Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah mengeluarkan kebijakan agar umat Islam tidak melaksanakan salat Jumat di masjid dan di rumah saja.
Kebijakan terkait salat Jumat itu berlaku mulai hari ini, Jumat (19/3/2020) hingga dua minggu ke depan. Hal tersebut lantaran untuk mencegahnya penyebaran virus corona Covid-19.
Baca Juga
"Bagi umat Islam kegiatan salat Jumat di Jakarta ditunda selama dua Jumat ke depan," ujar Anies dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 19 Maret 2020.
Advertisement
Lantas, bagaimanakah hukum tidak melaksanakan salat Jumat? Padahal, salat Jumat berhukum wajib bagi setiap pria Islam.
Artinya, masing-masing Muslim laki-laki harus mengerjakan salat itu. Meninggalkan salat Jumat merupakan perbuatan dosa besar.
Hukum wajib salat Jumat tercantum dalam Alquran surat Al Jumuah ayat 9.
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu diseru untuk menunaikan sholat Jumat, maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli."
Meski begitu, ada orang yang terkena keringanan untuk tidak melaksanakan salat Jumat. Mereka adalah anak-anak, perempuan, orang sakit, orang dalam perjalanan (musafir), serta orang yang memiliki uzur (halangan).
Â
Ada Keringanan
Tetapi, para ulama memberikan keringanan bagi orang yang terhalang melaksanakan salat Jumat karena pekerjaan. Alasannya, jika meninggalkan pekerjaannya, maka dikhawatirkan dapat mendatangkan mudarat.
Beberapa di antaranya seperti petugas keamanan (security). Dia dibolehkan meninggalkan salat Jumat jika pekerjaannya tidak ada yang menggantikan. Salat Jumat yang ditinggalkan diganti dengan salat zuhur.
Juga kepada orang yang bekerja jauh dari pemukiman. Orang tersebut tidak bisa mendengar azan sehingga tidak bisa melaksananan salat Jumat. Pekerja seperti ini juga dibolehkan untuk tidak salat Jumat.
Â
Advertisement
Kata MUI
Sebelumnya, sejumlah narasi berkembang di masyarakat terkait adanya imbauan pembatasan ibadah ke masjid di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19. Salah satunya agar tetap ke masjid dan lebih takut kepada Tuhan dibanding virus tersebut.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh menyampaikan, Tuhan telah memberikan akal pikiran untuk menyikapi hal tersebut.
"Allah Subhanahu Wata'ala menciptakan segala sesuatu untuk kepentingan kemaslahatan manusia. Tetapi pada saat yang sama kita diberikan akal untuk kepentingan memilih. Memilih antara hidup, memilih antara mati dengan hidup. Memilih antara sehat dan sakit," tutur Asrorun di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Kamis, 19 Maret 2020.
Menurut Asrorun, saat seseorang sakit maka dengan akal pikiran itu Tuhan memberikan kebebasan manusia memilih sikap. Pilihan yang dianjurkan untuk diambil adalah berobat demi kesehatan.
"Benar sakit itu adalah ciptaan Allah, tetapi dengan akal budi yang diberikan oleh Allah, kita diwajibkan untuk ikhtiar menciptakan aktivitas yang menyebabkan kesehatan," jelas dia.
Â
Reporter : Ahmad Baiquni
Sumber : Dream.co.id
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement