Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Bogor Bima Arya optimistis persoalan pembangunan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin yang berlarut bertahun-tahun akan selesai. Bahkan, dia menargetkan, pembangunan gereja itu sebelum masa jabatannya berakhir pada 2024.
"Kami ingin opsi atau solusi terbaik, dan saya optimis kepada Pak Menko, saya sampaikan sebelum saya selesai masa jabatan sebagai wali kota, insyaallah, ini akan selesai," katanya di Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Baca Juga
Hal tersebut disampaikannya usai bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahdud MD di Kantor Kemenko Polhukam RI. Bima mengakui persoalan GKI Yasmin menjadi salah satu yang dibahas.
Advertisement
"Ya, umumlah, kami sampaikan juga bahwa semangatnya sama, yaitu semangat untuk berkomunikasi dengan semua. Jadi, ini harus sinergis dengan semua. Ini harus juga diterima dengan semua," ujarnya.
Pemerintah Kota Bogor, dia menambahkan, sekarang ini makin intens berkomunikasi secara baik dengan pihak gereja dan tokoh agama sehingga tercipta suasana yang nyaman.
"Opsi-opsi kami diskusikan semua dan semangatnya sama, ya, semuanya sadar dan setuju bahwa citra toleran harus terus dikuatkan di Kota Bogor. Persoalan GKI Yasmin ini menjadi salah satu ujian bagi kita," jelasnya.
Bima menjelaskan bahwa komunikasi intensif juga terjalin dengan Tim 7 yang dibentuk gereja dengan bertukar pikiran dan berdialog, termasuk dengan warga.
"Yang penting saya sampaikan bahwa kemajuan signifikan opsi solusi tidak terjebak masa lalu. Kedua juga sepakat menjaga komunikasi dengan semua dengan semua elemen dijaga," katanya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bermula Tahun 2008
Persoalan GKI Yasmin bermula terjadi pada tahun 2008 yang awalnya terkait dengan izin dari pemerintah kota setempat, kemudian berkembang pada penolakan warga yang membuat berlarut hingga sekarang.
Bima mengatakan, kasus GKI Yasmin sebagai isu lama yang belum selesai. Tidak lagi menjadi isu lokal, tetapi juga sudah menjadi isu nasional.
Bahkan, GKI Yasmin juga menjadi salah satu indikator yang menyebabkan Kota Bogor dinilai sebagai kota intoleran berdasarkan hasil riset SETARA Institute pada tahun 2015.
Advertisement