Liputan6.com, Jakarta Sosok Letjen TNI Purn Sutiyoso atau akrab disapa Bang Yos, sudah sangat dikenal masyarakat luas melalui sederetan kiprahnya di dunia militer dan perpolitikan Tanah Air. Kisah perjalanan hidup mantan Gubernur DKI Jakarta itu kini diabadikan di Museum Bang Yos yang baru saja diresmikan.
Museum yang terletak di Jalan Kalimanggis Nomor 100, Jatikarya, Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat itu berisikan benda-benda memorial yang berkaitan dengan masa kecil Bang Yos hingga menapaki kesuksesan berkarir. Melalui museum ini, dia ingin mewariskan pengalamannya dalam meniti karir yang penuh liku dan perjuangan.
Baca Juga
"Di dalam meniti kehidupan dan karir saya, itu tidak semulus dan semudah yang dibayangkan orang," kata Bang Yos di sela-sela peresmian museum, Minggu (15/3/2020).
Advertisement
Lahir di Semarang pada 6 Desember 1944, Bang Yos kecil bersama 7 saudara lainnya hidup dengan serba kekurangan. Anak keenam pasangan Tjitrodihardjo dan Sumini itu sempat kesulitan menempuh pendidikan SD, dikarenakan gaji sang ayah yang seorang guru sekolah rakyat sangat lah kecil.
"Jadi kita mau lolos SD aja itu setengah mati, karena di kampung saya hanya kelas 3 sekolah rakyat saja. Namun dengan perjuangan berat terutama ayah saya yang mengorbankan rumahnya untuk kelas, supaya saya bisa masuk kelas 4 dan 5," jelasnya.
Saat kelas 6 SD, Bang Yos harus menempuh perjalanan sekitar 4 kilometer untuk mencapai sekolah. Jalan yang dilewati pun berupa area persawahan dan juga hutan.
Selepas SD, Bang Yos pindah ke kota untuk melanjutkan sekolah. Di sana lagi-lagi ia harus berhadapan dengan situasi yang rumit akibat minimnya keuangan keluarga. Tak jarang ia harus berpindah-pindah kos dan juga sekolah hingga tamat SMA.
Meski ekonomi pas-pasan, orangtua ingin agar Bang Yos melanjutkan kuliah di universitas. Orangtua tak ingin Bang Yos masuk militer dikarenakan khawatir akan keselamatan sang anak. Namun karena bertentangan dengan hati nurani, Bang Yos akhirnya memutuskan keluar universitas dan mendaftar di militer.
"Dan setelah lulus, memang waktu pendidikan pun benar-benar berubah, merubah kehidupan saya, katakan dari trouble maker menjadi orang tertib dan disiplin," paparnya.
Â
Buka Sabtu dan Minggu
Pasca lulus, Bang Yos mulai meniti karir di Kopassus. Penugasan-penugasan yang diemban pun terbilang cukup beresiko karena mempertaruhkan nyawa. Begitu pula saat ia masuk pemerintahan sipil hingga terpilih menjadi gubernur selama dua periode, semua dijalani dengan penuh susah payah.
"Sebenarnya bukan kehendak saya, bukan cita-cita saya jadi gubernur. Tetapi situasi waktu itu dan saya prajurit, diperintahkan oleh panglima ABRI untuk mencalonkan gubernur DKI Jakarta, ya saya ikuti saja," ujarnya.
Atas dorongan senior-seniornya, Bang Yos kemudian terjun ke politik dan dipercaya untuk memimpin PKPI. Ia juga ikut mendukung Jokowi saat Pilpres 2014, hingga akhirnya dipercaya menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) pada 2015, meski hanya satu tahun.
Perjalanan hidup yang tak mudah hingga akhirnya berbuah kesuksesan, menurut Bang Yos sayang jika hanya berlalu begitu saja. Ia pun ingin berbagi pengalamannya yang diharapkan bisa menjadi inspirasi banyak orang terutama kaum muda dalam mengejar cita-cita.
"Bisa ditarik pelajaran-pelajaran berharga, bahwa seperti apapun keadaan ekonomi kita, kalau kita mempunyai kemauan yang keras dan pertahanan diri yang kuat, maka tantangan-tantangan bisa kita lewati," tegasnya.
Pencapaian karir yang diterimanya saat ini diakui sebagai hasil dari kerja keras dan kepercayaan diri yang ditunjukkannya. Ia ingin agar generasi bangsa tidak patah semangat meski tengah berada dalam posisi yang tak diinginkan.
"Juga bahwa kadang-kadang kita punya kehendak, tapi Tuhan berkehendak lain. Di sinilah terkadang kita kecewa. Tetapi kalau terus tenggelam dalam kekecewaan, maka kita tidak akan pernah berprestasi, akhirnya tersingkir," ucapnya.
Membutuhkan waktu yang tak sedikit untuk mengumpulkan barang-barang memorabilia di Museum Bang Yos, dikarenakan kediamannya yang suka berpindah-pindah. Bahkan rumah yang ditempatinya saat ini disebutkan sebagai rumah ke-14 Bang Yos dan keluarga.
"Tentu setiap pindah itu ada saja barang yang hilang, seperti dokumen, foto-foto, tentu itu susah untuk dicari kembali. Saya mencari kemana-mana, ke kolega-kolega, ke akademi militer, tempat latihan komando, di museum Kopassus, di balai kota dan tempat-tempat lain yang saya tugas," paparnya.
Museum yang dibuka untuk umum terutama murid sekolah itu, hanya beroperasi pada hari libur, Sabtu dan Minggu saja. Ia juga ingin murid-murid yang sudah berkunjung ke museum, bisa memetik suatu pelajaran untuk dijadikan acuan.
"Sehingga anak-anak yang kondisi ekonomi orangtuanya lemah, anak pesisir, nelayan, petani, keluar dari museum ini ada tekad mau belajar," jelasnya.
Advertisement