Liputan6.com, Jakarta - Kematian siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 147, Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur, berinisial SN (14) masih meninggalkan pertanyaan besar. Pasalnya, SN diduga melakukan bunuh diri dengan loncat dari lantai 4 sekolahnya karena menjadi korban perundungan atau bullying.
Tim merdeka.com mencoba menelusuri kebenaran itu. Namun, pihak sekolah enggan menanggapi dugaan pemicu bunuh diri siswanya tersebut. Bahkan, Kepala Sekolah SMPN 147 Narsun yang tadinya menjanjikan akan bertemu awak media tiba-tiba pergi dengan alasan dipanggil kepolisian.
Baca Juga
"Mohon maaf, kita sudah satu pintu dan menyerahkan ke pihak kepolisian ya mas," kata Wakil Bidang Sarana dan Prasarana dan Humas SMPN 147 Misnetty saat ditemui di lokasi, Selasa (21/1/2020).
Advertisement
Begitu juga sekuriti sekolah yang berdasarkan informasi merupakan saksi yang ikut menyelamatkan korban ke rumah sakit, pun enggan berbicara. "Maaf ya mas, tadi sudah dengarkan apa yang disampaikan oleh Ibu Netty, jadi maaf ya," katanya.
Tim akhirnya mencoba menghubungi Kepsek SMPN 147 Narsun melalui sambungan telepon. Dia menegaskan, bahwa di sekolah tersebut tak ada tindakan perundungan terhadap korban.
"Untuk bully pertama saya jawab, saya pastikan tidak ada di sekolah. Jadi kalau Anda menanyakan apakah bully, saya pastikan tidak ada itu di sekolah," tegasnya saat dihubungi merdeka.com.
Narsun menyatakan, pihak sekolah telah diperiksa oleh kepolisian terkait kasus bunuh diri siswanya. Sehingga, kasus tersebut diserahkan kepada pihak kepolisian.
"Selanjutnya saya tidak akan jawab banyak-banyak nih, kedua kami sudah di BAP di Polres, di Polsek. Ketiga permasalahan sudah kami serahkan sepenuhnya ke dinas dan ke polisi," ujarnya.
Lebih lanjut Narsun enggan menjawab prihal dugaan kasus bunuh diri itu seolah ditutup-tutupi. Sebab, peristiwa terjadi pada Selasa (14/1) namun polisi baru mendapatkan kabar pada Kamis (16/1), atau selang dua hari setelah korban meloncat.
"Untuk selanjutnya dinas kami sepenuhnya ya. saya sudah laporkan ke polisi ya, makasih ya," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Perundungan Verbal
Penyidik Polres Metro Jakarta Timur memeriksa orangtua SN (14), Dinar Ariefianto terkait kasus bunuh diri anaknya. SN yang merupakan siswi SMPN 147 Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur tewas setelah terjun dari lantai 4 sekolahnya, pada Selasa 14 Januari lalu.
Dinar diperiksa selama delapan jam sejak Senin 20 Januari 2020 malam terkait kasus bunuh diri putrinya.
Ketua tim pengacara Dinar, Defrizal Damaris mengatakan, salah satu poin yang disampaikan kliennya kepada penyidik yakni, bahwa anaknya jadi korban bullying atau perundungan di sekolahnya.
"Korban pernah curhat ke kakaknya mengenai perundungan di sekolah. Tapi mungkin bukan perundungan fisik. Perundungan verbal, ini yang lagi digali kepolisian, apa motifnya," kata Defrizal di Mapolrestro Jakarta Timur, Selasa (21/1/2020).
Katanya, SN selalu bercerita kepada kakak tertuanya itu usai sang ibu meninggal karena sakit. Meskipun tak mendengar langsung curhat tersebut, kakak perempuan SN disebut sebagai pengganti sosok ibu.
"Pernah salah satunya dia (SN cerita) dikeluarkan dari grup WA di sekolah. Kalau bully fisik sih enggak pernah disampaikan ke ayahnya," ujarnya.
Reporter: Ronald Chaniago
Sumber: Merdeka.com
Advertisement