Liputan6.com, Jakarta Deputi Koordinasi Bidang Pendidikan dan Agama Kemenko Pembangunan Manusia Kebudayaan (PMK) Agus Sartono, mengingatkan kepada para penerima beasiswa LPDP Angkatan 160, untuk berhati-hati dalam menggunakan media sosial.
Sebab, sebagai pelajar yang membawa nama baik negara di mata dunia maka jejak digital harus dipastikan bersih agar tak menjadi bala bagi diri sendiri dan bangsa.
Baca Juga
"Karena kalian calon pemimpin bangsa berhati-hatilah menggunakan medsos. Era skrg ini, revolusi 4.0 era transformasi budaya yang luar biasa. Jejak digital tidak akan bisa dihapus," ujar Agus saat pembekalan ratusan penerima beasiswa tersebut di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Advertisement
"Jangan kalau di luar negeri lagi musim summer, motret orang lagi sun bathing terus dikirim kemana-mana, jangan, Kemudian juga jangan bertutur kata yang tidak baik diunggah di medsos," uajr dia mengimbuhkan.
Agus berpandangan, tidak akan cukup bagusnya nilai akademik bila tidak diimbangi oleh adab dan perilakunya. Khususnya, saat menjelajah di dunia maya.
"Jadi hati-hati menggunakan medsos, IP bagus, CV bagus, wawancara bagus, begitu googling loh ini seharinya lima jam masuk ke situs porno? Maka selesai. seleksinya di internet juga termasuk saat ini," pesan dia menandasi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
IPK 3,75
Agus juga memberikan wejangan, bahwa jangan terlalu bangga dengan indek prestasi kumulatif (IPK) 3,25. Menurutnya, untuk setingkat master IPK yang harus dicapai adalah 3,75.
Menurut Agus mendapat IPK tinggi tidaklah sulit. Sebagai alumnus penerima beasiswa negara di tahun 1991 ke Amerika, Agus yakin pelajar Indonesia adalah orang yang luar biasa.
"Susah IPK segitu? Tidak juga lah, saya sudah buktikan kalau IPK 3,25 rugi bangsa ini, meski ada yang bilang IPK bukan ukuran, IPK menurut saya itu indikator kinerja," jelas Agus.
Namun demikian, Agus mengamini bahwa selain IPK, para pemerima beasiswa LPDP juga harus dilengkapi dengan kompetensi lain seperti critical thinking dan analytic dan skill personality.
"Jadi pinter saja tidak cukup, belajar maksimal ikut organisasi dan jangan di negara itu kumpul sesama teman Indonesia ayo membaur ikuti kegiatan yang lain," imbau dia.
Terakhir, dia berpesan untuk tetap belajar rajin dan maksimal dan kembali ke negara untuk berbakti.
"Tetap belajar, dan penting sesampainya kalian di negara tujuan yang dekat dengan KBRI, KJRI, lapor jangan pas ada masalah saja lapornya ya," Agus menandasi.
Advertisement
Hindari Kelompok Radikal
Agus juga berpesan agar penerima beasiswa untuk tidak ikut kelompok atau organisasi yang terindikasi radikal saat melanjutkan studi di luar negeri.
"Saat nanti kalian belajar di luar negeri. please, hindarkan dari mengikuti organisasi radikal. Sorry to say, kalau kalian nanti melakukan hal itu. kalian pulang nanti akan menyulitkan kalian sendiri," tegas Agus.
Selain itu, Agus meminta kepada para penerima beasiswa ini untuk tidak lagi membicarakan tentang 4 pilar negara Indonesia. Sebab, menurutnya tidak adalagi yang harus diperdebatkan.
"Its finished! Ini eranya kalian mengisi NKRI, menyongsong masa depan, menjadi pemimpin republik ini. Bukan lagi memikirkan apa Pancasila, kenapa Bhinneka Tunggal Ika. Sorry to say, hal itu sudah dirumuskan oleh tokoh agama dan its finished," jelas dia.
Agus berharap para penerima beasiswa ini bisa fokus tanpa memikirkan bagaiamana Indonesia dapat terbentuk dengan segala fundamentalismenya. Menurutnya, hal itu akan menjadi kesia-siaan bagi negara telah menyekolahkan mereka hingga luar negeri.
"Ingat, saya ditugaskan di sini sebagai negara, saya perwakilan negara. ini kalian dibeasiswai oleh negara. Tak ada tempat bagi anak bangsa yang menggunakan resources negara melawan negara," Agus memungkasi.