Liputan6.com, Jakarta Ketika Anda melakukan perjalanan, tentunya menu favorit lokal menjadi incaran. Di wilayah Jepang yang dekat dengan laut, aneka jenis ikan akan menjadi menu andalan. Namun, bukan berarti wilayah dataran tinggi tidak memiliki menu tersebut. Meski demikian, menu berikut bisa jadi alternatif untuk mendapatkan sensasi lain dari yang lain.
Saat berada di Matsumoto untuk perjalanan wisata bintang tiga Jepang atas undangan Meitetsu World Travel Jepang dan Vector Indonesia, saya mendapat rekomendasi untuk mencicipi soba, satu rumpun dengan mi seperti udon dan ramen. Soba terbuat dari gandum atau tepung soba dan air dan dipotong pipih memanjang.
Pilihan untuk menyantap soba adalah restoran yang cukup terkenal di Matsumoto, restoran Marushu di Jalan Chuo. Jaraknya cukup dekat. Dari Stasiun Matsumoto cukup berjalan kaki dan ditempuh dalam delapan menit. Dengan berjalan kaki cukup membantu menghangatkan tubuh dari cuaca dingin kala itu.
Advertisement
Perlu dicatat, restoran di sini tidaklah megah atau bertingkat-tingkat. Rata-rata dikelola oleh keluarga dan bersatu dengan kediaman. Cukup sederhana, hanya keuletan mengelola restoran, bersahabat, serta menjaga cita rasa soba cukup untuk membuat restoran ini terkenal dari mulut ke mulut hingga seantero Jepang. Bila dihitung dari kursi yang tersedia, restoran ini hanya mampu memuat 19 pengunjung.
"Selebihnya diminta menunggu antrean di luar restoran," kata Yoshiko Tomiyama, pemandu perjalanan saya selama di Jepang, 11 November 2019.
Â
Setelah memasuki restoran yang bersatu langsung dengan dapur pembuatan soba yang memiliki luas total sekitar 70 meter persegi ini, saya langsung disambut ramah suami-istri empunya restoran. Karena tampang saya tidak seperti orang Jepang pada umumnya, sang pemilik langsung menanyakan dari mana saya berasal. Dia pun sedikit memberikan penjelasan mengenai soba yang akan kami pesan nanti.
"Soba kami adalah homemade," kata sang pemilik pria.
Saya memilih soba dengan kuah dan daging sapi. Harapannya, menu ini dapat menghangatkan tubuh saya yang akan kembali menjelajah Matsumoto usai makan siang. Sementara rekan saya memilih soba dingin tanpa kuah. Teh hangat menjadi hidangan pembuka. Lima belas menit menunggu, soba yang kami pesan pun tiba.
"Jangan terkejut kalau kami agak berisik makan soba. Kami makan dengan cara menyeruput," ujar Yoshi.
Â
Dalam nilai beberapa orang di Indonesia, makan dengan cara seperti itu bisa disebut tidak punya sopan santun."Tapi bagi kami ini adalah cara bagaimana menikmati aroma dan tekstur soba. Coba saja, akan lain rasa dan sensasinya," ujar Yoshi.
Benar saja, aroma yang dihirup hidung sungguh terasa. Sementara tekstur soba sangat terasa ketika saya menghirupnya perlahan. Satu mangkuk soba dipatok seharga 1.000 yen atau 130 ribu rupiah, Soba hangat atau kuah. Harga termasuk hidangan lain seperti teh dan makanan pembuka semangkuk kecil sayuran.
Soba dan bercangkir-cangkir teh tandas. Perjalanan pun berlanjut menjelajah Matsumoto. Disarankan membawa tempat minum untuk isi ulang. Karena kota ini dikelilingi pegunungan Japan Alps, air yang mengalir ke kota berasal dari mata air yang siap diminum. Setelah semuanya siap, perjalanan berlanjut ke beberapa spot terbaik di Matsumoto.
Â
Sashimi Daging Kuda
Usai menjelajah, saya kembali mendapatkan rekomendasi menu makan malam yang cukup langka. Menu ini tidak selalu ada di restoran yang akan dituju, Ippo yang terletak di Jalan Major. Jaraknya dekat dengan Kastil Matsumoto, sekitar lima menit, sementara dari Stasiun Matsumoto ditempuh sekitar 15 menit dengan jalan kaki.
Restoran ini berkonsep Izakaya yang berarti tempat nongkrong atau chill out. Berbagai menu pilihan tersedia di dalam buku menu, termasuk sake pilihan. Saya pun memesan irisan daging kuda seperti yang direkomendasikan Yoshi.
"Karena di sini jauh dari laut yang kotanya melimpah ikan, maka untuk memenuhi protein warganya adalah dengan mengkonsumsi daging kuda, kandungan proteinnya tinggi," kata dia.
Beruntung, apa yang dicari dan masuk dalam daftar menu makan malam ini tersedia. Karena daging ini terbilang langka di pasaran dan hanya dijual ketika ada pesanan. Yoshi tidak merinci harga daging ini.
"Di antara urutan harga daging sapi, ayam, dan babi, harga daging kuda di atas daging sapi, cukup mahal," kata dia.
Daging ini disajikan dalam bentuk irisan tipis dan dimakan tanpa dibakar dan dicampur soya atau seperti menikmati sashimi. Saat masuk ke mulut, tidak ada beda rasa daging kuda dengan daging sapi.
Sekitar 10 irisan daging kuda dalam satu mangkuk kecil di restoran ini dihargai 1,250 yen atau 162,500 rupiah.
Â
Advertisement
Western Design Hotel
Makan malam usai, selanjutnya beristirahat dan mempersiapkan tenaga untuk perjalanan wisata musim dingin Jepang selanjutnya. Saya memilih Hotel Marunouchi hotel dengan desain western ketika pertama memasuki Jepang. Jarak dari Ippo sekitar 50 meter. Kamar yang saya pesan adalah type western dengan harga per malam 14 ribu yen atau 1,8Â juta per malam.
"Harga itu akan berubah bila hari-hari besar atau weekend di Matsumoto," kata Yoshi.
Selain kamar, para tamu juga dapat menikmati fasilitas berendam air panas atau hot spring bath sepanjang malam. Tentunya area wanita dan pria terpisah.