Sukses

Suka Cita WNI dari Natuna Pulang ke Kampung Halaman

Usai menjalani masa karantina atau observasi selama 14 hari di Natuna, Kepualauan Riau, 238 WNI, telah kembali pada keluarganya masing-masing.

Liputan6.com, Jakarta - Usai menjalani masa karantina atau observasi selama 14 hari di Natuna, Kepualauan Riau, 238 WNI telah kembali pada keluarganya masing-masing, Sabtu (15/2/2020).

Ke-238 WNI ini berasal dari 30 provinsi yang berbeda. Dari jumlah tersebut, WNI terbanyak berasal dari Jawa Timur, yaitu 65 orang.

Tercatat ada tiga pesawat disiapkan TNI AU untuk membawa kembali para WNI usai observasi di Natuna menuju Halim Perdanakusuma. Yaitu pesawat Hercules, Boeing 737 dengan nomor penerbangan A7306, dan Boeing 737 nomor penerbangan AI7304.

Senyum mengembang dan luapan kegembiraan ditunjukkan para WNI saat bersiap meninggalkan Natuna dari Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Sabtu (15/2/2020) siang.

Mereka bahkan sempat mengabadikan foto untuk berselfie ria dengan para anggota TNI sebelum menaiki pesawat.

"Makasih pak," kata WNI yang akan meninggalkan Natuna seraya mengibarkan bendera Merah Putih kecil di tangannya. Para WNI juga melakukan tos tangan ke sejumlah anggota TNI.

Luapan kegembiraan tak hanya berhenti sampai disitu. Tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, wajah-wajah penuh sukacita kembali ditunjukan ke-238 WNI saat kembali bertemu dengan keuarganya masing-masing.

"Saya baru saja mendarat bersama rombongan pertama. Sekitar 100 orang. Dan dalam kondisi sehat sangat berbahagia. Karena mau ketemu keluarganya. Dalam kondisi yang sangat sehat," kata Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta yang ikut dengan pesawat pertama yang membawa rombongan WNI dari Wuhan.

Salah satu WNI asal Sulawesi Selatan, Patmawaty Taibe menegaskan dirinya sehat.

"Kami semua sehat. Teman-teman yang ada di Natuna selama observasi semuanya sehat. Tidak ada yang terkena virus corona," kata Patmawaty di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (15/2/2020).

Dia pun mengucapkan rasa terima kasih kepada pemerintah Indonesia. Terlebih kepada masyarakat Natuna.

"Jadi kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pemerintah Indonesia. Presiden, Menlu, TNI, BNPB, Perhati, KBRI Beijing. Terima kasih banyak untuk masyarakat Natuna sudah berbesar hati menerima kami selama observasi," jelas Patmawaty.

Dia sempat bercerita soal keadaan di Wuhan. Di mana, tak bisa kemana-mana. "Tapi itu pilihan kami. Jadi bukan pemerintah Tiongkok yang mengharuskan kami tinggal di rumah. Karena kami takut kena virusnya. Kan penyebarannya juga cepat banget," ungkap Patmawaty.

Dia menuturkan, sejauh ini masih ingin balik ke Wuhan. Namun, masih menunggu di sana kondusif.

"Kami tunggu sampai masa kondusif ya di Wuhan untuk balik kembali. Karena memang sampai sekarang pemerintah Tiongkok sendiri belum ada informasi sampai kapan Wuhan kondusif. Jadi kita masih nunggu, baru kita pikirkan ke depannya gimana," jelas Patmawaty.

Sementara itu, temannya yang berasal dari Jakarta, di mana berkuliah di tempat yang sama di Central China Normal University, Gerard Ertandy membenarkan sekarang melakukan aktivitas kuliah secara online. "Itu betul," ujarnya singkat.

Di tempat yang sama, WNI asal Medan Yuliannova Lestari Chaniago, yang berkuliah di tempat sama, juga membenarkan, semuanya saat itu di Wuhan, saling menjaga diri, sehingga memilih tak keluar rumah.

"Jadi kami jaga diri aja. Dan tidak ada kata tidak boleh keluar. Tapi kita dianjurkan mengurangi aktivitas di luar rumah," ungkap Yuli.

Dia pun menceritakan soal masa observasi selama 14 di Natuna. Menurutnya sangat menyenangkan.

"Fun ya, kami senang, happy banget. Berat badan kami naik. Karena memang masa observasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan kami dan memang sangat diperhatikan. Tiap hari diperiksa," jelas Yuli.

Bahkan, untuk makan saja, tidak ada sama sekali hambatan. "Makan 3 kali sehari. Sore juga ada. Olah raga pagi sore," pungkasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Disambut Keluarga

Kedatangan para WNI disambut gembira oleh anggota keluarga masing-masing. Mereka bahkan membawa huruf-huruf besar bertuliskan Welcome Home.

Terpantau di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, salah satu keluarga sudah hadir. Dia pun merasa senang mengetahui anaknya akan kembali.

"Bahagia sekali, senang sekali," kata Apriliya, ibunda dari pelajar asal Indonesia di China bernama Yusuf Azhar di lokasi, Sabtu (15/2/2020).

Dia datang ke Bogor untuk menjemput anaknya. Setelah tiba di rumah, keluarganya akan mengadakan syukuran.

"Ya, untuk baca doa lah di rumah nanti. Syukuran untuk menyambut. Semua orangtua bahagia," jelas Apriliya.

Dia pun menuturkan, para tetangga tidak merasa khawatir. Meskipun, ada yang bertanya tentang kondisi anaknya.

"Ada tetangga kan tahu sekolahnya, kuliahnya di China. Tanya, gimana Yusuf? Alhamdulillah baik. Gimana Natuna enggak diterima? Alhamdulillah pemerintah selalu mensupport, akhirnya terima," cerita Apriliya.

Dia menegaskan, jika kondisi sudah membaik, tetap ingin anaknya bisa berkuliah ke China. Pasalnya, anaknya tersebut baru September 2019 berkuliah di sana.

Bahkan, menurut dia, sampai sekarang anaknya masih diberi tugas oleh pihak kampus secara online.

"Saya tanya gimana Zar? Sementara saat ini mereka dikasi tugas sama Lause. Dikasih PR, secara online," jelas Apriliya.

Dia pun menuturkan, anaknya saat pulang pun akan tetap dipantau kesehatannya.

"Dari anak (dapat) informasi, nanti aku di rumah, dari kesehatan datang memantau aku. Dari RT RW diberitahu aku ini sehat, aku tidak sakit," pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Diterima di Lingkungan

Apriliya mengaku tetangga mereka di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, tidak bersikap berlebihan atas anaknya sepulang observasi.

"Alhamdulillah tetangga baik, perhatian bertanya-tanya karena tahu sekolah di China dan sempat ditolak di Natuna, namun semuanya tanggapannya tidak berlebihan pada Yusuf," kata Apriliya.

Dilansir Antara, selama anaknya di Wuhan hingga menjalani observasi di Natuna, Apriliya mengaku komunikasi dengan anaknya lancar-lancar saja walau Yusuf tidak diizinkan keluar dari asramanya sehubungan dengan wabah itu kecuali mendesak.

Namun ketika dievakuasi ke Natuna, komunikasi mereka tidak terjalin satu hari satu malam.

"Pas sampai di Natuna dia WA, ketika sudah dapat kartu. Dari situ kami komunikasi," kata Apriliya.

Â