Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 664 rumah di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor rusak akibat guncangan gempa berkekuatan 5.1 magnitudo yang berpusat di Sukabumi pukul 17.18 WIB, Selasa (10/3/2020).
Berdasarkan data dari Posko Kecamatan Pamijahan, sebanyak 508 rumah rusak ringan, 100 rumah rusak sedang dan 56 rumah rusak berat.
Baca Juga
Adapun rincian kerusakan akibat gempa berada di Desa Gunung Bunder I sebanyak satu rumah, Desa Cibitung Kulon satu rumah, Desa Pasarean satu rumah, Desa Ciasihan 22 rumah, Desa Ciasmara 61 rumah, Desa Cibunian 104 rumah dan paling banyak terjadi di Desa Purwabakti sebanyak 474 rumah.
Advertisement
Di Desa Purwabakti tercatat ada 42 rumah rusak berat. Kejadian ini membuat sedikitnya 30 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke rumah saudara maupun tetangga. Ada juga yang tidur di tenda darurat yang berdiri di tengah sawah.
Sumiyati (31) warga Kampung Cisalada, Desa Purwabakti mengaku terpaksa mendirikan tenda darurat dari terpal di tengah sawah. Ini karena rumahnya rusak akibat diguncang gempa.
"Dari semenjak kejadian langsung bikin saung. Kita tidur disini rame-rame. Sebenernya kasian juga sih anak saya kalau kena angin malam terus, tapi mau gimana lagi," ujar Sumiati, Rabu (11/3/2020).
Dia mengungkapkan, kejadian ini bukan kali pertama. Gempa yang menguncang Pamijahan beberapa tahun silam juga menyebabkan rumahnya mengalami kerusakan cukup parah.
"Maunya sih pindah, soalnya sudah dua kali kena gempa. Takut nantinya gempa lagi," ujar Sumiati mengaku masih trauma dengan kejadian bencana alam itu.
Gempa juga telah menyebabkan lima orang luka. Salah satunya Emak Ijah (60), warga Kampung Cisalada. Ijah menderita luka di punggung dan kaki kiri akibat tertimpa dinding depan rumahnya. Ijah bercerita, saat itu ia tengah memberi pakan ayam peliharaannya di depan rumahnya, tiba-tiba bumi bergoyang sangat kuat hingga menyebabkan atap dan dinding rumahnya ambruk.
Karena goncangan gempa begitu cepat, tubuh Ijah pun akhirnya tertimpa reruntuhan tembok rumahnya. Setelah kejadian, ia dilarikan ke puskesmas terdekat oleh anak-anaknya dengan menggunakan sepeda motor.
"Saya enggak ngerasain kalau ada gempa. Tiba-tiba tembok rumah roboh dan menimpa aja," kata dia.
Beruntung, luka yang diderita Emak Ijah tidak terlalu parah. Hasil pemeriksaan dokter, ia hanya mengalami lecet dan memar.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Takut Gempa Susulan
Sementara itu, Kasi Trantib Kecamatan Pamijahan Hari Prihartono mengatakan, warga yang tidur di tenda darurat karena rumah mereka sudah tidak layak untuk ditempati akibat rusak diguncang gempa.
Namun begitu, ada pula yang rumahnya masih layak ditempati namun memilih tidur di tenda darurat maupun di halaman rumah. Hal ini disebabkan karena ketakutan ancaman gempa susulan.
"Sebagian karena masih takut untuk kembali ke rumahnya. Ada juga memang karena rumahnya hancur," kata dia.Â
Sampai saat ini, pihak aparatur kecamatan masih mendata jumlah pengungsi. Data sementara hanya tercatat di Desa Purwabakti yakni kurang lebih 30 KK.
Kini, kata Hari, korban terutama yang tinggal di tenda pengungsian membutuhkan bantuan makanan atau sembako, alas untuk tidur dan selimut. "Kalau yang lain sih masih bisa bawa dari rumah. Selimut dan alas tidur masih dibutuhkan. Karena di tenda itu lebih dingin saat malam hari," tuturnya.
Advertisement