Liputan6.com, Jakarta - Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Nurhasan mengatakan, ada kemungkinan empat mahasiswa Indonesia yang masih tertinggal di Wuhan China, untuk segera dipulangkan ke tanah air.
Hal ini berarti tidak mesti menunggu WHO mencabut keterangan darurat wabah virus Corona terlebih dahulu.
"Peluangnya ada. Bahkan kita sedang menyiapkan segala sesuatunya. Sifatnya mungkin bisa terjadi pemulangan individu," kata Nurhasan kepada Liputan6.com, Sabtu (7/3/2020).
Advertisement
Menurut dia, saat ini pemerintah masih terus berusaha memulangkan keempat mahasiswa tersebut dengan beragam kemungkinan.
Pihak Unesa pun, kata Nurhasan kerap melakukan komunikasi dengan pihak KBRI di China. Dan menjalani komunikasi pula dengan pihak kampus di sana.
"Kampus juga mengondisikan, upayakan dengan Kementerian Kesehatan di Wuhan. Jadi selalu, hampir setiap hari ada rapat koordinasi tentang pemulangan itu," kata dia.
Salah satu dari empat mahasiswa itu merupakan alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Ia adalah Humaidi Zahid yang akrab disapa Omed, mahasiswa asal Desa Payaman, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur yang menempuh studi S2 di Central China Normal University (CCNU), Wuhan.
Nurhasan sendiri memahami kesulitan Pemerintah Indonesia untuk memulangkan Omed beserta ketiga mahasiswa lainnya. Mengingat daerah Wuhan masih tertutup akan adanya penerbangan.
"Di Wuhan sendiri masih tertutup untuk siapa pun. Jadi tidak bisa masuk, tidak bisa keluar ya," ucapnya.
Nurhasan mengaku pihak Unesa telah bertemu dengan Presiden Jokowi dan beberapa jajaran menteri. Saat itu pihaknya diminta untuk menenangkan keluarga Omed yang ada di daerah.
"Sudah saya datangi minggu kemarin supaya ketika telepon, ketika video call dengan Omed agar menenangkan si Omed. Prinsipnya pemerintah dan kampus mem-backup Omed ini untuk segera mungkin dipulangkan," jelasnya.
Di samping itu, baik pihak keluarga maupun kampus memberikan dukungan moril maupun materiil kepada Omed supaya ia tidak mengalami begitu berat tekanan. Karena, jika Omed dalam tekanan ditakutkan ia akan mengalami penurunan tingkat kekebalan tubuh dan membuat virus mudah menjangkit.
Â
Tim Pendampingan
Unesa secara totalitas melibatkan Crisis Center Unesa untuk pendampingan kepada keluarga Omed. Tim pendampingan tersebut terdiri dari psikolog, dokter, bahkan pimpinan Omed kala di kampus. Tim pendampingan itu, kata Nurhasan berfungsi memberikan dukungan psikologis baik kepada keluarga maupun Omed sendiri.
"Untuk mendampingi keluarganya ketika berkomunikasi dengan Omed. Memberikan motivasi dan penguatan agar tidak resah dan lebih tenang lagi bahwa pihak pemerintah berupaya untuk sesegera mungkin memulangkan," jelas Nurhasan.
Bukan hanya dukungan moril, Unesa juga memberikan dukungan materiil kepada Omed. Nurhasan menyebut, pihaknya baru saja mengirimkan sejumlah uang untuk kebutuhan logistik Omed di sana.
"Kemudian terkait kebutuhan logistik Mas Omed, kami baru mengirim kemarin. Dalam bentuk kes. Kan masih bisa beli tapi harus nitip. Ya Alhamdulillah kondisi baik saat ini," tukasnya.
Rektor Unesa itu menyebut bahwa pihaknya telah menjanjikan Omed untuk diangkat menjadi dosen Bahasa Mandarin.
"Bahkan kita sudah kita janjian kalau dia lulus selesai akan ngajar di Unesa. Iya kita minta dia jadi dosen untuk Bahasa Mandarin," janji Nurhasan.
Nurhasan menjelaskan hubungan Unesa dengan Omed hanyalah sebatas alumni bisa. Namun Omed merupakan alumni yang memiliki bakat. Oleh karenanya tak heran ia mendapatkan beasiswa ke China atas prakarsa kerjasama antar pihak Unesa dan Central China Normal University (CCNU).
"Dia kan alumni itu sama dengan saudara kandung. Masih civitas akademika. Kita back up terus agar dia semangat," tandasnya.
Advertisement