Liputan6.com, Jakarta Komisi VI Dewan Perwakilan rakyat (DPR) RI menggelar rapat dengan pendapat (RDP) dengan Kementerian BUMN dan Komisaris-Direksi BUMN Bidang Energi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (3/2/2020).
Rapat yang dipimpin Wakil Ketua Komisi VI DPR-RI Aria Bima tersebut mengangkat topik penggunaan EBT dan menanyakan kepada PLN bagaimana roadmap dan rencana PLN ke depan dalam rangka meningkatkan target rasio EBT yang ditargetkan mencapai 23 persen pada tahun 2025.
Baca Juga
Anggota Fraksi PDI Perjuangan Sondang Tampubolon sempat mempertanyakan upaya PLN memaksimalkan pembangkit listrik berbahan dasar diesel, terlebih Indonesia mempunyai sumber daya melipah bila memaksimalkan potensi biodiesel sebagai bahan bakar.
Advertisement
"CPO kita sangat melimpah. CPO kita bahkan diteliti bisa menjadi bahan bakar pesawat atau avtur . Kita adalah produsen CPO terbesar. Harusnya itu dimanfaatkan sebagai bioenergi terbesar. Kita harus bangga dengan pemanfaatan CPO,” ucap Sondang.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam paparannya di depan Pimpinan dan Anggota Komisi VI DPR mengatakan, Komisaris dan Direksi baru PLN berkomitmen untuk membangun PLN yang mengedepankan Good Corporate Governance.
Selain itu, ia mengatakan bahwa tantangan PLN adalah mengubah paradigma dilayani menjadi melayani pelanggan dan masyarakat.
"Kami menekankan pentingnya Good Corporate Governance dalam mengembangkan PLN ke depan sebagai aspek yang penting. Selain itu, perubahan dari kebiasaan dilayani menjadi melayani juga terus kita bangun,” paparnya.
Terkait pertanyaan dan komentar dari para anggota Komisi VI DPR, Wakil Direktur PLN Darmawan Prasodjo memberikan tanggapan. Dia mengatakan, masukan dari anggota dewan menjadi pegangan baik untuk membuat PLN bisa lebih maju ke depan.
"Misalnya bagaimana kita merancang strategi yang cerdas dan mampu melaksanakan secara operasional, termasuk dalam pengembangan EBT," ucap dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Harga Makin Terjangkau
Menurut Darmawan, PLN akan membangun infrastruktur gas yang masif di titik-titik pembangkit yang selama ini masih meminum BBM berbasis impor dan digantikan oleh gas yang berbasis dalam negeri.
Darmawan menambahkan, dalam hal penggunaan EBT, "Inovasinya sangat maju. Manusia itu berinovasi dari waktu ke waktu. Solar cell atau Photo Voltaic misalnya, harganya sekarang makin terjangkau. Jika dulu sekitar 10 sen, sekarang PLN menggandeng Masdar dari Uni Arab Emirat bisa dicapai harga sekitar 5,8 sen dolar,” terang Darmawan.
Sementara itu, untuk meningkatkan kinerja korporasi, Darmawan menjelaskan, “PLN sedang melakukan reassesment, bagaimana meningkatkan efisiensi, melakukan regional balancing. Kita sedang mencari aspek keandalan dan keekonomian.”
Advertisement