Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi XI DPR M Misbakhun menilai Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati belum mampu memenuhi target implementasi pembangunan yang ditargetkan pemerintah Jokowi.
Menurut Misbakhun, realisasi APBN 2019 belum memperlihatkan prestasi Sri Mulyani yang pernah dinobatkan sebagai menteri keuangan terbaik di dunia. Merujuk laporan tentang realisasi APBN 2019 yang dipaparkan SMI pada rapat kerja di Komisi XI DPR, Kamis (30/1/2020).
Baca Juga
Misbakhun menilai banyak hal tentang perekonomian nasional pada tahun lalu yang berjalan di luar skenario yang disepakati pemerintah dan DPR.
Advertisement
"Kalau kita lihat realisasi seperti ini tidak bisa menggambarkan bahwa Pak Jokowi sedang memberikan kepercayaan kepada menteri keuangan terbaik di dunia. Realisasinya bisa kita lihat defisit bertambah, penerimaan tidak tercapai," kata Misbakhun di hadapan Sri Mulyani.
Sebagai anggota DPR dari partai yang menjadi salah satu pendukung utama Jokowi, Misbakhun mengaku tak ingin Jokowi dianggap gagal akibat perekonomian yang buruk. Seharusnya, kata Misbakhun, Sri Mulyani yang telah dipercaya Jokowi untuk menjadi Menkeu bisa menunjukkan kinerja positif.
"Saya tidak ingin Pak Jokowi yang sudah meng-hire Menkeu terbaik di dunia, kemudian orang mempermalukannya. Target-target ekonominya diolok-olok oleh masyarakat, diolok-olok oleh orang lain sebagai presiden tukang utang karena utangnya bertambah dan sebagainya," beber Misbakhun.
Dalam raker itu Menkeu. Sri Mulyani menjelaskan bahwa realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.957,2 triliun atau tumbuh 0,7 persen dibandingkan capaian tahun 2018. Masalahnya, kata Misbakhun, terjadi defisit akibat penerimaan pajak yang hanya mencapai Rp1.331 triliun dari target Rp 1.577 triliun dalam APBN 2019.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Defisit Rp 246 Triliun
Menurut Misbakhun, ada defisit sebesar Rp 246 triliun yang memberikan tekanan kepada APBN 2019. Anehnya, tutur politikus yang dikenal getol mendukung Jokowi itu, target penerimaan perpajakan kembali dinaikkan pada APBN 2020.
"KADIN juga menyampaikan bahwa mereka juga mempunyai banyak pertanyaan, kenapa realisasi 2019 cuma tumbuh sekitar 1,7 persen, tetapi target berikutnya makin tinggi? Karena apa, merekalah yang akan menjadi para pembayar pajak. Sampai sekarang kita tidak menemukan strategi apa yang akan diterapkan oleh pemerintah untuk mengatasi itu," urai wakil rakyat asal Pasuruan itu.
Untuk diketahui, pendapatan negara dalam APBN 2020 ditargetkan sebesar Rp 2.233,2 triliun, sementara belanja negara Rp 2.540,4 triliun. Defisit ditargetkan sebesar Rp 307,2 triliun atau setara 1,76 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Adapun pembiayaan defisit APBN 2020 akan bersumber dari utang sebesar Rp 351,9 triliun, investasi negatif Rp 74,2 triliun, pemberian pinjaman Rp 5,1 triliun, kewajiban penjaminan negatif Rp 600 miliar, dan pembiayaan lainnya Rp 25 triliun.
Misbakhun mengaku sudah berkali-kali mengingatkan SMI agar tak salah membuat asumsi tentang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) ataupun realisasi PPh migas dalam APBN 2019. “Kenapa desainnya masih seperti ini lagi?" tukasnya.
Advertisement