Sukses

Cerita Haru WNI Tertinggal di Wuhan Habiskan Hari di Tengah Ancaman Virus Corona

Omed sedianya ikut bersama ratusan WNI yang dievakuasi dari Wuhan pada awal Februari 2020 lalu. Namun, dia tertahan di bandara karena batuk.

Liputan6.com, Jakarta - 2 Februari 2020, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Humaidi Zahid (28) dan ratusan warga negara Indonesia (WNI) lainnya tidak sabar ingin segera bertemu tim evakuasi yang akan menjemput mereka pulang dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Ibu kota Provinsi Hubei itu telah diisolasi atau lockdown sejak 23 Januari 2020 pukul 10.00 waktu setempat akibat wabah virus corona atau Covid-19. Setelah melewati negosiasi yang panjang, pemerintah RI akhirnya berhasil mengevakuasi warganya dari Wuhan.

Namun sayang, hari yang penuh asa itu berbalik 180 derajat bagi Humaidi. Mahasiswa asal Desa Payaman, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur itu tidak bisa diangkut pulang ke Indonesia lantaran tak lolos pemeriksaan kesehatan. Saat itu, dia sedang batuk.

"Kan waktu itu semua harus isi formulir, di kolom kesehatan saya centang kolom batuk. Harapannya ya enggak mau ngerepotin temen-temen, barang kali nanti di pesawat dapat tempat duduk khusus," ujar Omed, sapaan akrabnya, saat berbincang dengan Liputan6.com melalui media sosial belum lama ini.

Omed tak sendiri. Saat itu ada tiga mahasiswa, termasuk dirinya, yang tidak lolos pemeriksaan kesehatan di bandara. Setelah tiga kali diperiksa secara berkala, ketiganya akhirnya dilepas. Namun sayang, pesawat yang menjemputnya sudah terbang pulang ke Indonesia.

"Setelah tiga kali dicek suhu, ternyata suhu kita bertiga itu normal. Andaikan pesawat itu masih menunggu, mungkin kita bertiga masih bisa ikut pulang ke Indonesia," katanya.

Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan dievakuasi tiba di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, Hubei, China, Sabtu, (1/2/2020). Sebanyak 245 WNI di Wuhan, China, direncanakan tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, pagi ini, Minggu (2/2/2020). (foto:Duta Besar RI di Beijing)

Dengan perasaan sedih, Omed dan dua temannya pun dikembalikan ke asrama kampusnya. Hingga kini, mereka hanya bisa menghabiskan hari-harinya di dalam asrama mahasiswa tanpa tahu kepastian kapan akan berkumpul dengan keluarga di tanah air.

"Awalnya ya enggak kuat. Awakku jomplang (tubuhku jatuh). Semua pintu kamar (asrama) saya gedor-gedor, tapi sepi," ucap Omed.

Omed kesepian. Dari puluhan pintu yang digedor, hanya ada dua jawaban. Namun, dua penghuni yang tersisa itu tak berani keluar kamar. Mereka ketakutan berada di bawah bayang-bayang virus yang mematikan. Bahkan, sekadar interaksi dengan orang-orang sehat di sana, mereka takut.

Kini Omed mulai menguatkan hatinya. Dia belajar menerima keadaan, meski perasaan sepi terus menggelayutinya.

"Saya tiap salat itu niatnya imaman (jadi imam), barang kali ada yang mau ikut. Saya itu pengin banget merasakan kehadiran mahluk di sini, mosok demit saja enggak ada," selorohnya.

Omed kini hanya berteman dengan ikan-ikan, keong, dan kecoak yang ada di akuarium kamarnya. "Kecoak ada itu di atas akuarium. Ini sengaja enggak saya bersihkan, biar tambah banyak keongnya yang muncul," katanya sambil memperlihatkan akuarium yang mulai dipenuhi lumut.

Hari-hari Omed di Wuhan dihabiskan dengan mengurung diri di dalam kamar. Dia hanya sesekali keluar kamar, turun ke lobi asrama hanya untuk mengambil makanan atau logistik yang disediakan kampus.

"Alhamdulillah (kondisi sekarang) sehat. Kalau kondisi kesehatan baik-baik saja, cuma ya mental ini kadang naik turun, namanya berada di dalam kondisi seperti ini," ujar alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.

Kini hanya doa yang terus mereka panjatkan agar Wuhan dan kota-kota lain yang terdampak virus Corona segera pulih. Mereka juga berharap pemerintah membukakan akses agar bisa keluar dari Kota Wuhan dan bisa kembali berkumpul dengan keluarga di Indonesia.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Pemerintah Didesak Pulangkan 4 WNI Tertinggal di Wuhan

Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh P Daulay, mendesak pemerintah Indonesia untuk segera memulangkan empat mahasiswa Indonesia yang masih tertinggal di Wuhan, China.

"Saya mendesak pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengevakuasi mahasiswa Indonesia yang ada di Wuhan. Saya mendengar masih ada empat orang mahasiswa yang luput dari evakuasi," kata dia kepada Liputan6.com, Sabtu (29/2/2020).

Anggota dewan dari Fraksi PAN itu meminta pemerintah untuk segera mencari informasi mengenai keberadaan dan kondisi dari keempat mahasiswa tersebut.

"Mereka ini kan sebenernya orang-orang sehat. Dan mereka juga bersedia dipulangkan dan mereka bersedia mengikuti seluruh peraturan observasi. Oleh karena itu, sudah selayaknya pemerintah kita mencarikan jalan untuk memulangkan mereka ke Tanah Air," ucapnya.

Daulay menilai, di tengah ancaman wabah virus mematikan ditambah sesama warga Indonesia telah banyak yang pulang, maka saat ini mereka yang tertinggal menghadapi beban psikologis yang begitu berat.

"Masing-masing orang kan dengan suasana seperti ini sebetulnya, kan, panik. Tentu mahasiswa kita juga," katanya.

Untuk diketahui, pemerintah RI telah memulangkan ratusan WNI dari Kota Wuhan, China terkait wabah virus corona atau COVID-19 pada 2 Februari 2020 lalu. Namun dari total 245 WNI yang terdata, hanya 238 orang yang bisa dibawa pulang ke tanah air.

Tujuh orang yang tersisa, tiga di antaranya lantaran tidak lolos pemeriksaan kesehatan di bandara Wuhan. Sementara tiga lainnya tidak mau dievakuasi dan memutuskan bertahan. Sedangkan satu mahasiswa lainnya tak tersentuh tim evakuasi lantaran tengah berlibur di suatu desa terpencil di China.

Pemerintah mengklaim terus memantau kondisi semua WNI yang tersisa di Wuhan. Pemerintah memastikan, kondisi mereka sehat dan aman.