Sukses

Cicipi Sirup Racikan Penyandang Disabilitas Mensos Simpulkan Ini Bukti Efektifitas Pendekatan Humanis dan Terapi Penghidupan

Dari segelas sirup kalamansi karya PM BRSPDM Dharma Guna, Mensos dapat menyimpulkan bahwa kedisabilitasan tidak akan mencegah dan menghambat seseorang untuk bisa berkarya dan berprestasi.

Liputan6.com, Jakarta Tiba di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental (BRSPDM) "Dharma Guna" di Kota Bengkulu, Selasa (02/03/2020), Menteri Sosial Juliari P. Batubara mendapat jamuan istimewa. Bukan teh atau kopi, namun Mensos mendapat kehormatan mencicipi sirup kalamansi. 

Sirup dari ekstrak jeruk kalamansi ini, merupakan hasil racikan para penyandang disabilitas mental yang menjadi penerima manfaat (PM) di BRSPDM Dharma Guna.

“Rasanya enak menyegarkan,” kata Mensos Juliari.

 

Dari segelas sirup kalamansi karya PM BRSPDM Dharma Guna, Mensos dapat menyimpulkan bahwa kedisabilitasan tidak akan mencegah dan menghambat seseorang untuk bisa berkarya dan berprestasi. 

“Nyatanya, penyandang disabilitas mental di sini mampu memproduksi sirup kalamansi,” kata mantan Ketua Ikatan Mobil Indonesia (IMI) Pusat ini.

Dengan demikian, stigma negatif terhadap penyandang disabilitas mental telah dipatahkan oleh Kemensos melalui layanan rehabilitasi sosial. 

Penerima pelayanan bisa pulih, dengan berbagai macam pendekatan humanis dan terapi penghidupan.

“Tahun ini saya mengalokasikan peningkatan anggaran untuk optimalisasi program rehabilitasi sosial karena sifatnya jangka panjang. Saya melihat bahwa balai rehsos harus jadi etalase dari kemensos yang dilihat langsung masyarakat,” kata Mensos. 

 

BRSPDM "Dharma Guna" di Bengkulu memberikan layanan rehabilitasi sosial berdasarkan arah baru kebijakan Program Rehabilitasi Sosial 5 klaster New Platform (PROGRES 5.0 NP). Salah satunya adalah terapi penghidupan ( livelihood therapy ). 

Tujuan dari terapi penghidupan di balai ini agar penerima pelayanan dapat kembali ke masyarakat dengan bekal keterampilan yang telah dimiliki, terdiri dari pembuatan sirup kalamansi, keterampilan membuat batubata, keterampilan perikanan, keterampilan membatik dan keterampilan pertanian. Terapi penghidupan yang kini menjadi primadona para penerima pelayanan khususnya wanita adalah pembuatan sirup kalamansi. 

 

Dari lahan seluas kurang lebih 2.500 m2 milik balai, jeruk kalamansi sebagai bahan baku utama sirup dipanen secara periodik. Semenjak tahun 2015, sirup kalamansi diproduksi secara massal dan saat ini dalam satu hari bisa memproduksi kurang lebih 50 kg jeruk yang menghasilkan 60 botol ukuran 250 ml. 

Pada kunjungannya, Mensos pun berkesempatan melihat proses pembuatan jeruk kalamansi dan mencicipinya. Di akhir kunjungan, Mensos menyampaikan apresiasi dan motivasi kepada seluruh pegawai.

“Bekerjalah dengan ikhlas, penuh kasih sayang dan bekerjalah dengan hati yang gembira, melayani sesama,” pesan Mensos.

 

(*)