Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Indonesia untuk Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, pihaknya telah menyiapkan tambahan 5 rumah sakit rujukan corona atau Covid-19 di Jakarta. Kehadiran ini untuk memperkuat sistem penanganan corona.
Sebelumnya Kemenkes sudah menetapkan tiga rumah sakit sebagai rumah sakti rujukan nasional untuk Corona. Tiga RS tersebut, yakni RSPI Sulianti Saroso, RS Persahabatan, dan RSPAD Gatot Soebroto.
"Rumah sakit yang sudah siapkan untuk menerima, Sulianti Saroso, RS Persahabatan, RSPAD Gatot Soebroto," kata dia, di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Advertisement
Lima rumah sakit tambahan tersebut, sebut Yuri, yakni RSUD Pasar Minggu, RS Polri Sukanto, RSUP Fatmawati, dan RS TNI AL Mintohardjo. Dengan demikian, jumlah RS rujukan menjadi 8 RS.
"Satu lagi RSUD Tangerang. Ada 8 (RS) yang sudah kita siapkan," ujarnya.
Dia mengakui ada juga sejumlah RS swasta yang siap menjadi rumah sakit rujukan corona. Namun pihak manajemen meminta agar tak perlu dimasukkan ke dalam sistem yang dibuat Kemenkes.
"Beberapa RS swasta juga berkontribusi tapi mereka mengatakan kami nggak usah dimasukkan sistem pak. Nanti kalau memang sudah penuh semua kami akan terima. Tapi mereka memiliki kemampuan untuk itu (rumah sakti rujukan)," tandasnya.
Tujuan Pemeriksaan
Achmad Yurianto menegaskan, pemeriksaan Corona yang saat ini dilakukan Kemenkes bukan ditujukan untuk pengobatan. Sebab hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk corona.
"Tes virus Corona bukan untuk tujuan pengobatan. Karena kita belum punya obatnya," kata dia.
Tujuannya utama saat ini yakni untuk kepentingan kesehatan masyarakat. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui apakah yang bersangkutan, jika terbukti positif, telah menjadi sumber penularan.
"Oleh karena itu pelan-pelan kita harus meminta masyarakat memahami ini. Dia dites bukan tujuannya untuk, saya sakit saya tidak sakit. Tidak. Bagi kita kepentingannya adalah apakah dia menjadi sumber penularan. Karena konsekuensinya kalau positif, maka kita harus berpikir untuk tracking lagi dia sudah kontak dengan siapa. Ini akan bikin kluster baru lagi," jelas dia.
Dia pun menjelaskan bahwa mereka yang sudah terbukti positif dan sembuh pun tidak diberikan obat spesifik untuk menyembuhkan Covid-19. Kalau pun ada obat yang diberikan maka itu untuk mengatasi gejala klinis yang muncul.
"Karena positif pun obatnya sama saja. Karena sampai saat ini belum ada obatnya dan self limited. Tapi kita punya data bahwa 50 persen lebih sudah sembuh," urai dia.
"Kasus kita yang positif di Jepang, 9 itu sembuh juga ngga ada intervensi obat-obatan spesifik. Kalau sifatnya hanya suportif nggak ada masalah. Panas kasih obat panas. Lemas kasih obat kaku. Kurang vitamin, tambah vitamin. dan seterusnya saja. Jadi kita tidak terlalu kemudian mengatakan spesifik ini obatnya. Itu sampai saat ini belum kita temukan," imbuhnya.
Hal ini mesti dipahami masyarakat agar tidak malah membuat hal-hal yang malah bikin repot. Misalnya dia mencontohkan ada perusahaan yang mensyaratkan surat bebas Corona.
"Ini kan menjadi repot lagi. Untuk apa surat bebas Corona. Ini akan ribet. Karena surat bebas corona itu setelah diobservasi 14 hari nggak ada apa-apa sebenarnya bebas, tapi tidak pokoknya bebas corona dinyatakan dengan pemeriksaan laboratorium. Ini kan jadi repot lagi. Karena itu kita tidak merekomendasikan ke arah sana," terang Yuri.
Advertisement