Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pihak mempertanyakan hubungan Kantor Staf Kepresidenan dengan mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Hary Prasetyo. Saat ini, Hary sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus Jiwasraya oleh Kejaksaan Agung.
Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko menegaskan, Hary tak memiliki hubungan khusus dengan KSP. Meskipun, diakuinya Hary pernah menjadi Tenaga Ahli Utama Kedeputian III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-Isu Ekonomi Strategis di KSP.
"Enggak ada, hubungan apa lagi. Kita kemarin hubungan kerja saja," kata Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (20/1/2020).
Advertisement
Baca Juga
Setelah Hary tak menjabat sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian III KSP, Meoldoko memastikan, mereka tidak berkomunikasi lagi. Sejak saat itu juga Moeldoko tak mengetahui keadaan dan jabatan apa yang diemban Hary.
"Setelah beliau enggak di sini, enggak ada hubungan apa-apa," ucap Moeldoko.
Meoldoko menekankan, kasus Jiwasraya yang menyeret Hary tak terkait sedikit pun dengan KSP. Mantan Panglima TNI ini mempersilakan penegak hukum mengusut tuntas kasus yang membelit Hary.
"Oh iya lah, itu proses hukum. Tidak ada kaitan dengan Moeldoko apalagi KSP," tegasnya.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Kasus Jiwasraya
Sebelumnya, saat rapat dengar pendapat antara Komisi III DPR dan Jaksa Agung ST Burhanuddin di Gedung DPR hari ini, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Demokrat, Benny K Harman meminta Jaksa Agung menjelaskan detil kronologi terjadinya skandal Jiwaraya. Termasuk latar belakang Hary yang pernah menjabat sebagai Tenaga Ahli Utama KSP.
Benny penasaran siapa yang membawa Harry masuk ke KSP. Dia juga meminta Jaksa Agung mengungkap hal tersebut.
"Follow the money, susah. Ikut manusianya. Harry Prasetyo pernah di KSP dua tahun atau lima tahun atau setahun. Dan menjadi tenaga ahli utama di sana, mestinya dipanggil, siapa yang bawa dia ke sana. Kan gitu Pak," tegas Benny.
Benny pun curiga, Jiwasraya ini ada kaitannya dengan Pemilu 2019. Sebab, dia yakin korupsi besar tersebut terjadi menjelang Pemilu 2019.
"Jangan-jangan follow the money follow the people tadi ada hubungannya dengan pemilihan umum 2019 yang lalu. Kan gitu Pak. Ya aku gak tahu itulah. Tapi ini kan ada konsistensi Pak, ada kasus Jiwasraya ini main begitu canggih begitu halus, dari Istana dikendalikan, kan gitu, kalau betul Istana," tambah dia.
"Makanya saya ingin tahu. Apa betul, kok lama-lama istana ini jadi bungkam maling maling ini, gimana. Ini harus dibuka. Harus dibuka. Tapi kan saya enggak tahu. Betul enggak. Jangan jangan Prasetyo yang lain, makanya saya tanya. Apa betul yang dimaksudkan ini," tutup dia.
Â
Reporter: Titin Supriatin
Sumber: Merdeka.com
Advertisement