Liputan6.com, Jakarta - Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso semakin sibuk usai Presiden Jokowi mengumumkan dua WNI positif terjangkit Corona Virus Disease (Covid-19) atau virus corona pekan lalu.
Rumah sakit yang berada di Jalan Sunter Permai, Jakarta Utara itu dipilih menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang menangani pasien positif terjangkit virus corona.
Sesuai namanya, RSPI Sulianti Saroso memang khusus melayani pasien dengan penyakit infeksi virus yang menular.
Advertisement
Petugas keamanan tampak selalu bersiaga di bagian gerbang. Apalagi ketika dari kejauhan melihat ambulans menuju arah mereka. Gerbang sigap dibuka. Ambulans dipersilakan masuk ke area rumah sakit.
Pengemudi langsung menuju Gedung Mawar yang berjarak 200 meter dari pintu utama rumah sakit. Di gedung itu, terdapat sejumlah ruangan isolasi untuk pasien.
Ambulans berhenti tepat di depan gedung. Pasien tidak langsung keluar, menunggu beberapa menit. Kemudian, petugas medis dengan alat pelindung diri lengkap mendekat ke ambulans. Pasien pun masuk ke ruangan isolasi.
Jarak ambulans dan pintu ruang isolasi sangat dekat. Dalam hitungan detik, pasien sudah tak terlihat karena masuk ke dalam ruangan. Setelah kosong, ambulans langsung meninggalkan rumah sakit.
Begitulah penanganan awal RSPI Sulianti Saroso saat mendapat rujukan pasien terduga virus corona. Kemudian, sejumlah tindakan laboratoris dilakukan petugas medis pada pasien.
"Sesuai SOP tadi, kita mengambil cairan dari tenggorokannya, kemudian diperiksa ke Litbangkes, kemudian periksa darah, foto rontgen dada, itu standar-nya. Kalau pasien rujukan dari luar, tidak masuk IGD lagi, langsung masuk isolasi ditangani timnya," kata Direktur Medik dan Keperawatan RSPI Sulianti Saroso dr Dyani Kusumowardhani Sp.A.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perawatan Pasien Positif Virus Corona
Dyani menjelaskan, pasien yang dinyatakan positif terjangkit virus corona akan ditempatkan di ruang isolasi dan diberikan obat sesuai gejala. Sebab, obat untuk virus corona sendiri belum ditemukan.
"Jadi kalau ada demam diberikan penurun panas, kalau batuk dikasih obat batuk. Kalau virusnya sendiri kan kita belum punya antivirus untuk corona, jadi tidak ada obat khusus untuk mereka yang positif virus corona, sesuai gejala saja," papar Dyani.
"Kecuali dia ada penyakit lain, kita tambahkan obatnya. Misalnya ada infeksi yang lain atau tekanan darah tinggi," sambungnya.
Selain obat-obatan, lanjut dia, pasien juga diberikan asupan makanan dengan gizi terbaik. Dyani memastikan RSPI Sulianti Saroso memiliki para ahli di bidang itu.
"Makanan bergizi sesuai kebutuhan, dihitung kalorinya, jadi gizi seimbang. Kami punya dokter ahli gizi, jadi sesuai kebutuhan mereka dan telah diperhitungkan dan dinilai dokter gizi," kata dia.
Menurut Dyani, selama pasien berada di ruang isolasi, setidaknya ada enam dokter dari berbagai keahlian menangani. Tentunya, kata dia, petugas medis juga sudah diberikan vitamin dan penambah daya tahan tubuh agar kesehatan mereka tetap terjaga.
"Kami punya dokter spesialis paru 6, tapi tidak satu pasien satu dokter, ini kerja tim. Misal ada keluhan sakit dalam, berarti ada dokter penyakit dalam, dengan dokter gizi, rehab medik, kalau diperlukan kita akan lakukan konsultasi dengan spesialis lain. Semua petugas yang menangani pasien harus pakai alat pelindung diri karena kontak langsung dengan pasien, ada antibodi, iya," papar Dyani.
Banyak orang bertanya-tanya seperti apa kondisi sebuah ruangan isolasi. Apakah benar-benar steril dari hal-hal luar? Dyani memastikan secara umum tidak ada perbedaan mencolok antara ruang isolasi dan kamar perawatan lainnya.
"Seperti ruang perawatan biasa, tetapi kita dengan tekanan negatif, sistem sirkulasi udara yang khusus pakai filtrasi dan sebagainya. Satu kamar satu bed, ada alat monitor. Ada satu ruangan yang dilengkapi ventilator untuk pasien yang butuh alat bantu napas, ruangan ini tidak boleh diisi dengan pasien yang tidak butuh ventilator," kata Dyani.
Sampai hari ini, ada empat pasien positif corona dirawat di RSPI Sulianti Saroso. Yakni pasien kasus satu, kasus dua, kasus tiga, kasus empat, dan kasus lima.
Di Jakarta, ada delapan rumah sakit rujukan penanganan virus corona. Rumah sakit itu adalah RSPI Sulianti Saroso, RS Persahabatan, RSPAD Gatot Soebroto, RSUD Pasar Minggu, RS Polri Sukanto, RSUP Fatmawati, RS TNI AL Mintohardjo, dan satu rumah sakit di Tangerang.
Â
Advertisement
Rumah Sakit Daerah Juga Disiapkan
Tak hanya di Jakarta, sejumlah rumah sakit di daerah juga dipersiapkan menampung pasien suspect virus corona. Oleh karena itu, sejumlah aturan main diberlakukan mengingat beberapa rumah sakit di daerah yang ditunjuk menangani kasus corona bukanlah rumah sakit khusus penyakit infeksi.
Contohnya Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Jawa Timur. Sebagai rumah sakit rujukan, kurang lebih ada 8 orang dengan gejala mirip suspect virus corona ditangani RSSA. Meskipun pada kesimpulan akhirnya, delapan orang itu dipastikan negatif corona.
Warga datang mengeluhkan kondisi fisik mirip gejala virus corona akan diperiksa terlebih dahulu oleh tim khusus yang dibentuk.
"Kita periksa dulu awalnya, ada tim yang memeriksa. Termasuk riwayatnya (ada atau tidak kontak dengan suspect) tadi. RSSA akan melakukan pengambilan sampel dari pasien yang dirujuk berupa cairan dan darah dari pasien. Kemudian diperiksa laboratorium menggunakan media transport virus," terang Sekretaris Tim Penyakit Infeksi Emergency dan Re-Emergency Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang dr Rezki Tantular kepada merdeka.com.
Butuh waktu dua sampai tiga hari untuk memastikan pasien positif atau negatif virus corona. Namun sejak pasien diterima hingga dinyatakan positif dan penanganan, akan dilakukan proses isolasi.
"Diagnosa pastinya kita menggunakan real time PCR yang di sini belum ada. Adanya di Surabaya, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) hasilnya kurang lebih 2-3 hari baru bisa benar-benar dinyatakan positif atau negatif. Jadi butuh waktu dua sampai tiga hari untuk memastikan seorang pasien suspect dinyatakan positif corona," kata Rezki.
Dia menjelaskan, sebagai rumah sakit rujukan, sudah dipersiapkan ruangan khusus sesuai kondisi pasien. Ruangan tersebut menurut Rezki pernah dipakai untuk pasien flu burung beberapa waktu lalu. Untuk pasien yang masih menunggu hasil laboratorium, akan ditempatkan di ruang suspect.
"Kemudian ruangan probable, baru kemudian ruangan positif. Setelah dinyatakan positif di dalamnya dilengkapi peralatan. Kalau terjadi gagal napas kita sediakan ICU untuk pasien corona virus positif. Kemudian ruangan dekontamina, kalau masuk ruangan itu harus masuk pakai APD lengkap, helm dan sebagainya, setelah keluar juga harus dilepas sesuai dengan prosedur. Jadi satu ruangan suspect, ruang probable dan 3 ruang ICU," paparnya.
Rezki menyebut, secara keseluruhan RSSA memiliki ruangan berkapasitas 23 tempat tidur yang dapat digunakan. Jumlah tersebut termasuk ruang isolasi jika nanti ditemukan pasien yang dinyatakan positif.
Selain fasilitas, tak kalah penting, pihak rumah sakit juga menyediakan tim dokter khusus. Jumlahnya berkisar 30-40 dokter dengan multidisiplin ilmu.
"Dari spesialis paru, spesialis anak, penyakit dalam, anastesi, mikrobiologi, radiologi, pantologi klinik, farmasi, gizi dan lain-lain. Kita satu tim termasuk perawat, jadi 30-40 orang," terang Rezki.
Dia menambahkan, RSSA juga menyediakan pintu masuk khusus untuk pasien dengan kasus ini. Lokasinya agak dekat dengan ruang jenazah dan pintunya yang tertutup.
"Karena tidak boleh masuk koridor, dari UGD langsung masuk ke ruangan tersebut dengan ambulans khusus. Karena itu ruangannya tersendiri. UGD sendiri khusus dan ambulans-nya khusus," tegas Rezki.
Â
Pemberian Obat Sesuai Gejala
Pelayanan serupa juga diberikan RSUP Dr Kariadi Semarang karena sebagai salah satu rumah sakit rujukan virus corona.
Kabid Pelayanan Medis RSUP Dr Kariadi Semarang dr Baskoro SpRad(K) menjelaskan, setibanya di rumah sakit, pasien dengan gejala mirip terpapar virus corona akan dibawa ke ruang isolasi di Instalasi Gawat Darurat.
"Pasien datang Rumah Sakit Kariadi diturunkan dari mobil, petugas langsung memasukkan ke ruang isolasi IGD. Kemudian, pasien akan mendapatkan fasilitas rontgen, pemeriksaan laboratorium, darah, dan swap tenggorokan di ruang isolasi," kata Baskoro kepada merdeka.com.
Selanjutnya, menurut Baskoro, sampel pasien akan dikirim ke Balitbang Kemenkes untuk diteliti. Hasil uji lab Balitbang Kemenkes menjadi kesimpulan akhir apakah pasien tersebut positif atau negatif corona.
"Tentunya tim medis sudah mendeteksi gejala influenza seperti demam, ngilu persendian. Bahkan kecurigaan pasien hingga batuk, sakit tenggorokan, yang berat sampai kondisi sesak napas," ucapnya.
Baskoro menegaskan, pihak rumah sakit juga menyiapkan tim dokter khusus menangani virus corona diberi nama Tim PINERE atau Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging.
Dokter multidisiplin ilmu berjumlah 40 orang bergabung termasuk ahli forensik dipersiapkan mengantisipasi jika ada pasien meninggal dunia akibat kasus ini.
"Sedangkan untuk langkah pemberian obat simphomatis. Jika kondisi pasien demam, dokter hanya memberikan obat (anti periodic) antidemam atau penurun panas. Supporting seperti pemberian vitamin. Bila ada kecurigaan terkena virus juga tim dokter berikan obat antivirus," terang Baskoro.
Dia menyebut, selain tim dokter, peralatan medis hingga fasilitas dipersiapkan secara khusus untuk menangani pasien virus corona.
Untuk alat pelindung diri yang dipakai petugas medis, kata Baskoro, hanya boleh dikenakan satu kali setiap kontak dengan satu pasien, kecuali kacamata.
"Ruang isolasi semenjak waspada virus corona ini pihak manajemen menyiapkan 18 ruang isolasi terdiri dari 2 ruang IGD, 2 ruang ICU, sisanya 14 ruang perawatan. Kalau ada lonjakan pasien, RS Kariadi sudah menyiapkan satu ruang khusus di Gedung Rajawali. Di mana ruang tersebut sudah disediakan terdiri dari 60 bangsal," terang dia.
Untuk penanganan pasien, lanjut Baskoro, akan diberlakukan sesuai SOP menangani seseorang terinfeksi virus. Termasuk, apabila ada kasus-kasus pasien meninggal dunia.
"Kalau untuk pasien, semua pasien diperlakukan seperti pasien yang terkena infeksi emerging. Kalau ada pasien meninggal di ruangan, kita bersihkan di rumah sakit dan membungkusnya dengan material yang kedap air, supaya bila ada cairan dari tubuh pasien tidak menetes keluar. Kemudian jenazah dimasukkan ke peti. Itu dilakukan agar keluarga serta masyarakat terlindungi dari tertularnya virus covid 19," jelas Baskoro.
Â
Reporter : Ronald, dann, Darmadi Sasongko
Sumber : Merdeka
Advertisement