Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan memandang, isu asing dan aseng masih laku dalam ajang pemilihan umum baik kepala daerah maupun presiden. Dengan catatan, calon yang disuguhkan kepada rakyat hanya ada dua pasang.
"Intinya pasti 10 tahun ke depan isu negara asing besar masih bisa dipakai dan karena China itu masih berpengaruh, menarik, dan seksi. Maka isu yang terkait asing dan aseng maka isu itu bisa dipakai oleh pemain politik di tingkat daerah dan nasional," kata Djayadi di saat ditemui di Jakarta Pusat, Minggu (12/1/2020).
Sebaliknya, lanjut Djayadi, isu aseng dan aseng tak akan berpengaruh banyak bila kontestan lebih dari dua pasangan calon dan berasal dari unsur yang sama, seperti latar belakang agama, ras dan etnis.
Advertisement
"Tetapi kalau peserta banyak dan tak ada pembelahan, ya tidak mudah menggunakannya (isu aseng dan asing)," lanjut dia.
Baca Juga
Selain isu asing dan aseng, Djayadi memprediksi, politik identias juga masih akan tersaji pada kontestasi pemilu, termasuk pada Pilkada 2020 mendatang.
Apalagi, sambung Djayadi, jika tiap daerah hanya ada dua pasang kandidat calon alias head to head. Menurutnya, politik identitas, agama, dan etnis tetap laku.
"Tergantung isu pemilunya, kalau pemiunya head to head seperti 2014, 2019 dan ada polarisasi pembelahan seperti politik identitas, dalam hal ini agama dan etnis, isu itu bisa dipakai lagi," tambah Djayadi.