Liputan6.com, Jakarta Kongres Partai Demokrat V baru saja berakhir dengan terpilihnya Agus Harimurti Yudhoyono, atau lebih dikenal dengan AHY, sebagai Ketua Umum Partai Demokrat masa bakti 2020-2025.
Peristiwa ini menjadi amat menarik untuk disimak. Tentunya tanpa melupakan maraknya perkembangan jumlah kasus wabah virus Corona serta DBD di sejumlah daerah serta manajemen pengelolaannya oleh Pemerintah.
Regenerasi kepemimpinan Partai Demokrat tengah berlangsung dengan sukses. Di antara seluruh Ketua Umum Patai Politik yang memiliki kursi perwakilan di DPR periode 2019-2024, AHY adalah yang termuda. Jika dilihat lebih dekat usia rata-rata Ketum parpol lainnya saat ini adalah 62 tahun. Usia bukan satu-satunya tolak ukur. Namun tentunya wajar mengharapkan angin perubahan dibawakan oleh generasi muda yang kompeten, memiliki energi dan semangat untuk mengejar visi jauh ke depan. Berbagai survey nasional dalam dua tahun terakhir pun telah menempatkan AHY sebagai tokoh muda yang memiliki tingkat elektabilitas elektoral tinggi, bahkan kerap di atas para seniornya dalam kancah politik nasional.
Advertisement
Di saat partai-partai lainnya terjebak dalam stagnasi kepemimpinan dan lebih tertarik untuk mempertahankan status quo, Demokrat justru dengan berani menyerahkan tanggung jawab yang besar -secara aklamasi- pada seorang AHY. Ini juga merupakan bukti nyata soliditas organisasi dan segenap kader Partai Demokrat di bawah mantan Ketumnya, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.
SBY jelas memiliki sejarah perjalanan panjang bersama Partai Demokrat. Lebih tepatnya SBY identik dengan Demokrat juga sebaliknya.
Sejak kelahirannya di 2001, partai ini berkembang pesat hingga dapat mengantarkan SBY menjadi Presiden k-6 RI dan menyukseskan pemerintahannya selama 10 tahun. Pemerintahan Presiden SBY memiliki berbagai keberhasilan. Membawa Indonesia melalui berbagai krisis, rintangan dan tantangan - baik dari dalam maupun luar negeri -hingga menuju negara demokratis yang stabil dan mengalami kemajuan signifikan secara politik, ekonomi dan sosial, serta berdaulat dalam hal pertahanan & keamanan. Faktanya dalam periode pemerintahan SBY, Indonesia tercatat mengalami rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen dan menjadi The Third Fastest Growing Economy di dunia setelah China dan India.
Dalam perjalanannya Partai Demokrat juga sempat mengalami krisis ketika sejumlah petingginya terlibat berbagai kasus korupsi. Masa-masa yang kelam. SBY pula yang kemudian melakukan penyelamatan dengan mengambil alih kepemimpinan partai sebagai Ketum pada 2013. Bersama Partai Demokrat, SBY berhasil menjalani suksesi kepemimpinan nasional menuju pemerintahan selanjutnya di bawah Presiden Jokowi secara aman, damai, dan berwibawa.
Tidak banyak orang yang menyadari betapa berat melakukan soft-landing dari pucuk kekuasaan. Power can be very addictive and it can be corrosive, mengutip perkataan George H.W. Bush. Sejarah mencatat terlampau banyak pemimpin yang tergoda untuk mempertahankan kekuasaan dengan segala cara. Namun tidak demikian bagi SBY.
Di sisi lain, banyak dari kita yang cepat melupakan jasa pemimpin terdahulu dan terlalu mudah menghakimi dan mencemooh. Ketika seorang mantan pemimpin negeri menyatakan pendapatnya secara terbuka kepada publik, malah dianggap baper alias terbawa perasaan. Framing media kerap menambah persepsi negatif. Belum lagi diperparah oleh cyber-bullying yang dilakukan oleh para paid buzzers. Sungguh bukan sifat yang pantas bagi bangsa yang memiliki warisan nilai-nilai luhur dan berjiwa besar.
SBY Konsisten
Â
Namun SBY konsisten dalam prinsipnya sebagai seorang demokrat tulen, a real democrat - in every sense of the word. Dia tetap aktif memberikan pendapat, analisa dan saran serta masukan terhadap berbagai isu publik dengan santun dan objektif.
Mengkritisi pemerintah secara proporsional tanpa mengesampingkan etika politik; dan mendukung kebijakan pemerintah yang pro-rakyat bukan lantaran pamrih. SBY tidak pernah takut maupun haus kekuasaan sedemikian rupa sehingga harus merapat ke pihak penguasa at all cost. Ini juga terefleksi dalam sikap Partai Demokrat melalui para wakilnya baik di tingkat nasional maupun daerah.
Dalam berbagai kesempatan, SBY kerap menyampaikan pentingnya bagi generasi berikutnya untuk mempersiapkan diri mengambil tongkat kepemimpinan dan keinginan pribadinya untuk mandito ratu. Kini saatnya telah tiba bagi SBY untuk meninggalkan politik praktis. Tentunya gagasan, pengalaman dan pemikiran Beliau sebagai Bapak Bangsa akan tetap dibutuhkan.
Setiap pemimpin memiliki masanya dan setiap masa memiliki pemimpinnya. Ini adalah akhir dan sekaligus awal yang bersejarah bagi Partai Demokrat khususnya dan dunia perpolitikan nasional pada umumnya. Mari kita sambut bersama.
Terima kasih SBY dan selamat berjuang AHY!
*** R. Hutahayan, Pengamat Politik-Ekonomi dan Alumnus Nanyang Technological University, Singapura
Advertisement