Sukses

HEADLINE: Umrah Disetop Sementara Akibat Virus Corona, Bagaimana Antisipasi Ibadah Haji?

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar Ali telah mengeluarkan edaran terkait kewaspadaan dan tindakan antisipasi terhadap virus corona (Covid 19).

Liputan6.com, Jakarta - Arab Saudi melarang sementara umrah untuk mencegah penyebaran virus Corona atau COVID-19. Pelarangan berlaku untuk warga asli dan pendatang.

Kakbah di Mekah pun diberi pagar pembatas untuk mencegah langsung pengunjung mendekat. Sebab, menjadi kebiasaan untuk mencium Hajar Asswad di Kakbah ketika umrah. Masyarakat yang ke Kakbah pun hanya bisa berjalan dan beraktivitas di luar pagar pembatas.

Penghentian sementara umrah imbas dari virus Corona ini sampai waktu yang belum ditentukan. Lalu bagaimana untuk penyelenggaraan haji yang tinggal beberapa bulan lagi? Seperti apa antisipasi dari pemerintah Indonesia? 

Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan, belum ada kepastian soal pelaksanaan ibadah haji 2020. "Belum ada kepastian. Kita tunggu pengumuman dari yang Saudi ya. Belum ada kepastian," kata Menag di Kementeriaan Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (9/3/2020).

Dia mengatakan, pemerintah Indonesia terus menanyakan perkembangan situasi mengenai haji ke pemerintah Arab Saudi. "Sudah, kita tanya terus perkembangannya, tapi belum ada," kata dia.

Fachrul menambahkan, persiapan haji di Tanah Air berjalan seperti biasa.

Sementara itu, Kasubbag Informasi dan Humas Ditjen PHU Yusuf Prasetyo mengaku belum bisa berbicara mengenai antisipasi ibadah haji 2020 terkait adanya virus corona. Sebab, baru menyusun semacam protokol untuk penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.

"Nah ini baru mau kami baru rapatkan siang ini, mudah mudahan besok sudah bisa disampaikan. Nanti kalau sudah ada informasi awal, saya sampaikan," kata dia.

Dia mengatakan, rapat internal ini mengundang unit-unit teknis, karena urusan penyelenggaraan ibadah haji ini banyak yang menanyakan.

"Mudah-mudahan secepatnya penghentian sementara dari sana. Sehingga tidak mengganggu operasional haji tahun ini," imbuh Yusuf.

Sementara itu, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar Ali telah mengeluarkan edaran terkait kewaspadaan dan tindakan antisipasi terhadap virus corona (Covid 19). Edaran ini ditujukan kepada Kepala Kanwil Kemenag Provinsi, Kepala UPT Arama Haji, dan Staf Teknis Haji di KJRI Jeddah.

Nizar meminta agar penyedia layanan bagi jemaah haji Indonesia di Arab Saudi melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap virus corona.

"Meminta kepada penyedia layanan akomodasi di Arab Saudi untuk melakukan upaya pencegahan penyebaran virus corona dengan menyemprotkan disinfektan dan menyediakan hand sanitizer di seluruh akomodasi jemaah haji Indonesia," demikian salah satu poin edaran yang disampaikan Nizar per Jumat 6 Maret 2020 seperti dilansir dari Kemenag.go.id.

"Meminta kepada penyedia layanan konsumsi dan transportasi di Arab Saudi untuk memastikan bahwa personel yang akan ditugaskan untuk melayani jemaah haji Indonesia tidak terjangkit virus corona," lanjutnya.

Di dalam negeri, Nizar juga mengimbau jemaah saat akan mengikuti manasik haji, baik di tingkat KUA Kecamatan maupun Kemenag kabupaten/kota dalam kondisi sehat. Jika sedang sakit, jangan dipaksakan.

Kepala UPT Asrama Haji juga diminta berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan atau Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat serta instansi terkait lainnya untuk memantau kondisi sanitasi dan higiene asrama haji agar memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan.

Terpisah, Konsul Haji KJRI Jeddah Endang Jumali mengaku sudah menerima edaran tersebut. Dia menduga hal yang sama juga menjadi konsern Pemerintah Arab Saudi, agar ada antisipasi virus corona dalam penyelenggaraan haji tahun ini.

"Kita masih pelajari. Karena saat ini masih dalam tahap negosiasi. SE ini akan kita diskusikan bersama saat pembahasan kontrak nanti," jelasnya.

Tim penyedia layanan haji di Arab Saudi, baik akomodasi, konsumsi, maupun transportasi, sudah berada di Tanah Suci. Mereka sedang bekerja guna menyiapkan hotel, makanan, dan sarana transportasi jemaah untuk penyelenggaraan haji 1441H/2020M.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Pemerintah Diminta Melobi Arab Saudi

Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto mengatakan, pemerintah harus melakukan lobi dan pendekatan ke pemerintah Arab Saudi terkait penyelenggaraan ibadah haji 2020.

"Kita ingin kepastian bahwa haji ini tidak tertunda atau tidak dibatalkan tahun ini. Karena haji kan beda sama umrah. Haji itu sudah ditentukan jam waktu hari, maka tidak boleh bergeser dimajukan 1 hari pun atau apalagi mundur," kata Yandri ketika dihubungi Liputan6.com, Senin 9 Maret 2020.

Dia menjelaskan, kalau kebijakan pemerintah Arab Saudi soal haji tidak menentu, bisa berakibat pada persiapan penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia. Misalnya pembayaran penerbangan, pemondokan, hingga katering jemaah haji.

"Tapi kami berkeyakinan, insyaallah haji tidak akan ada kendala, artinya tidak akan ada penundaan atau pembatalan pada haji 2020," imbuh Yandri.

Komisi VIII DPR, kata dia, mendorong Organisasi Kerjasama Islam (OKI) melakukan pertemuan dan membahas masalah haji. Karena masalah haji yang krusial bukan masalah Indonesia saja tapi dunia.

"Misal, mungkin untuk meyakinkan, jamaah yang sudah terindikasi terpapar virus corona benar-benar tidak boleh berangkat. Tapi bagi yang sehat dan bukan dari kota tidak terpapar corona, ya boleh dong berangkat, jadi kira-kira begitu, ada pemilahan," kata dia.

Hal itu, kata dia baru sekedar usulan. Namun intinya, yang terkena corona tidak boleh berangkat. Tapi yang jemaah yang sehat tidak ada ciri atau tanda corona bisa diberangkatkan.

"Menurut kami pemerintah harus komunikasikan ini dengan pemerintah Saudi. Kan bisa deteksi, misalnya dari Indonesia diobservasi siapa yang layak atau tidak layak berangkat, nah di Saudi juga bisa dilakukan itu," kata politikus PAN ini.

Dia kurang setuju kalau terjadi generalisasi virus corona. Karena seolah-olah semua orang harus menanggung beban karena virus corona.

"Jangan sampai yang sehat justru jadi korban dari persoalan yang berlangsung," ucap Yandri.

Dia pun meminta jamaah calon haji tetap harus optimis bahwa akan berangkat ke Tanah Suci, banyak berdoa, tetap berprasangka baik, dan menghindari daerah yang mungkin terpapar virus corona.

"Jangan sampai ada di pikiran calon jemaah haji 2020 seolah mereka batal berangkat. Kita tetap berusaha sekuat tenaga supaya mereka tetap berangkat sesuai jadwal. Kita yakin pemerintah akan melakukan tugasnya untuk melancarkan proses dari awal hingga akhir pemberangkatan ibadah haji," ucap dia.

Yandri pun menilai wajar jika banyak calon jemaah haji dan umrah resah karena virus corona dan nasibnya nanti ke Tanah Suci. Dia berharap, ada keajaiban sehingga virus corona bisa diatasi dan tidak mewabah ke mana-mana.

"Sekali lagi pesan, calon jemaah haji tidak perlu resah dan gundah gulana atau bahkan stres. Jangan nanti malah stres bukan karena penyakit yang lain. Tenang saja berdoa banyak. Kami sebagai anggota DPR komisi VIII dan pemerintah sedang upayakan atau berjuang supaya proses pelaksanaan ibadah haji 2020 tanpa kendala," kata Yandri. 

Sementara itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menilai, pemerintah, khususnya Kementerian Agama, perlu melakukan pembicaraan dengan pemerintah Arab Saudi. Secara formal, wewenang untuk menyelenggarakan ibadah haji adalah Pemerintah Saudi.

"Tapi, masalah haji merupakan masalah dunia karena melibatkan umat Islam dari seluruh dunia. Pemerintah Indonesia bisa menyampaikan masalah haji dibahas di level Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Rabithah alam Islami. Pembicaraan awal ini mendesak dibicarakan karena terkait dengan teknis dan administrasi yang sekarang sudah berjalan," kata Abdul Muti kepada Liputan6.com.

Dia berharap, para calon jamaah haji yang sudah mendaftar dan sudah terkonfirmasi untuk berangkat pada tahun 1441 H dapat memahami keadaan yang terjadi. 

Untuk menenangkan calon jemaah haji, kata Abdul Mu'ti, pemerintah sudah harus mulai melakukan beberapa langkah. Pertama komunikasi dengan masyarakat seperti calon jamaah haji, biro/travel haji dan umrah, KBIH, dan Ormas.

"Kedua, edukasi kepada masyarakat terutama terkait dengan persyaratan haji yaitu aman dalam perjalanan dan pelaksanaan. Selain itu juga perlu ditekankan aspek kemampuan (istithaah)," terang Abdul Mu'ti. 

Ketiga, lanjut Mu'ti, menjamin bahwa antrean haji tetap diberlakukan secara adil, transparan, dan akuntabel. Keempat perlu juga dikomunikasikan dengan BPKH bagaimana pengendapan dana haji dapat dipergunakan secara efektif.

Ketua PBNU Marsudi Syuhud berharap, wabah virus corona bisa segera selesai. Dia mengatakan, ada hadis Rasulullah yang berbunyi:

"Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, maka jangan kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada maka jangan tinggalkan tempat itu,"

Hadis itu, kata dia, kemudian dilaksanakan oleh negara-negara termasuk Indonesia dan Saudi. Keputusan itupun jelas ada itu tujuannya agar wabah itu tidak menular ke mana-mana.

"Urusan haji kan juga urusan istito'ah. Kalau memang ternyata wabah ini mengganas ya kita lihat nanti. Kayak apa baiknya," kata dia kepada Liputan6.com.

Marsudi mengatakan, yang mengetahui bahayanya di Arab Saudi seperti apa tentu pemerintahnya. Dan, yang tau sejauh apa besar kecilnya wabah ini Indonesia, yang tau juga bangsa Indonesia sendiri.

"Maka ketika ada demikian ya kita waspada, tapi juga jangan terlalu over dan tetap menerima apa yang keadaan ini terjadi," ucap Marsudi.

Dia pun mengimbau para calon jemaah haji memperhatikan kesehatan agar tidak tertular virus corona. "Itu yang terutama di perhatikan dari sekarang," kata dia.

Marsudi menambahkan, haji adalah suatu kewajiban bagi yang mampu. Kalau hal terburuk nanti pemerintah Saudi belum membuka untuk haji, berarti ada salah satu syarat yaitu istito'ah yang tidak tercukupi.

"Maka setelah demikian, langkah-langkah, usaha keras, terakhir harus tawakal 'alallah. Siapa pun jemaah haji harus tawakal. Mudah-mudahan diberi umur kalau ternyata besok masih tutup dapat melakukan haji di tahun berikutnya atau umrah di bulan atau tahun berikutnya," tandas Marsudi.

3 dari 4 halaman

Saudi Batalkan Perjalanan Internasional, Bagaimana Nasib Jemaah Haji?

Arab Saudi membatalkan semua perjalanan internasional ke negara itu karena Virus Corona. Hal itu memengaruhi umat Islam di seluruh dunia yang berencana naik haji ke kota suci Makkah, seperti dikutip dari npr.org, Senin (9/3/2020).

Mengutip capradio.org, Arab Saudi menghentikan semua perjalanan internasional ke negara itu karena kekhawatiran atas penyebaran Virus Corona, yang berarti bahwa akses ke situs-situs suci Muslim di Makkah dan Madinah dibatasi.

Sekitar 12 juta muslim di seluruh dunia melakukan ziarah ke Makkah setiap tahun dan bagi muslim di Amerika Serikat, pembatasan perjalanan berarti pembatalan perjalanan yang sangat penting bagi keyakinan mereka.

Menurut Al-Qu'ran, semua muslim seharusnya berpartisipasi dalam perjalanan ke Makkah setidaknya sekali seumur hidup mereka di akhir tahun kalender Islam, yang disebut haji. Sementara lainnya menjalankan umrah, ziarah yang dapat dilakukan setiap saat sepanjang tahun.

"Perjalanan umrah adalah perjalanan yang sangat spiritual, haji juga. Cara kita membicarakannya adalah 'Saya diundang ke rumah Allah,' atau 'Saya tidak diundang tahun ini'," kata Kamran Islam, seorang imam di Institut Tarbiya di Sacramento.

"Dan tahun-tahun di mana kamu merasa seperti ingin berangkat tetapi tidak bisa, benar-benar memberatkan dan menghancurkan secara spiritual," ucap Kamran.

Imam Kamran Islam mengatakan dia menasihati anggota masjidnya untuk membatalkan rencana haji tahun ini, sebuah diskusi yang katanya sulit tetapi perlu.

"Ada kasus bersejarah dalam sejarah muslim di mana umrah atau bahkan haji telah ditunda atau ditunda karena alasan kesehatan masyarakat, karena kebutuhan untuk memastikan orang tidak dirugikan oleh perjalanan atau mereka tidak sakit," kata Kamran.

"Dari sini, kami mencoba memberi tahu masyarakat bahwa tidak apa-apa tak pergi kali ini atau menundanya, tapi seperti yang saya katakan, ada hubungan spiritual dan hubungan emosional yang harus dilalui orang dan pergi saat ini dan merasa seperti ini akan menjadi tahun mereka. "

Adel Sayed dari Los Angeles telah merencanakan ibadah bulan Maret, tetapi perjalanannya dibatalkan karena larangan bepergian yang kini diterapkan.

"Saya merencanakan perjalanan ini kembali pada Oktober tahun lalu tahun 2019, dan saya datang untuk mencari tahu, setelah semua hal yang terjadi, bahwa itu harus dibatalkan," kata Sayed.

Sayed turut prihatin dengan pembatasan perjalanan yang diperpanjang hingga Juli, ketika jumlah tertinggi Muslim melakukan perjalanan ke Makkah untuk naik haji. Meski masih belum jelas bagaimana Corona mempengaruhi masa itu.

"Orang-orang menabung seluruh hidup mereka untuk ibadah haji, paket rata-rata adalah sekitar $10.000 hingga $12.000 per orang," kata Sayed. "Agar orang mengubah rencana yang telah direncanakan secara harfiah bertahun-tahun sebelumnya, seringkali seumur hidup sebelumnya untuk menemukan waktu yang tepat, ada banyak yang dipertaruhkan."

Secara historis, penyebaran penyakit seperti kolera, meningitis, atau lebih baru-baru ini, MERS diperburuk oleh orang-orang yang mengunjungi Makkah untuk berhaji, karena tingginya jumlah orang dari berbagai negara yang berhubungan dekat satu sama lain, tetapi situs suci tersebut tidak pernah sepenuhnya ditutup untuk haji.

Sementara itu, mengutip akun Twitter Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, disebutkan bahwa negara kerajaan itu juga menangguhkan perjalanan ke sembilan negara untuk warga dan penduduknya di tengah kekhawatiran akibat Virus Corona. Menangguhkan masuknya orang-orang dari negara-negara itu atau siapa saja yang telah berada di sana dalam 14 hari terakhir, kantor berita negara melaporkan Senin, 9 Maret pagi.

Kesembilan negara tersebut adalah Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Lebanon, Suriah, Korea Selatan, Mesir, Italia, dan Irak).

Sumber itu mengatakan bahwa semua penerbangan dan perjalanan laut antara Arab Saudi dan negara-negara itu juga akan ditangguhkan. Kendati demikian tidak termasuk evakuasi dan perjalanan dagang.

 

4 dari 4 halaman

Isolasi Qatif

Selain itu, Kementerian Dalam Negeri mengumumkan lockdown di Qatif, yang memiliki populasi Muslim Syiah besar, setelah Arab Saudi mengkonfirmasi empat kasus terbaru. Diperkirakan tidak akan berdampak pada produksi minyak Saudi, dua sumber industri mengatakan.

Tetapi keputusan itu dapat membangkitkan kebencian di Qatif, yang telah menjadi titik nyala antara pemerintah Saudi yang didominasi Sunni dan kaum minoritas Syiah yang mengeluhkan diskriminasi dan marginalisasi, tuduhan yang dibantah pemerintah.

"Pekerjaan di semua lembaga publik dan swasta dihentikan sebagai tindakan pencegahan untuk mencegah penyebaran penyakit," kata kementerian dalam negeri dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa hanya layanan vital seperti keamanan dan penyediaan akan jadi pengecualian.

Kementerian tersebut mengatakan pembatasan Qatif pada pergerakan akan memungkinkan penduduk untuk kembali ke rumah dan pasokan komersial untuk melanjutkan.

Blok semen ditempatkan di jalan utama ke Qatif, kata seorang warga provinsi, sementara yang lain melaporkan terburu-buru ke toko-toko kelontong setelah isolasi dimulai.

Pihak berwenang Saudi sebelumnya mengatakan mereka yang terinfeksi telah mengunjungi Iran atau Irak atau melakukan kontak dengan orang-orang yang mengunjungi negara-negara itu, rumah bagi situs-situs suci Syiah.

Isolasi di Qatif juga dapat meningkatkan ketegangan antara Arab Saudi dan Iran, saingan dalam perjuangan regional untuk pengaruh. Riyadh mengecam Teheran pada hari Kamis karena memberikan warga negara Saudi masuk selama wabah.

Dari antara kasus yang dilaporkan per Senin, pendatang dari Amerika telah dipindahkan ke rumah sakit di Riyadh. Sisanya melibatkan warga negara Saudi yang melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi di Qatif, dan dua wanita Bahrain yang berasal dari Irak.

Otoritas hiburan Saudi kemudian mengumumkan pada hari Senin penutupan tempat wisata Riyadh Boulevard dan Winter Wonderland, terkait Virus Corona.

Arab Saudi, yang menunda perjalanan dengan sembilan negara pada hari Senin, telah melarang perjalanan ke Iran, yang memiliki 194 kematian akibat Virus Corona.

Kementerian Kesehatan Saudi mengatakan orang-orang yang baru didiagnosis, tiga di antaranya adalah wanita, telah melakukan kontak dengan seseorang dengan virus yang dilaporkan telah kembali dari Iran melalui Uni Emirat Arab tetapi tidak mengungkapkan kunjungannya ke pihak berwenang.

Tindakan pencegahan hari Minggu termasuk menangguhkan semua kegiatan pendidikan dan kajian Al Qur'an di masjid-masjid di Arab Saudi, tempat kelahiran Islam.

Semua sekolah dan universitas negeri dan swasta juga ditangguhkan per Senin, 9 Maret sampai pemberitahuan lebih lanjut, media pemerintah mengatakan, menambahkan bahwa langkah-langkah pembelajaran jarak jauh akan diadopsi.

Awal Olimpiade Arab Saudi 23 Maret, yang disebut sebagai acara olahraga terbesar di negara itu, juga ditunda, kata TV Al Arabiya.

Sebelumnya pada Minggu, 8 Maret, pemerintah Saudi membatasi penyeberangan darat dengan Bahrain, Kuwait dan UEA untuk truk komersial dengan kedatangan penumpang terbatas pada tiga bandara.

Qatar, dengan 15 kasus, akan melarang sementara pelancong dari 14 negara mulai Senin.

Bahrain, dengan 85 infeksi, mengatakan Grand Prix Formula Satu akan berlangsung bulan ini tanpa penonton.

Kuwait melaporkan dua infeksi lagi pada hari Minggu, menjadikan totalnya menjadi 64, dan bank sentralnya mengumumkan penggelontoran dana 10 juta dinar ($33 ​​juta) untuk memerangi Virus Corona.