Sukses

Cerita Perawat Ketakutan Saat Awal Kerja di Ruang Isolasi Corona RSUP Persahabatan

Perawat RSUP Persahabatan ini awalnya takut. Hal yang sama juga dirasakan 48 perawat yang bertugas di ruang isolasi para pasien positif Corona.

Liputan6.com, Jakarta - Wita Tamala, seorang petugas Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur berbagi cerita kepada awak media tentang pekerjaannya merawat pasien positif terjangkit virus Corona atau Covid-19.

Dia mengaku sudah 5 tahun menjalani profesi sebagai perawat. Dan baru satu tahun belakangan ditempatkan di ruang isolasi untuk merawat pasien.

Kini, saat virus Corona mewabah, bahkan dinyatakan pandemi oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), dia harus merawat pasien yang terisolasi. Baik positif Covid-19 maupun pasien dalam pengawasan (PDP).

Wita awalnya mengaku takut. Selain dirinya, sebanyak 48 perawat yang bertugas di ruang isolasi pun merasakan hal yang sama.

"Kalau dari saya dan teman-teman ada rasa takut. Tapi kan ini tugas, makanya kita berusaha senang, kan sudah dibekali alat pelindung diri (APD), masker, jubah, sama harus high hygiene," ujar Wita di kantornya, Jumat (13/3/2020).

Seiring berjalannya waktu, rasa takut itu hilang. Dia percaya selama mengikuti prosedur, maka dirinya akan aman dari tertular penyakit.

Sebelum masuk ke ruang isolasi, Wita mengaku harus membersihkan diri terlebih dahulu. Tak hanya tangan, melainkan seluruh tubuh, bahkan pakaian yang dia kenakan. Ini merupakan standar operasional prosedur yang ditetapkan RSUP Persahabatan kepada para perawat yang bekerja di ruang isolasi.

Dia mengaku, kurang lebih dalam satu hari dirinya berada di ruang isolasi pasien positif Corona selama 4 jam. Selama itu Wita menggunakan jubah yang dia sebut dengan pakaian astronot.

"Gerah, panas. Saat keluar (ruang isolasi) baju pada basah semua," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Mendapat Izin Keluarga

Bekerja di ruang isolasi dengan pasien yang penyakitnya kini menjadi perhatian serius oleh dunia, Wita mengaku sudah meminta izin kepada keluarganya. 

"Kalau ke keluarga saya juga menjelaskan. Kata keluarga jaga kesehatan, minum minuman bergizi, minum vitamin, sama makanan bergizi," kata dia.

Tak ada kata lelah bagi Wita untuk merawat para pasien yang terisolasi. Bahkan saat kondisi kesehatannya sedikit menurun, Wita tetap harus bekerja.

Sebelum masuk ke dalam ruang isolasi, para perawat terlebih dulu dicek suhu tubuhnya. Jika masih memungkinkan, maka diperbolehkan merawat pasien.

"Misalnya saya flu ringan, saya tetap merawat pasien. Saya tetap memakai masker biar nggak tertular ke teman-teman," kata dia.

Hal menyedihkan menurut Wita, saat dirinya harus mendengarkan keluhan dari pasien. Wita mengaku kerap mendengarkan curhatan para pasien. 

"Kita selalu tanya keluhan pasien, berasal dari mana, habis jalan-jalan ke mana, curhat-curhatan juga sama pasien, biar lebih dekat dengan pasien," kata dia.