ini yang baru pertama saya alami. Kata orang-orang di sini yang pernah mengalami banjir, di PGP ini lah banjir paling parah. Biasanya banjir tiga sampai tiga meter setengah. Ini parah dari tahun ke tahun banjirnya," celetuknya. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Membutuhkan Air Bersih

Di tengah kondisinya yang terpuruk, Dulia dan warga terdampak lainnya saat ini bertahan dengan bantuan yang disalurkan para relawan di lokasi. Salah satunya kebutuhan makan sehari-hari.

"Dapat nasi bungkus, tiap hari dua kali, siang dan sore. Tiap pagi ada yang nawarin gratis tapi kita kan sudah dapat. Pokoknya tiap saat ada saja yang nawarin sudah makan belum. Cuma saya tidak mau ambil, kan sudah dapat," paparnya.

Dulia juga sangat membutuhkan air bersih untuk keperluan sehari-hari, terutama membersihkan sisa-sisa lumpur yang masih tertinggal. Air bersih saat ini sulit diperoleh lantaran pompa air di rumahnya bermasalah.

"Mesin pompa nyala, tapi air tidak terangkat dari sumur. Kalau ada yang bisa membantu perbaiki mesin air lebih baik juga. Kemarin saja minta air setangki karena air nomor satu. Minta air setangki juga tempatnya terbatas, mesti cari tempat untuk menampung," kata dia.

Tak banyak yang diharapkan Dulia selain bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala. Ia bersama suami ingin secepatnya berjualan demi menyambung roda perekonomian rumah tangga.

"Harapannya hanya agar bisa pulih lagi, saya bisa berdagang lagi membuka warung nasi. Kaya begini kondisinya kita jadi tersiksa. Darah saya tensinya jadi naik dari 110 jadi 190. Apa karena kecapean, ya bisa aja," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.