Sukses

HEADLINE: Virus Corona Positif Ada di Indonesia, Bagaimana Minimalisir Penyebarannya?

Jokowi mengatakan, pemerintah sudah berupaya maksimal mencegah virus corona masuk ke Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy buru-buru menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi, di Istana Kepresidenan pukul 09.50 WIB. Selama lebih dari satu jam ketiganya berada di dalam ruang kerja Jokowi di Istana Merdeka. 

Hingga sekitar pukul 11.00 WIB, Jokowi, Terawan, dan Muhadjir keluar ruangan menuju veranda Istana Merdeka. Dengan wajah tenang dan tutur berhati-hati, Jokowi mulai mengumumkan ke publik bahwa ada dua orang WNI yang terinfeksi virus corona atau Covid-19.

"Tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," ujar Jokowi di Istana, Jakarta, Senin (2/3/2020).

Jokowi mengatakan, pemerintah sudah berupaya maksimal mencegah virus mematikan itu masuk ke Indonesia. Meski demikian, kata dia, masih ada kekurangan sebab alat cek kondisi tubuh kadang tak akurat.

"Thermal scanner kadang-kadang keakuratannya juga tidak bisa dijamin 100 persen," kata Jokowi.

Jokowi menuturkan, kasus masuknya virus corona ke Tanah Air itu terungkap setelah ada laporan warga negara Jepang dinyatakan positif terinfeksi virus corona usai berkunjung ke Indonesia. Pemerintah kemudian menelusuri siapa saja yang kontak dengan WN Jepang tersebut.

"Begitu ada informasi bahwa orang Jepang yang ke Indonesia kemudian tinggal di Malaysia dan dicek di sana positif corona, tim dari Indonesia langsung telusuri. Orang Jepang ke Indonesia bertamu ke siapa, bertemu siapa ditelusuri dan ketemu. Ternyata orang yang terkena virus corona berhubungan dengan dua orang: ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun," tutur Jokowi.

Warga Negara Jepang yang menularkan virus corona ke Indonesia ini tercatat sebagai 'pasien ke-24' positif virus corona di Malaysia.

Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Malaysia, Datuk Dr Noor Hisham Abdullah menyebut, pasien tersebut adalah seorang perempuan berusia 41 tahun, warga negara Jepang yang bekerja di Negeri Jiran.

Ia mengalami demam dan berobat pada 17 Februari 2020. Perempuan itu kemudian dirawat di sebuah rumah sakit swasta. Di sana lah tes Covid-19 dilakukan. Hasilnya terkonfirmasi positif virus corona pada 27 Februari 2020.

"Pasien saat ini dirawat di bangsal isolasi di Rumah Sakit Kuala Lumpur," kata Noor Hisham Abdullah seperti dikutip dari situs The Star.

Hasil penelusuran menyebut, pasien tersebut memiliki riwayat perjalanan ke Jepang pada Januari 2020. Juga ke Indonesia pada awal Februari 2020.

 

Siaran pers pemerintah Malaysia soal pasien terjangkit virus corona

 

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan kedua orang Indonesia yang tertular tersebut telah dirawat intensif di Rumah Sakit Infeksi Sulianti Saroso atau RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Keduanya menjadi kasus pertama infeksi Covid-19 di Indonesia.

Terawan menjelaskan, ibu dan anak itu dirawat di ruang isolasi khusus dan tidak melakukan kontak dengan pasien lainnya.

Menurutnya, kondisi ibu berusia 64 tahun dan putrinya 31 tahun saat ini sudah mulai membaik.

"Batuk, pilek, tadinya agak sesak. Tapi sekarang kondisinya sudah mulai membaik, cuma tinggal batuk aja," jelas Terawan.

Terawan mengatakan, keduanya bertempat tinggal di wilayah dekat Depok.

"(Dua orang itu) di rumahnya, daerah dekat Depok," ujar Menkes Terawan, Senin (2/3/2020).

Terawan mengaku prosedur untuk penanganan orang terduga kena virus corona sudah dilakukan.

"Kita sudah cek, kita bawa. Sudah melakukan isolasi rumah. Sesuai prosedur kita lakukan, menjaga rumahnya," kata Terawan.

 

Berawal dari Acara Dansa

Terawan mengungkapkan, bahwa dua orang di Indonesia yang terkonfirmasi positif virus Corona COVID-19 pertama kali berkontak dengan warga negara Jepang yang berasal dari Malaysia dalam sebuah pesta dansa pada 14 Februari lalu.

"Kenanya karena dia guru dansa, ya dia berdansa dengan teman dekatnya itu dan kemudian tanggal 14 Februari, kalau tidak salah. Dua hari kemudian, dia merasa batuk-batuk, tidak enak, sehingga rawat jalan ke rumah sakit," kata Terawan di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta, pada Senin (2/3/2020).

Terawan mengatakan, tanggal 26 Februari, pasien yang belum sembuh akhirnya meminta untuk dirawat karena gejala batuk, sesak napas, dan sedikit demam.

"Dirawat tanggal 28 (Februari), ditelepon sama teman dansanya itu, teman dekatnya itu. Bahwa dia orang Jepangnya tadi dirawat dengan corona positif," kata Terawan.

Namun, sebelum positif dinyatakan virus corona, Terawan mengatakan bahwa pasien tersebut sudah dirawat sebagai Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan menjadi pasien dalam pemantauan.

"Sehingga teman-teman dokter yang berada di rumah sakit itu dia sudah menyiapkan diri dengan segala peralatannya begitu dianggap sebagai pasien dalam pemantauan," kata mantan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto itu.

Begitu mendapatkan informasi tersebut, dua pasien yang merupakan ibu dan putrinya itu dipindahkan ke RSPI Sulianti Saroso dan mendapatkan pemeriksaan pada 1 Maret untuk kemudian dinyatakan positif Covid-19.

"Hasilnya tadi pagi saya diberitahu. Maka tracking sudah jalan, ketika dia ODP, tracking itu sudah dilakukan sehingga si cewek ini bersama ibunya yang usianya 64 tahun, kita cek di sini," kata Terawan.

Lebih lanjut, Terawan mengatakan bahwa kedua pasien sudah berada dalam kondisi yang lebih baik.

Sementara, keluarga dari dua pasien asal Depok, Jawa Barat yang terjangkit virus corona ini sudah dipisahkan dengan anggota keluarganya yang positif corona. Upaya ini untuk memastikan, agar mereka tidak terpapar virus corona.

"Sudah dipantau juga keluarganya. Ada empat anggota keluarga," ujar Terawan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

50 Orang Lebih Terindikasi Virus Corona, Belum Tentu Positif

Wali Kota Depok, Jawa Barat, Muhammad Idris Abdul Somad mengatakan, ada sekitar 50 orang lebih yang berinteraksi dengan dua pasien positif virus corona. Sebab itu, pihaknya tengah mencari keberadaan mereka.

"Penegasan, yang positif dua corona, yang terindikasi di atas 50 orang. Yang di atas 50 orang ini yang kontak langsung dengan korban," tutur Idris di Balai Kota Depok, Jawa Barat, Senin (2/3/2020).

Menurut Idris, 50 orang tersebut mencakup petugas medis Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok dan pasien di rumah sakit tersebut. Sebab, dua korban virus corona sempat memeriksakan kesehatannya di sana.

"Memang ada beberapa pasien yang mengeluh flu di rumah sakit, tapi belum terbukti," katanya.

Kini Pemkot Depok mengawasi setiap keluhan dan laporan yang masuk ke setiap lembaga medis, termasuk puskesmas dan rumah sakit. Idris berharap setiap lapisan masyarakat dapat sigap memberikan informasi terkait virus corona di lingkungannya.

"Tetangga sekitarnya kami masih cari informasi yang lain ya," Idris menandaskan.

Idris juga mengatakan, bahwa 70 lebih petugas medis dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok mendapat perhatian khusus terkait virus corona.

"Tujuh puluh itu bukan berarti positif, tapi yang berinteraksi dengan pasien. Itu dirumahkan dan sedang kita pantau," tutur Idris.

Menurut Idris, puluhan orang itu diminta agar membatasi diri untuk keluar rumah. Mereka juga diharapkan dapat menahan diri dalam berinteraksi yang menimbulkan kontak fisik.

"Tenaga medis yang berinteraksi, dikhawatirkan, karena mereka berinteraksi. Itu dihitung semua," jelas dia.

32 Orang Suspect Corona di Jakarta

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyebut ada 32 orang yang dipantau di rumah sakit karena suspect virus corona. Sepuluh orang di antaranya menjalani perawatan.

"Mulai Januari, sampai Februari kemarin 115 (pemantauan) kemudian yang diawasi adalah 32. Dari jumlah itu enggak semuanya dirawat, tentu dari pengawasan 32 itu kan akumulasi, begitu sehat ya selesai pulang. Tinggal 9 atau 10 orang yang sedang dalam perawatan," kata dia di Balai Kota, Jakarta, Senin (2/3/2020).

Dia menambahkan, 10 orang yang diawasi terkait virus corona harus melewati beberapa prosedur yang dilakukan pihak kesehatan. Sehingga, masih harus ditempatkan di rumah sakit.

"SOP nya kan belum selesai. pemeriksaannya kan tetap. Kan, ada termasuk pengobatan dari sindromatisnya. Gejalanya apa. Yang dirawat itu biasanya ada masalah dengan saluran pernapasan bagian bawah," terang Widyastuti.

Dia melanjutkan, ada tiga rumah sakit di DKI Jakarta yang menjadi rujukan untuk penanganan corona. Paling besar dilakukan perawatan di RSPI Sulianti Saroso.

"Di rumah sakit rujukan yang ada di DKI Jakarta, kan ada tiga: RSPI Suroso, RSPAD Gatot Soebroto, RS Persahabatan, sebagian besar dirawat di RSPI Suroso," katanya. 

 

3 dari 3 halaman

Mencegah Penyebaran

Untuk mengatasi penyebaran virus corona ini, Jokowi mengatakan sudah melakukan beberapa persiapan, yaitu dengan menyiapkan 100 rumah sakit untuk menangani pasien yang terindikasi terserang virus corona.

"Kita telah menyiapkan 100 rumah sakit rujukan dengan fasilitas ruang isolasi untuk pasien dengan gejala penyakit di paru-paru dan saluran pernapasan lain," kata Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, ruang isolasi tersebut tersebar di berbagai rumah sakit baik di Jakarta maupun di daerah lainnya. Misalnya, RSPI Sulianti Saroso di Jakarta.

Sebagai langkah preventif, pemerintah juga telah memperketat pengawasan di bandara dan akses masuk lainnya untuk mendeteksi dan memantau penumpang yang datang. Khususnya, penumpang dari negara-negara yang diperkirakan telah mengkonfirmasi kehadiran virus corona.

"Sebanyak 135 thermo scanner telah diaktifkan di 135 pintu masuk negara baik darat, laut, maupun udara," tutur dia.

Kemudian, Jokowi juga sudah menyiapkan anggaran khusus untuk menangani penyebaran virus corona.

Sementara, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan belum mengetahui soal berapa dan peruntukan anggaran tersebut.

"Kalau saya belum tau, anggaran tersebut berapa dan untuk apa. Apakah untuk pasien corona atau untuk pengembangan antivirus," kata Amin kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (2/3/2020).

Amin mengingatkan agar pemerintah terus melacak aktivitas kedua orang yang terinfeksi untuk mengantisipasi sumber baru penyebaran virus corona. 

"Artinya, mungkin yang tertular tidak cuma dua orang itu saja. Itu harus dilacak," kata Amin.

Saat ini, kata Amin, Eijkman tengah mengembangkan pembuatan vaksin corona. Amin mengungkap saat ini masih dalam tahap awal, yaitu mempelajari biofarmatika berdasarkan informasi genetik yang sudah ada di Gene Bank. Dari situ, kata dia, bisa melihat rangkaian virus dan memprediksi bagian-bagian mana saja yang bisa membangkitkan kekuatan imun.

"Intinya masih jauh, WHO saja menetapkan 18 bulan baru menentukan vaksin, kita berupaya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang ada," tandas Amin.

Tingkatkan Imunitas Tubuh

Presiden Joko Widodo meminta agar masyarakat tetap melakukan berbagai strategi pencegahan infeksi virus corona. "Sejak awal saya sampaikan, bahwa kita harus menjaga higienis, banyak mencuci tangan kita, penting sekali, kontak yang tidak perlu saya kira tidak kita lakukan lebih dulu," kata Jokowi.

Amin Soebandrio juga mengimbau masyarakat agar meningkatkan imunitas tubuh. Caranya, kata dia, selain mencuci tangan dan menjaga kebersihan, masyarakat juga diimbau hindari kerumunan orang apalagi di ruangan tertutup. 

"Jangan terlalu panik, yang penting jangan kontak dengan hewan liar, apalagi orang terduga terinfeksi virus corona," kata Amin.

Hingga saat ini, kata Amin, belum ada obat yang bisa menyembuhkan vitus corona. Satu-satunya cara untuk menyembuhkan pasien virus corona, kata Amin, adalah dengan meningkatkan kekebalan tubuh. Namun, dengan satu catatan, pasien tersebut tidak memiliki penyakit lainnya.

"Jadi hanya kalau demam diberi antidemam, kalau kurang cairan dikasih cairan, yang penting fungsi organ tubuhnya berjalan dengan baik," tandas Amin.

Belajar dari Singapura

Sementara, dalam menangani pasien virus corona, Indonesia bisa belajar dari Singapura yang langkahnya telah diapresiasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

"Kami sangat terkesan dengan upaya yang mereka (Singapura) lakukan untuk menemukan setiap kasus, menindaklanjuti dengan kontak dan menghentikan transmisi," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Selasa 18 Februari 2020.

Duta besar RI untuk Singapura I Gede Ngurah Swajaya mengungkap tiga hal yang bisa dicontoh dari pemerintah Singapura dalam menghadapi wabah virus corona ini.

"Yang pertama adalah transparansi. Bahwa artinya secara reguler memberikan informasi kepada masyarakat melalui Kementerian Kesehatan," kata Dubes Swajaya dalam sambungan video conference yang diadakan di Kantor Staf Presiden pada Rabu 12 Februari.

Hal itu juga yang membuat pihak KBRI Singapura merilis informasi terbaru dalam bentuk rilisan untuk dibagikan kepada masyarakat.

Kedua adalah kekompakan dan kerja sama di bagian Kementerian Kesehatan dengan pihak internasional seperti yang sudah dilakukan dengan Malaysia. Selain itu, Singapura juga telah memberikan test kit untuk RRT guna memudahkan proses identifikasi tiga jenis virus.

"Yang ketiga adalah segala prosedur yang diambil sesuai dengan standar dari WHO," tambah Dubes Swajaya.