Liputan6.com, Jakarta Masyarakat khususnya warganet tentu sudah banyak yang tahu dengan ular king cobra milik Panji Petualang bernama Garaga yang viral di media sosial. Kepopuleran ular dengan panjang 5 meter itu nampaknya menjadi magnet tersendiri bagi sebagian orang dengan cobra.
Meski berbisa dan mematikan, namun ada saja orang yang tetap nekat memelihara hewan melata tersebut, khususnya dari kalangan penyuka reptil. Bahkan ada beberapa diantaranya harus meregang nyawa akibat digigit bisa ular peliharaannya sendiri.
Karena itu bukanlah perkara mudah untuk berinteraksi dengan king cobra. Butuh pengalaman dan keahlian dalam melakukannya. Pawang sekalipun bisa mengalami kejadian fatal jika sedikit saja melakukan kesalahan.
Advertisement
Kemunculan ular bernama latin "Naja" ini juga sudah sering dijumpai beberapa waktu belakangan. Salah satunya yang ditemukan di sebuah ruko kosong di Kampung Padurenan, Bekasi. Warga menduga ular tersebut terbawa banjir yang terjadi pada Selasa 25 Februari 2020.
"Posisi ular di dalam ruko habis banjir hari Selasa. Rabu siangnya ditelepon sama warga Kampung Padurenan. Saya perintahkan cucu saya yang nangkap," kata Tow Cobra Wijaya, seorang pawang ular kepada liputan6.com, Kamis (27/2/2020).
Ular yang diketahui memiliki panjang 3 meter lebih itu kemudian dibawa pulang ke kediaman sang pawang di Kampung Rawa Roko, Bekasi, Jawa Barat. Kehadiran king cobra tersebut sontak menjadi tontonan warga sekitar.
Menurut engkong Cobra, sapaan akrabnya, ular yang ditangkap sang cucu merupakan cobra Kalimantan (Naja Sumatrana) dikarenakan bentuk badannya yang lebih ramping dari cobra Jawa. Hewan melata ini terkenal juga dengan sifat kanibalnya, yakni senang memangsa ular lain.
"Makannya sesama ular. Ular apa aja yang kalah sama king cobra dimakan kalau di hutan. Kalau gak ada ular, kita kasih ayam kecil atau ayam dewasa," ujarnya.
Lelaki 74 tahun itu sebelumnya juga memiliki sejumlah peliharaan king cobra yang sengaja dilepaskan di dalam rumahnya. Ia pun tak pernah merasa khawatir ular-ular tersebut akan mencelakai anggota keluarganya. Hal itu pun berlangsung selama bertahun-tahun hingga keluarganya menjadi terbiasa dengan peliharaannya tersebut.
"Selama saya pelihara ular saya lepas di rumah yang di Gabus tahun 1985, gak pake kandang. Tidak sama sekali pihak keluarga dan tetangga yang digigit oleh ular pliharaan saya. Kenapa-napa dengan ular peliharaan saya pasti sembuh," akunya.
Meski seorang pawang, engkong Cobra tak pernah ingin pamer soal kebisaannya dalam berinteraksi dengan cobra. Karena bagaimanapun, ia menyadari hewan berbisa seperti cobra tetap saja berbahaya untuk dibuat atraksi, seperti yang dilakukan segelintir orang.
"Kalau menangkap pun saya hanya pura-pura seperti tidak miliki kemampuan. Ya itu tidak boleh sombong, manusia ada apesnya, namanya ular berbisa kalau kena gigitannya bahaya," imbuhnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menurun ke Cucu
Keahlian sang pawang ular itu lambat laun menular kepada sang cucu, Sahril, yang juga memiliki kemampuan berinteraksi dengan ular. Berbagai ular pernah ditangkap Sahril, mulai dari ular sawah, beludak, sanca hingga king cobra yang ditangkapnya dua hari lalu.
Sahril mengatakan tak mengalami kesulitan saat menangkap king cobra yang kala itu membuat heboh warga Padurenan. Menurutnya ular tersebut hanya diam dan tak banyak bereaksi sampai akhirnya dibawa pulang.
"Ularnya tenang. Cuma pasti ada rasa khawatir, tapi kita juga harus berusaha agar tidak dapat gigitannya," kata Sahril.
Selama bertahun-tahun berinteraksi dengan ular, ia mengaku belum pernah mengalami insiden yang serius. Pengalaman sang kakek menjadi kunci utama baginya untuk bisa menjaga diri dari serangan bisa atau lilitan ular.
"Belum pernah kalau digigit, paling hanya dililit," ujarnya.
Saat ini Sahril tengah berupaya mencari orang yang berminat memelihara king cobra hasil tangkapannya itu. Ia juga memposting di media sosial Facebook agar lebih cepat menyebar ke masyarakat.
"Iya lagi dicari siapa yang mau pelihara," tandasnya.
Â
Advertisement