Liputan6.com, Jakarta - Konflik antara Dewan Pengawas Televisi Republik Indonesia (TVRI) dengan Helmy Yahya semakin meruncing. Penyebabnya, Dewan Pengawas memberhentikan Helmy dari jabatannya sebagai Direktur Utama TVRI.
Helmy Yahya tak terima. Apalagi Helmy mengklaim telah membawa TVRI semakin cemerlang selama dua tahun menjabat duduk di kursi orang nomor satu di TVRI.
Helmy bercerita panjang mengenai capaian dan perjuangannya untuk TVRI. Saat pertama kali datang ke TVRI, Helmy melihat banyak hal yang memprihatinkan. Salah satunya TVRI kurang diminati oleh masyarakat Indonesia.
Advertisement
Mulai dari rating TVRI yang loyo, logo yang dinilai jadul sehingga tidak menarik penonton. Peralatan usang. SDM tidak terbentuk dengan baik. Hingga laporan keuangan yang empat kali diganjar disclaimer oleh BPK.
"Aset sangat memprihatinkan. Waktu saya jadi Dirut ada 200 kamera yang hilang dan laptop hilang," katanya dalam jumpa pers di Kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (17/1/2020).
Setelah Helmy Yahya memimpin TVRI, televisi pelat merah itu langsung mendapatkan penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) juga diklaim lebih baik. Karyawan mendapatkan tunjangan kinerja.
"TVRI pertama kalinya menerima WTP. Ini pertama kali. Kami lakukan lobi, perhitungan. 30 Desember Presiden sudah tanda tangan Perpres 89 Tahun 2019 tentang Tunjangan Kinerja (Tunkin) untuk pegawai TVRI. Kalau tidak ada aral melintang, 1 Februari ini sudah terima Tunkin dan akan dirapel 17 bulan karena dihitung dari Oktober 2018," bebernya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Jumlah Penonton Meningkat
Dia juga bercerita mengenai beberapa program TVRI yang kini semakin terkenal dan menjadi peringkat pertama diseluruh stasiun televisi. Seperti program Siapa Berani, Discovery, Jelajah Kopi, dan Liga Inggris.
Helmy memaparkan jumlah penonton TVRI. Saat pertama memimpin TVRI pada November 2017, jumlah penonton 50.000. Di ujung kinerjanya sebagai Dirut, jumlah penonton TVRI diklaim naik 20 kali lipat.
"Jadi 120.000. Share kami di bawah 1. Akhir tahun naiknya luar biasa. Dulu orang bilang program apapun nggak ada yang tonton. Kami tayangkan program timnas Indonesia, TVRI dapat nomor 1," ujarnya.
Dari segi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), diklaim tumbuh positif.
"Sebelum kami masuk Rp 148 miliar lalu kami capai Rp 165 miliar. Tahun ini kita Rp 168 miliar," ujarnya.
Reporter: Ronald
Sumber: Merdeka
Advertisement